Authentication
465x Tipe PDF Ukuran file 0.40 MB
KONSEP DASAR
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. HAKEKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
1. Alasan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan investasi yang amat besar bagi keluarga
dan bagi bangsa. Anak-anak kita adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus
bangsa. Betapa bahagianya orangtua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam
pendidikan, dalam berkeluarga, dalam masyarakat, maupun dalam karir.
Pentingnya pendidikan anak usia dini tidak perlu diragukan lagi. Para ahli maupun
masyarakat umum lazimnya sudah mengakui betapa esensial dan pentingnya pendidikan yang
diberikan kepada anak-anak usia dini. Tokoh-tokoh dan para ahli seperti Pestalozzi, Froebel,
Montessori, Ki Hadjar Dewantara, dan lain-lain merupakan contoh dari sekian tokoh yang
sangat peduli terhadap pendidikan anak usia dini. Demikian pula dengan semakin maraknya
pendirian lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini baik pada jalur formal, nonformal,
bahkan informal yang sebagian besar didirikan oleh masyarakat menunjukkan betapa semakin
pedulinya masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini ini. Oleh karena
itu PAUD sangat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi
Secara umum kepedulian para ahli dan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini didasarkan pada tiga alasan utama. Ketiga alasan tersebut menurut
Solehuddin (1997) adalah:
a. Dilihat dari kedudukan usia dini bagi perkembangan anak selanjutnya, banyak ahli yang
mengatakan bahwa usia dini atau usia balita merupakan tahap yang sangat
dasar/fundamental bagi perkembangan individu anak. Santrock dan Yussen (1992)
menganggap usia dini merupakan masa yang penuh dengan kejadian-kejadian yang
penting dan unik yang meletakkan dasar bagi seseorang di masa dewasa. Sementara itu
Fernie (1988) meyakini bahwa pengalaman-pengalaman belajar awal tidak akan pernah
bisa diganti oleh pengalaman-pengalaman belajar awal tidak akan pernah bisa diganti
oleh pengalaman-pengalaman berikutnya, kecuali dimodifikasi.
b. Dipandang dari hakikat belajar dan perkembangan, bahwasanya belajar dan
perkembangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Pengalaman belajar dan
perkembangan awal merupakan dasar bagi proses belajar dan perkembangan selanjutnya.
Temuan Ornstein (Bateman, 1990) tentang fungsi belahan otak menunjukkan bahwa
anak yang pada masa usia dininya mendapat rangsangan yang cukup dalam
mengembangkan kedua belah otaknya akan memperoleh kesiapan yang menyeluruh
untuk belajar dengan sukses/berhasil pada saat memasuki SD.
Selain itu, Marcon (1993) menjelaskan bahwa kegagalan anak dalam belajar pada awal
akan menjadi tanda (prediktor) penting bagi kegagalan belajar pada kelas-kelas
berikutnya. Begitu pula, kekeliruan belajar awal bisa menjadi pengahambat bagi proses
belajar selanjutnya.
c. Alasan yang ketiga ini terkait dengan tuntutan-tuntutan yang sifatnya non edukatif yaitu
tuntutan yang tidak terkait dengan hakekat penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
sebagaimana mestinya. Misalnya orangtua memasukkan anak-anak mereka ke lembaga
pendidikan anak usia dini karena orang tua sibuk daripada anak-anak di rumah
ditinggalkan tanpa kegiatan lebih baik dititipkan di lembaga pendidikan anak usia dini,
dan lain-lain.
2. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pada hakekatnya adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak
secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.
Pendidikan Anak Usia Dini memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak,
oleh karena itu lembaga pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai
kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif,
bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik.
Pendidkan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan baik
koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, kecerdasan jamak (mutiple
intelelegensi) dan kecerdasan spiritual.Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Anak Usia
Dini, maka penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini disesuaikan dengan tahap
tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia Dini.
Pendidikan anak usia dini memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan
kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Bihler dan Snowman dalam Diah Harianti (1996) menekankan anak usia dini ini kepada anak
usia 2,5 tahun sampai dengan usia 6 tahun. Istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Lebih lanjut pasal 1 ayat 14 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".
Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1)
Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau
informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain
yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau
bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai
pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
Berbeda dengan pernyataan di atas, Bredekamp dan Copple (1997) mengemukakan
bahwa, pendidikan anak usia dini mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir
sampai dengan usia delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan perkembangan
intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak.
Dalam dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) ditegaskan bahwa
pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing,
mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan
ketrampilan pada anak.
3. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah membangun landasan bagi
berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Sedangkan
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan
cakap. (Puskur, Depdiknas: 2007).
Sementara itu Solehuddin (1997) mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini
dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan
menyeluruh sesuati dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan
anak usia dini, anak diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya—
agaman , intelektual, sosial, emosi, dan fisik; memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang
diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangannya, serta memiliki motivasi dan sikap belajar yang
positif.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Suyanto (2005) mengemukakan tujuan PAUD
adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child) agar kelak dapat
berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang
sebagai individu yang baru mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan santun,
aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi
dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu
memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami
berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibuthkan
untuk hidup di masyarakat.
B. PANDANGAN TOKOH-TOKOH TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(PAUD)
1. Pandangan Pestalozzi
Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli
pendidikan Swiss yang hidup antara 1746-1827.
Pestalozzi adalah seorang tokoh yang memiliki
pengaruh cukup besar dalam dunia pendidikan.
Pestalozzi berpandangan bahwa anak pada dasarnya
memiliki pembawaan yang baik. Pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung
secara bertahap dan berkesinambungan. Lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa masing-masing tahap
pertumbuhan dan perkembangan seorang individu
haruslah tercapai dengan sukses sebelum berlanjut pada PESTALOZZI (1746-1827)
tahap berikutnya. Permasalahan yang muncul dalam suatu tahap perkembangan akan menjadi
hambatan bagi individu tersebut dalam menyelesaikan tugas perkembangannya dan hal ini
akan memberikan pengaruh yang cukup besar pada tahap berikutnya.
no reviews yet
Please Login to review.