Authentication
366x Tipe PDF Ukuran file 0.41 MB Source: hpt.faperta.ugm.ac.id
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PASCAPANEN
Sanitasi, Mekanik, Fisik, Biologis, Kimiawi
Petugas perawatan gudang salah satu tugas pokoknya adalah melakukan
pengamatan dan monitoring serangan hama. Dalam kuliah sebelumnya telah
dibahas berbagai jenis hama pasca panen, antara lain cemiri morfologi dan
biologinya. Hama yang akan dikendalikan terlebih dahulu dipastikan jenisnya apa
dan harus dipahami bagaimana cara hama tersebut menyerang komoditas. Dengan
mengenal betul perilaku hama sasaran maka strategi dan taktik pengendalian yang
sesuai dapat dikembangkan. Hama sasaran yang akan dikendalikan terlebih dahulu
harus diketahui status ekonominya. Artinya seberapa banyak populasi hama tersebut
dan seberapa parah dampak kerugian yang diakibatkan. Jika berdasarkan hasil
analisis data pengamatan diambil keputusan harus dilakukan tindakan pengendalian
maka langkah berikutnya adalah menentukan teknologi pengendalian.
1. Sanitasi
Dalam konteks pengelolaan hama dan penyakit pasca panen, sanitasi adalah
segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi
persyaratan kesehatan dengan menitik beratkan pada pemutusan mata rantai hama
dan patogen dari sumber penularannya. Sanitasi merupakan langkah pencegahan
terjadinya serangan hama dan timbulnya penyakit.
Sanitasi pada prinsipnya membersihkan atau menghilangkan semampu
mungkin sumber-sumber hama atau patogen. Dengan kata lain sanitasi merupakan
upaya untuk meminimalkan populasi awal suatu jenis hama. Sumber hama
bermacam-macam. Sepanjang tersedia pakan di suatu tempat di situlah merupakan
sumber hama. Menjelang panen, hama sudah menyerang bagian tanaman yang
akan dipanen. Hama tersebut terbawa sampai akan disimpan, misalnya hama bubuk
jagung, hama penggerek ubi kentang, penggerek ubi jalar, bubuk buah kopi, dan
banyak lagi. Oleh karena itu komoditas yang akan disimpan dipastikan bebas dari
serangan hama. Kantung atau karung-karung bekas pakai merupakan tempat
persembunyian hama seperti Tribolium atau Sitophilus. Jika karung bekas akan
dipakai lagi maka sebaiknya dicuci kemudian dijemur atau disemprot dengan
insektisida. Alat angkut seperti truk, pada celah-celah atau sudut-sudut bak sering
terdapat sisa-sisa bahan organik yang menjadi media bertahan hama. Sesering
mungkin bak tersebut dibersihkan, dicuci, disedot dengan pembersih vakum. Hama
sering berada banyak pada peralatan untuk mengolah hasil panen seperti mesin
giling karena di tempat tersebut banyak debu bekatul atau serpihan beras. Dengan
membersihkan peralatan maka alat tersebut akan bebas dari sisa-sisa bahan organik
berikut hamanya. Gudang tempat penyimpanan aneka komoditas seperti beras dan
lainnya tidak luput menjadi sumber hama. Sisa-sisa makanan berupa debu tepung
atau serpihan jagung giling banyak terdapat pada lantai dan dinding yang retak-
retak, celah-celah di sudut-sudut ruang, dan bahkan di plavon. Hama serangga
banyak terdapat di tempat-tempat tersebut. Oleh karena itu pada saat gudang
kosong, sebaiknya dibersihkan dengan disapu atau disedot dengan penyedot debu.
Untuk memastikan lebih aman lagi ruang yang akan dipakai untuk menyimpan
komoditas sebelumnya difumigasi.
1
2. Mekanik
Pengendalian mekanik sesuai untuk vertebrata hama seperti tikus dan
burung. Gudang untuk menyimpan bebijian konstruksinya telah didisain untuk
mencegah serangan tikus dan burung. Pintu, jendela, dan aerasi dibuat sedemikian
rupa agar tikus dan burung tidak dapat masuk.
Alat untuk menangkap tikus antara lain dengan perangkap. Banyak tipe
perangkap tikus salah contohnya seperti Gambar 1. Jepretan tikus ini diberi umpan
dan diletakkan pada tempat yang sering dikunjungi tikus. Alat ini langsung
membunuh tikus jika yang masuk perangkap kepalanya. Jika kaki yang terjepit
walaupun tikus tidak mati tetapi tikus tidak dapat melepaskan diri.
http://www.instructables.com/file/FJAVUAKG0KQK32S http://roslizan.blogspot.com/2013/01/perangkap-
tikus.html
Jepretan tikus Bubu
Gambar 1
Perangkap tikus
3. Fisik
Teknologi pengendalian fisik antara lain memanfaatkan suhu dan sinar
matahari. Sebagai contoh dengan menjemur jagung yang terserang bubuk Sitophilus
atau gabah yang terserang bubuk Rhyzoperta di bawah terik sinar matahari, hama-
hama tersebut akan keluar dari biji. Benih padi yang disimpan di dalam ruang dingin
terhindar dari serangan hama. Petani di Bandung menyimpan benih kedelai di dalam
kaleng bekas roti. Setelah kaleng penuh dengan kedelai sebelum kaleng ditutup
rapat abu kering ditaburkan. Kearifan petani ini sungguh baik. Kedelai aman dari
serangan hama. Cara petani ini disebut pengendalian hermetik.
4. Biologis
Musuh alami hama pasca panen sudah banyak yang diteliti efikasinya di luar
negeri seperti Amerika. Kondisi gudang sangat mendukung perkembangan musuh
alami tersebut. Di gudang terus menerus senantiasa tersedia aneka produk yang
disimpan terutama bebijian, ideal bagi hama untuk perkembangannya. Oleh karena
hama senantiasa ada maka ideal bagi musuh alami untuk berkembangbiak.
Sementara itu kondisi fisik di dalam gudang relatif stabil dan hangat sesuai untuk
perkembangan hama pasca panen. Namun demikian, pengendalian hayati belum
banyak diaplikasikan secara komersial untuk pengendalian hama pasca panen.
Lama simpan komoditas relatif singkat, umumnya tidak lebih dari 1 tahun. Toleransi
terhadap keberadaan hama atau ambang pengendalian sangat rendah. Oleh karena
2
populasi hama rendah maka musuh alami terutama parasitoid tidak layak
diaplikasikan. Jika musuh alami berkembang baik tentunya hama sudah tinggi
populasinya dan kerusakan komoditas pasca panen tinggi. Beberapa hal inilah yang
diduga pengendalian hayati hama pasca panen belum berkembang.
Namun demikian peluang aplikasi pengendalian hayati untuk hama pasca
panen cukup tinggi meskipun terbatas untuk jenis hama tertentu. Hama tikus
mempunyai predator yang handal yakni burung Tyto alba. Di suatu penggilingan padi
di Jawa Tengah pernah terjadi serangan tikus yang hebat. Pada suatu pagi dijumpai
banyak tikus masti dengan luka di bagian kepala. Ternyata tikus tersebut mati karena
dimangsa T. alba. Jika belum kenyang, tikus ditelan habis tanpa sisa. Namun ketika
burung predator ini sudah kenyang, nafsu memburu mangsa masih tinggi. Tikus tidak
ditelan, cuma otaknya saja yang dimakan. Kini telah tersedia Protozoa parasitik yang
merupakan patogen tikus dan telah dikomersialkan dengan nama dagang Prorodent.
Protozoa parasitik tersebut adalah Sarcocystis singaporensis. Semua jenis tikus mati
terserang patogen ini. Peluang lain pengendalian hayati terhadap hama gudang
adalah pemanfaatan bakteri Bacillus thuringiensis untuk mengendalikan ulat
penggerek ubi kentang di gudang benih. Bakteri tersebut telah tersedia di pasaran.
5. Kimiawi
Pengendalian kimiawi untuk hama pasca panen antara lain fumigant.
Fumigan merupakan pestisida yang mudah menguap membentuk gas beracun. Ada
tiga fumigan umum yang telah resmi, digunakan di Indonesia - Hidrogen phosphin,
sulfuril fluorida dan Metil Bromida. Penyebaran setiap fumigan itu berbeda
dikarenakan perbedaan sifat dan perilaku masing-masing gas. Daya bunuh yang
cepat dan kemampuan penetrasi dari metil bromida pada komoditas non-makanan
telah memberikan gas ini sebagai pilihan utama dibandingkan dengan fumigan lain
dalam jasa karantina. Namun, ini bukan pilihan yang tepat untuk komoditas pangan
karena metil bromida dapat bereaksi secara kimia dengan beberapa komoditas
pangan dan meninggalkan residu "bromida anorganik". Adapun phosphide hidrogen,
yang paling umum digunakan dalam komoditas pangan dan tanaman. Hal ini sering
digunakan untuk fumigasi biji-bijian, sereal dan tepung yang terserang hama.
Phosphide Hidrogen juga merupakan fumigan pilihan untuk mengendalikan hama
seperti kumbang tembakau (Lasioderma serricorne) pada daun tembakau dalam
ruang penyimpanan. Sulfuril Fluorida kurang umum digunakan yang merupakan
fumigant alternatif pengganti metil bromide sebagai pengendali hama gudang
Fumigasi
3
no reviews yet
Please Login to review.