Authentication
443x Tipe PDF Ukuran file 0.23 MB Source: www.juliancreative.blogs.uny.ac.id
Starlet Gerdi Julian / 15105241034 / juliancreative.blogs.uny.ac.id
Desain Kurikulum Pendidikan dan Aliran Filsafat Pendidikan
Pengertian Desain Kurikulum
Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya adalah
1. Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi
dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan
kegiatan. Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
2. Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum
dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal
berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
3. Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang
berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan
struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum
subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.
Dari uraian diatas dapat diambil ke. simpulan bahwa Desain kurikulum merupakan suatu
pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap
perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari
kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya
Prinsip-prinsip dalam Mendesain Kurikulum
Saylor (Hamalik:2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan mendesain kurikulum,
prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan
semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai
dengan hasil yang diharapkan.
2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar
dengan bimbingan guru;
3. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan
prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai
kegiatan belajar di sekolah
4. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan,
kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak
yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
1
6. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan
belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada
pengalaman berikutnya.
7. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak,
kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur
.
8. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
Filosofi,Teori Pendidikan, Kurikulum dan Model Pembelajaran
A. Perenialisme
Perenialisme berasal dan kata perenial yang diartikan sebagai continuing througbout the
whole year atau lasting for a very long time (abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir.
Esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma
yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya manusia, seperti realita
sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah
warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejala dari
musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-olah merupakan benang
dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama.
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan
abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman
sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata)
tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad
sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa Iampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di
mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan
keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah (Sadullah
Uyoh,2004: 23) :
2
a. Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato,
Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
b. Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-
nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.
c. Nilai bersifat tak berubah dan universal.
d. Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman
pertengahan (renaissance).
B. Esensialisme
Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia
kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah
banyak memperbuat kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud dengan
kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradaban manusia yang pertama-tama
dahulu. Akan tetapi yang paling mereka pedomani adalah peradaban semenjak zaman
Renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi.
Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk
menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama
dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan
sebagai puncak timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang
dari aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu terletak dalam ajaran para ahli
filsafat, ahli-ahli pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat manusia segala macam ilmu
pengetahuan yang telah mampu menembus lipatan qurun dan waktu dan yang telah banyak
menimbulkan kreasi-kreasi bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia.
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes
terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan progrevisme terhadap nilai-nilai yang tertanam
dalam warisan budaya/ sosial. Menurut Esensialisme, nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk
secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus-ratus tahun,
dan didalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, Pendidikan Sebagai Pemelihara
Kebudayaan. Karena ini maka aliran Esensialisme dianggap para ahli “Conservative Road to
Culture” yakni aliran ini ingin kembali kekebudayaan lama, warisan sejarah yang telah
membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya bahwa
3
pendidikan itu harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia.
Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama sehinga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
Ciri-Ciri Utama Aliran Esensialisme
Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan yang
berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme
menganggap pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka
aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan
fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-
ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya
pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji
Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C.
Bagley adalah sebagai berikut :
1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal
yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
2. Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa
balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
3. Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka
menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
C. Progresivisme
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan
kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan progresivisme adalah suatu
4
no reviews yet
Please Login to review.