Authentication
597x Tipe PDF Ukuran file 0.18 MB Source: digilib.unimed.ac.id
Hutagalung Masniari Surya Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam ...
FILSAFAT BAHASA SEBAGAI FUNDAMEN KAJIAN BAHASA
Basyaruddin
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
ABSTRAK
Berbeda dengan cabang- cabang filsafat lainnya, filsafat bahasa termasuk bidang yang kompleks
dan sulit ditentukan lingkup pengertiannya (Devitt, 1987). Namun demikian bukanlah berarti
filsafat bahasa itu merupakan bidang filsafat yang tidak jelas objek pembahasannya. Filsafat bahasa
sebagaimana bidang-bidang filsafat lainnya, seperti filsafat hukum, filsafat manusia, filsafat alam,
filsafat sosial dan bidang-bidang filsafat lainnya, membahas, menganalisis dan mencari hakikat
bahasa sebagai objek material filsafat bahasa tersebut (Davis, 1976). Pengertian tersebut harus
dibedakan dengan pengertian filsafat analitika bahasa yang menggunakan bahasa sebagai alat
analisis konsep-konsep dan masalah-masalah filsafat. Oleh karena itu filsafat bahasa dalam
pengertian ini membahas bahasa sebagai objek material filsafat, sehingga filsafat bahasa membahas
hakikat bahasa itu sendiri.
Kata Kunci: Filsafat dan Filsafat Bahasa
PENDAHULUAN filsafat dengan bahasa telah berlangsung
lama bahkan sejak zaman Yunani.
Filsafat bahasa sebagai salah satu Berdasarkan pengamatan terhadap
cabang filsafat memang mulai dikenal dan perkembangan sejarah filsafat bahasa maka
berkembang pada abad XX ketika para filsafat bahasa dapat dikelompokkan
filsuf mulai sadar bahwa terdapat banyak menjadi dua macam pengertian yaitu :
masalah-masalah dan konsep-kosep filsafat Pertama, perhatian filsuf terhadap
baru dapat dijelaskan melalui analisis bahasa dalam memecahkan dan
bahasa, karena bahasa merupakan sarana menjelaskan problema-problema dan
yang vital dalam filsafat (Davis, 1976). konsep-konsep dalam filsafat. Pada periode
Berbeda dengan cabang- cabang filsafat abad XX para filosof semakin sadar bahwa
lainnya, filsafat bahasa termasuk bidang banyak problema-problema serta konsep-
yang kompleks dan sulit ditentukan konsep filsafat dapat dijelaskan melalui
lingkup pengertiannya (Devitt, 1987). analisis bahasa misalnya berbagai macam
Namun demikian bukanlah berarti filsafat pernyataan filosofis
bahasa itu merupakan bidang filsafat yang ‘kebenaran’,’keadilan’,’kewajiban’,’kebaik
tidak jelas objek pembahasannya an’ dan pernyataan-pernyataan
melainkan para filsuf bahasa memiliki fundamental filosofis lainnya dapat
aksentuasi yang beranekaragam sehingga dijelaskan dan diuraikan melalui analisis
penekanannya beranekaragam pula. bahasa atau analisis penggunaan ungkapan-
Walaupun bidang filsafat bahasa baru ungkapan bahasa. Tradisi inilah menurut
dikenal dan berkembang pada abad XX, para ahli filsafat disebut dengan pengertian
namun berdasarkan fakta sejarah hubungan ‘Filsafat Analitik’ dan ‘Filsafat Analitika
Bahasa’. Istilah ini memang baru dikenal
dan berkembang pada abad XX, namun
1
Hutagalung Masniari Surya Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam ...
demikian perhatian para filsuf terhadap dipahami, dipikirkan dan dimengerti
bahasa dalam menjelaskan konsep-konsep sebagaimana dikembangkan oleh aliran
filsafat dalam kenyataan sejarah telah Tradisionalisme. Hakikat bahasa sebagi
berlangsung lama yaitu sejak zaman subtansi dan bentuk yaitu bahwa
Yunani. Socrates misalnya telah bahasadisamping memiliki makna sebagai
menggunakan metode analitika bahasa ungkapan pikiran manusia juga memiliki
dalam berdebat dengan kaum Sofis yang unsur fisis yaitu struktur bahasa, hal ini
dikenal dengan metode dialektis-kritis. sebagaimana dikembangkan oleh Firth dan
Demikian juga filsuf Thomas Aquinas Pike (Mackey, 1984). Demikian pula
pada abad pertengahan melalui analisis misalnya hakikat bahasa sebagai bentuk
bahasa analogi metaphor untuk dan ekspresi sebagaimana dikembangkan
menjelaskan konsep-konsep filosofisnya. oleh Blommfield. Pandangan ini
Filsuf abad modern seperti Rene Decrates menyatakan bahwa haikat bahasa sebagai
juga menjelaskan konsep-konsepnya bentuk empirik yang merupakan sarana
melalui analisis bahasa. Baru pada abad ekspresi manusia. Problema-probelma
XX filsafat analitika bahasa menemukan fisafat yang fuldamental tentang hakikat
bentuk yang memusatkan pada analisis bahasa inilah yang merupakan dasar
konsep-konsep filsafat melalui analisis berkembangnya linguistik dan diikuti
penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa. dengan aliran-aliran sesuai dengan
Aliran-aliran filsafat analitika bahasa pandangan filosofis masing-masing.
antara lain, Atomisme Logis, Positivisme KONSEP KAJIAN FILSAFAT BAHASA
Logis, dan Filsafat Bahasa Biasa.
Berdasarkan pengertian yang pertama ini
dapat disimpulkam bahwa sarana-saran Filsafat bahasa merupakan cabang
analisis para filsuf dalam memecahkan, filsafat khusus yang memiliki objek
memahami dan menjelaskan konsep- material bahasa. Berbeda dengan cabang-
konsep dan problema-problema filsafat. cabang serta bidang-bidang filsafat lainnya,
Kedua, filsafat bahasa sebagaimana filsafat bahasa dalam perkembangannya
bidang-bidang filsafat lainnya seperti tidak mempunyai prinsip-prinsip yang jelas
filsafat hukum, filsafat manusia, filsafat dan terdefinisikan dengan baik (Alston,
alam, filsafat sosial dan bidang-bidang 1964 : 1). Hal ini disebabkan karena
filsafat lainnya yang membahas, penganut-penganut filsafat bahasa atau
menganalisis dan mencari hakikat dan tokoh-tokoh filsafat bahasa masing-masing
objek material filsafat tersebut (Davis, mempunyai perhatian dan caranya sendiri-
1976). Pengertian yang kedua ini sendiri, meskipun juga terdapat persamaan
hendaknya dibedakan dengan pengertian di antara mereka, yaitu bahwa mereka
filsafat analitika bahasa yang kesemuanya menaruh perhatian terhadap
menggunakan bahasa sebagai alat analisis bahasa sebagai objek materi dalam
konsep-konsep dan masalah-masalah berfilsafat. Dalam sejarah
filsafat. Oleh karena itu filsafat bahasa perkembangnnya aksentuasi filsuf bahasa
dalam pengertian kedua ini bahasa sebagai menunjukkan minat perhatian yang
objek materia filsafat, sehingga filsafat berbeda dan sangat dipengaruhi oleh
bahasa membahas hakikat bahasa itu perkembangan problema filosofis pada
sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang zamannya masing-masing. Namun
fundamental tertang bahasa seperti apakah demikian satu hal yang penting untuk
hakikat bahasa itu sebagai subtansi yang diketahui, bahwa betapapun terdapat
merupakan makna saja yang hanya dapat berbagai macam tentang perhatian filsuf
2
Hutagalung Masniari Surya Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam ...
terhadap bahasa, yang pasti terdapat berkenaan dengan pembahasan bahasa
hubungan yang sangat erat antara filsafat sampai hakikatnya yang terdalam.
dengan bahasa karena bahasa merupakan
alat dasar dan utama dalam filsafat (Liang HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN
Gie, 1977 : 122)
Berdasarkan alasan tersebut di atas BAHASA
maka pembahasan filsafat bahasa maliputi
masalah sebagai berikut. Bahasa pada hakikatnya merupakan
Pertama : Salah satu tugas utama suatu sistem symbol yang tidak hanya
filsafat adalah analisis konsep-konsep merupakan urutan bunyi-bunyi empiris,
(conceptual analysis), oleh karena itu salah melainkan memiliki makna yang sifatnya
satu bidang filsafat bahasa adalah untuk nonempiris. Dengan demikian bahasa
memberikan analisis yang adekuat tentang adalah merupakan sistem symbol yang
konsep-konsep dasar yang dilakukan memiliki makna, merupakan alat
melalui analisis bahasa, dengan fokus komunikasi manusia, penuangan emosi
perhatian bidang semantik, karena suatu manusia, serta merupakan sarana
kata tertentu mempunyai arti atau makna pengejawantahan pikiran manusia dalam
tertentu dan yang tampak demikian rupa kehidupan sehari-hari, terutama dalam
sehingga menimbulkan refleksi filosofis. mencari hakikat kebenaran dalam
Dalam pengertian inilah pada abad XX hidupnya.
filsafat bahasa memiliki aksentuasi pada Filsafat sebagai suatu aktivitas
filsafat analitik. Oleh karena itu lingkup manusia yang berpangkal pada akal pikiran
filsafat bahasa yang utama membahas untuk menetukan kearifan dalam hidupnya,
filsafat analitik baik menyangkut terutama dalam mencari dan menemukan
perkembangan maupun konsep-konsep hakikat realitas, memiliki hubungan yang
para tokohnya. erat dengan bahasa terutama dalam bidang
Kedua, kajian filsafat bahasa semantik. Hal ini dapat dipahami karena
berkenaan dengan penggunaan dan fungsi dunia fakta dan realitas yang merupakan
bahasa, yaitu pembahasan tentang bahasa objek aktivitas filsafat adalah dunia
dalam hubungannya dengan penggunaan simbolik yang terwakili oleh bahasa.
bagi tindakan manusia. Sebagaimana dikemukakan oleh Bertrand
Ketiga, berkenaan dengan teori Russell bahwa bahasa memiliki kesesuaian
makna dan dimensi-dimensi makna. dengan struktur realitas dan fakta. Lebih
Pembahasan tentang lingkup inilah filsafat dipertegas oleh Weittgenstein bahwa
bahasa memiliki keterkaitan erat dengan bahasa merupakan gambaran realitas. Oleh
dengan linguistik yaitu bidang semantik. karena itu untuk dapat mengungkapkan
Keempat, selain masalah-masalah struktur realitas diperlukan suatu sistem
tersebut di atas, filsafat bahasa sebagai juga symbol bahasa yang mempunyai syarat
membahas hakikat bahasa sebagai objek logis sehingga satuan-satuan dalam
material filsafat, bahkan lingkup ungkapan bahasa itu terwujud dalam
pembahasan ini telah lama ditekuni oleh proposisi-proposisi. Sehubungan dengan
para filsuf, antara lain hakikat bahasa masalah tersebut, dengan kenyataannya
secara ontologos, yaitu bentuk dan makna; bahwa bahasa sehari-hari memiliki
hakikat bahasa sebagai subtansi dan sejumlah kelemahan. Kelemahan-
bentuk; hubungan bahasa dengan pikiran, kelemahan tersebut antara lain (1)
kebudayaan, komunikasi manusia; dan vagueness (kesamaran), (2) inexplicitness
bidang-bidang lainnya yang prinsipnya (tidak eksplisit), (3) ambiguity (ketaksaan),
3
Hutagalung Masniari Surya Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam ...
(4) contex-dependence (tergantung pada Berbagai kelemahan dan kekurangan
konteks), (5) misleadingness bahasa dalam proses pengungkapan
(menyesatkan), (Alston 1964:6). konsep-konsep filosofis perlu diberikan
Bahasa memiliki sifat vagueness suatu penjelasan khusus agar ungkapan-
karena makna yang terkandung dalam ungkapan atau kata-kata yang digunakan
ungkapan bahasa pada dasarnya hanya dalam menjelaskan realitas tidak terjadi
mewakili realitas yang diacunya. Contoh, misleadingness. Betapapun demikian,
penjelasan kata ‘merah’ secara formal keberadaan bahasa sebagai sesuatu yang
verbal pada warna bunga mawar, tidak khas milik manusia tidak hanya merupakan
setepat dan sejelas pengamatan langsung simbol belaka, melainkan merupakan
tentang aneka ‘merah’ pada bunga mawar media pengembang pikiran manusia
tersebut. Ambiguity berkaitan dengan ciri terutama dalam mengungkapkan realita
ketaksaan makna dari suatu bentuk segala sesuatu. Dalam pengertian yang
kebahasaan. Kata ‘bunga’ misalnya, dapat demikian inilah bahasa menunjukkan
berkaitan dengan ‘bunga mawar’, ‘bunga fungsi vitalnya dalam aktivitas manusia
anggrek’, ‘bunga melati’ dan sebagainya, yaitu berfilsafat. Bahasa sebagai media
tetapi juga bisa ‘bunga bank’. Kata ‘orang pengembang refleksi filosofis tersebut
tua’ dapat berarti ‘bapak-ibu’ dan ‘orang telah berlangsung lama bahkan sejak
yang memang sudah tua (uzur)’. zaman Yunani kuno. Hakikat manusia
Kesamaran dan ketaksaan bahasa tersebut, yang dilukiskan dengan ungkapan Animal
di samping merupakan kelemahan bahasa Rationale, misalnya dalam bahasa Yunani
dalam aktivitas filsafat, justru merupakan berpangkal dari ‘logon ekhoon’ yang
kelebihan bahasa, yaitu bersifat mengandung makna ‘dilengkapi dengan
‘multifungsi’ karena selain berfungsi akal budi’. Demikian istilah ‘logos’ dalam
simbolik, bahasa juga memiliki fungsi bahasa Yunani mengandung makna
‘emotif’ dan ‘efektif’. Selain itu adanya isyarat, perbuatan, inti sesuatu, cerita, dari
sinonim, hiponim maupun polisemi juga ‘kata maupun susunan kata’
menjadi faktor kesamaan dan ketaksaan (Peursen,1980:4). Dari sejumlah fitur
makna. semantis itu para filsuf Yunani
Akibat lebih lanjut kekaburan dan merumuskan pengertian ‘logos’ sebagai
ketaksaan makna adalah terjadinya kegiatan menyatakan sesuatu yang
inexplicitness, sehingga bahasa sering kali didukung oleh sejumlah komponen yang
tidak mampu mengungkapkan secara masing-masing komponen tersebut antara
eksak, tepat dan menyeluruh mewujudkan satu dengan lainnya memiliki hubungan
gagasan yang direpresentasikannya. Selain dengan kata-kata. Berdasarkan kenyataan
itu pemakaian suatu bentuk sering kali fungsi bahasa tersebut di atas, maka
berpindah-pindah maknanya sesuai dengan hubungan bahasa dengan filsafat sangat
konteks gramatikal, sosial, serta konteks erat bahkan tidak dapat dipisahkan
situasional dalam pemakaiannya, sehingga terutama dalam cabang-cabang filsafat
mengalami context-dependent. Dari adanya metafisika logika dan epistemologi.
sejumlah kekurangan tersebut tidak
mengherankan apabila paparan lewat
bahasa sering mengandung misleadingness
(menyesatkan) sehubungan dengan
kebenarannya dalam komunikasi
(Aminuddin, 1988:20).
4
no reviews yet
Please Login to review.