Authentication
560x Tipe DOCX Ukuran file 0.04 MB
PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PERCEPATAN PEMBENGUNAN BANGSA
Oleh: Syarifuddin, M.Pd
(Widyaiswara LPMP Sumatera Barat)
PENDAHULUAN
“Dalam tubuh terdapat sepotong daging, apabila dia baik maka baiklah
badan itu seluruhnya, dan apabila dia rusak maka rusaklah badan itu seluruhnya.
Sepotong daging itu adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Adalah suatu kepercayaan kuat bagi para pendiri negara ini, bahwa
keberhasilan suatu negara hanya dapat dicapai oleh para warga Negara yang
bermoral yang dapat mempertahankan suatu pemerintahan yang demokratis”
(Robert Bellah)
Indonsesia saat ini sedang mengalami ujian berat yang harus dilalui, yaitu
terjadinya krisis multidimesi yang berkepanjangan. Ketika Negara-negara lain
seperti Malaysia, Thailang, Korea Selatan dan lain-lainnya telah bangkit dengan
segera setelah mengalami krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 lalu.
Krisis multidimensiaonal ini sebetulnya mengakar pada menurunya kualitas
moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek KKN (korupsi, kolusi
dan nepotisme), konflik antar etnik, antar agama, antar politisi, antar kampung dan
lain-lain, meningkatnya kriminalitas, menurunya etois kerja, ketidak jujuran, tidak
bertanggung jawab, dan rendahnya komitmen pada nilai-nilai kebaikan. Hal itu
adalah penyebab utama Negara kita sulit bangkit dari krisis ini.
Rendahnya kredibilitas Indonesia dimata internasional adalah cerminan dari
perilaku individu-individu yang tidak berkarakter, hal ini berdampak negative
terhadap penyelenggaraan Negara dan sistem hukum, sehingga menurunkan daya
saing Indonesia dan akhirnya membuat Indonesia terpuruk secara social, ekonomi
dan budaya.
Uraian tersebut diatas membuktikan kebenaran pendapat bahwa bukan
sumber daya alam yang melimpah atau luas geografis atau jumlah penduduk yang
besar yang dapat mementukan kemajuan bangsa tetapi faktor daya-lah
(menyangkut nilai dan karakter). Oleh kerena itu membangun ahlak atau moral
Syarifuddin-Pendidikan karakter dalam percepatan pembengunan bangsa 1
manusia harus ditempatkan sama pentingnya dalam mambangun system Negara
ini maka keduanya harus dilakukan bersamaan. Maka membangun ahlak dan
moral sangat tepat apabila dilaksanakan dalam proses pendidikan, karena setiap
anak bangsa negeri ini akan melalui proses tersebut dalam mempersiapkan
kehidupannya dan membentuk kerekter manusia Indonesia yang akan menjadi
bekal dalam menjalani kehidupan dimasa depan.
Melalui pendidikan diharapkan mempu membangun ahlak dan moral
manusia pada nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal. Dengan demikian
pendidikan dianggap sebagai satu-satunya pilihan yang bersifat preventif.
Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa
dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab
berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Melalui pendidikan diharapkan
dapat membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Memang diakui bahwa
hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera,
tetapi pendidikan dapat diharapkan melakukan percepatan terhadap perubahan
nilai-nilai karakter yang menjadi dambaan bagi setiap masyarakat negeri ini.
PEMBAHASAN
Ada pepatah mengatakan bahwa mengajar anak kecil ibarat seperti menulis
diatas batu, yang akan terus berbekas sampai usia tua. Sedangkan mengajarkan
orang dewasa separti menulis diatas air, yang akan cepat sirna dan tidak berbekas.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini
merupakan masa kritis bagi pembentukan bagi karakter seseorang. Banyak pakar
mengatakan bahwa kegagalan mananamkan karakter seseorang sejak usia dini
akan membentuk pribadi yang bermaslah dimasa dewasanya kelak. Selain itu ,
menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha strategis.
Beberapa contoh kasus keberhasilan pendidikan karakter pada anak-anak
usia pra-sekolah menunjukan bahwa anak-anak usia pra-sekolah sudah dapat
diberikan pendidikan karakter dengan mengaktifkan rasa empati anak yang sudah
ada, yang merupakan bagian dan fitrahnya, demikian juga halnya terhadap kaka-
kakak mereka yang sudah meninjak pendidikan pada pendidikan dasar, yaitu di
sekolah dasar misalnya. Memberikan cinta dan kasih sayang saja tidak cukup,
Syarifuddin-Pendidikan karakter dalam percepatan pembengunan bangsa 2
tetapi anak perlu diajarkan disiplin dan diarahkan kepada hal-hal yang baik.
Arahan ini dapat berupa contoh-contoh yang baik, diskusi, misalnya dengan
menimbulkan rasa sensitifitas anak. Hal ini menunjukan bahwa anak
membutuhkan tauladan, sehingga anak akan mudah meniru dan akan bangga
apabila mereka dapat melakukan apa yang telah dicontohkan oleh orang-orang
yang menjadi panutannya.
Fenomena nyata dalam kehidupan anak menunjukan kenyataan yang sangat
jelas bahwa perilaku anak menunjukan akan pentingnya keteladanan dalam hidup
mereka, karena setiap orang (terutama anak) punya tabiat meniru. Maka pihak-
pihak yang dimungkinkan akan ditiru semestinya selalu tampil sebagai teladan
yang baik. Agar, anak yang meniru, mendapatkan contoh yang baik untuk ditiru.
Tabiat meniru ini, bahkan akan memberi kontribusi yang besar bagi hampir
seluruh kepribadian sang anak. Tak heran bila Rasulullah SAW mengatakan,
"Seseorang itu berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah
seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya". (HR. Abu Daud,
Tirmidzi, dan Ahmad).
Berkat peniruan yang intensif baik dalam pergaulan dalam lingkungan
keluarga maupun dalam pergaulan pendidikan formal/non formal terbentuklah
tokoh identvikasi yaitu tokoh yang selalu benar, tokoh yang menjadi pusat
peniruan dan panutan, tokoh ideal dan idola bagi anak-anak atau peserta didik.
Berbahagialah orang tua apabila sang anak telah menjadikan bapak dan/atau
ibunya itu tokoh identivikasi bagi sang anak, yang telah mengajarkan nilai-nilai
kemulyaan secara utuh. Nilai-nilai inilah yang akan menjadi indicator terhadap
tingginya harkat dan martabat manusia, yang kesemuanya berawal dari sebuah
keteladanan. Maka kajian tentang manusia haruslah menjangkau hakekat manusia
secara menyeluruh dan utuh, yang akan menjelaskan secara penuh harkat dan
martabat manusia, yang akan membedakan manusia dari mahluk yang lain.
Pentingnya keteladanan ternyata sangat mendalam, sebagaimana dinyatakan
oleh Prof. Prayitno (2008:267) bahwa anak akan memfokuskan peniruannya
kepada orang tua yang amat dekat dan amat penting bagi dirinya, dalam hal ini
biasanya sang anak akan menjadikan kedua orang tua mereka sebagai significant
persons, yaitu orang-orang yang amat besar pengaruh, peranan dan artinya bagi
Syarifuddin-Pendidikan karakter dalam percepatan pembengunan bangsa 3
dirinya (sang anak). Anak meniru banyak hal dari orangtuanya, hal ini sangat
intensif dilakukan oleh sang anak sehingga akan membangun fondasi kehidupan
yang kokoh, yang sulit tergoyahkan sepanjang hayat. Fondasi ini akan
berpengaruh besar dalam seluruh perjalanan hidup sang anak untuk selanjutnya.
Gambaran ini sangat wajar sebab ikatan batin sang anak dengan orang tuanya
amatlah kuat, karena memperoleh fondasi yang kokoh sejak usia yang paling dini.
Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan karakter yang
diberikan pada anak-anak pra-sekolah dan pada pendidikan dasar dapat
membentuk perilaku positif; interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan
mengelola emosi, percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya,
termasuk kemampuan akademik.
1. Dampak Positif Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter bukan saja dapat membuat seorang anak mempunyai
akhlak yang mulia, tetapi juga dapat meningkatkan keberhasilan akademiknya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara keberhasilan
pendidikan karakter, dengan keberhasilan akademik, serta perilaku pro-sosial
anak, sehingga dapat membuat suasana sekolah dapat begitu menyenangkan dan
kondusif untuk proses belajar-mengajar yang efektif. Selain itu, anak-anak yang
berkarakter baik adalah mereka yang mempunyai kematangan emosi dan spiritual
tinggi, sehingga dapat mengelola stressnya dengan lebih baik, yang akhirnya
dapat meningkatkan kesehatan fisiknya.
Bahkan ada banyak pendapat dan para pakar pendidikan yang mengatakan
bahwa terlalu menekankan pendidikan akademik (kognitif atau otak kiri) dan
mengecilkan pentingnya pendidikan karakter (kecerdasan emosi atau otak kanan),
adalah penyebab utama gagalnya membangun manusia yang berkualjtas. Hal ini
dibuktikan dan beberapa studi yang menunjukkan bahwa keberhasilan manusia
dalam dunia kerja 80 persen ditentukan oleh kualitas karaktemya, dan hanya 20
persen ditentukan oleh kemampuan akademiknya.
Adalah hal yang tidak berlebihan untuk menempatkan pendidikan karakter
sebagai fondasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) seutuhnya, dimana
karakter adalah input yang penting sekali dalam pembangunan SDM.
Syarifuddin-Pendidikan karakter dalam percepatan pembengunan bangsa 4
no reviews yet
Please Login to review.