Authentication
Embun Pagi Nglindur
Terpelajar mesti adil sejak dalam pikiran!
-Pramoedya Ananta Toer-
Pada suatu malam di awal Agustus 2007, di sebuah
rumah kos yang kecil beberapa mahasiswa sepakat
berkumpul. Mereka berbicara tentang apa saja sesuai
dengan minat dan kadar pengetahuan yang mereka tahu
sangat terbatas. Jika ada yang ganjil dari sana adalah
latar belakang mereka yang sangat beragam; psikologi,
hukum, sastra, geografi, pendidikan, sejarah, ekonomi,
dan lain sebagainya. Namun, malam itu memang bukan
malam yang bersejarah tetapi malam yang biasa. Sangat
biasa.
Tetapi ada yang tercatat di sana; mereka bicara apa
saja sebebas-bebasnya dari A sampai Z lalu kembali ke A
lalu ke Z lagi dan seterusnya hingga adzan subuh tiba.
Malam lewat begitu cepat. Sepertinya mereka berkumpul
dengan semacam kerinduan yang membuncah; entah
kepada pencarian ilmu pengetahuan yang begitu dalam
atau mungkin karena kesepian yang sudah terlalu lama.
Begitulah malam itu hanyalah mula dari malam-
malam yang lebih panjang. Mereka sepakat berkumpul
seminggu sekali, setiap selasa malam tepatnya. Dari satu
kos pindah ke kos yang lain. Mereka datang membawa
cemilan sendiri, kopi, tak lupa rokok dan tentu saja
makalah yang mereka copy sendiri. Hampir selalu hingga
embun pagi terbit.
Tidak ada yang penting dari semua yang mereka
bicarakan. Mereka bicara tentang apa saja, tak sistematis,
ngawur, ngalor ngidul, tak karuan, apalagi ilmiah. Ah,
- 2 -
ilmiah. Kata yang tak pernah mereka pedulikan. Bagi
mereka, berbicara bebas dan jujur apa adanya adalah
harga yang tak tertawar. Semua bebas bicara; anak sastra
bicara hukum, anak ekonomi bicara agama, anak
pendidikan bicara politik dan seterusnya. Demikianlah,
semua berdaulat untuk berbicara dan berhak
mengumumkan pemikirannya sendiri! Mungkin anarkis
dan tak tahu diri tetapi apa boleh buat; mungkin baru
sampai di situlah kemampuan mereka.
Sampai akhirnya muncullah ide; membuat blogspot.
Di sana mereka bertuang ide, gagasan, pikiran, cinta,
kerinduan, umpatan, cacimaki, kesepian,
ketidakberdayaan, semangat, optimisme, nihilisme,
harapan, canda, pemberontakan, guyonan dan kadang-
kadang tangisan. Di sana juga mereka belajar mengeja
apa saja; dari demokrasi hingga gethuk, dari pecel hingga
kapitalisme, dari filsafat hingga agama, dari negara
hingga amarah, dari Gramsci hingga Muhammad, dari
teori kritis hingga anarkisme, dari apa saja hingga apa
saja yang lainnya. Semua itu tertuang di sana. Semua
itulah yang akan anda, sidang pembaca, baca dalam
seluruh isi buku ini.
Sebagai hanya sebuah kumpulan tulisan,
(semacam/menyerupai) buku ini hadir dengan segala
keterbatasannya. Inilah semacam dokumentasi lintas
disiplin yang ingin bicara tentang segala hal yang
membuat penulisnya bertanya dan menggugat meski
selalu dengan terbata-bata. Yah, buku ini hadir dengan
sebuah dilema; dia ingin mempertanyakan dan
menggugat apa saja tapi dia tahu dia sangat terbatas.
Memandang buku ini sebagai sebuah bagian kecil proses
belajar panjang perjalanan intelektual masing-masing
penulisnya, bagi kami, adalah menyuluh harapan yang
- 3 -
tak seberapa bahkan mungkin tak berguna tetapi kami
yakin; tak ada yang sia-sia. Yah, mereka itulah kami,
Komunitas Embun Pagi.
Inilah Embun Pagi Nglindur, sebuah igauan yang
sederhana dari Komunitas Embun Pagi. Kami sadar
mungkin memang baru pada tingkatan ”nglindur” inilah
kami berada. Berbicara, berkhutbah apalagi bermanifesto
belumlah tingkatan kami. Namun, kami sadar bahwa
pagi pasti datang dan nglindur pasti tak pernah selama-
lamanya.
Kepada kang Mul (Kristiyan Mulyono), terima kasih
atas kesetiaan dan kopi-nya yang tak pernah habis
menemani kami berdiskusi. Kepada kang Gunawan
”Putu” Budi Susanto, terimakasih atas semangat, teladan,
dan untuk kata-kata Pram di atas. Terimakasih kepada
teman-teman diskusi: Hanafi, Malik, bang Ali Fauzan,
Juki (Rahmat Marzuki), pak Ali Formen, pak Ali Mashar,
pak Hasyim Asyari, mas Ribut Achwandi dan Komunitas
Daun, Eko Kodok, mbak Elin dan semua teman-teman
yang tak dapat tersebutkan satu per satu.
Terimakasih juga kepada teman-teman: bang
Guntur HMI, kang Azil PMII, Anggit ”Uban” KAMMI,
Pompi HTI, Memet LMND, komunitas Joglo, Cero
Group, Translingua dan semua teman-teman baik
pribadi maupun komunitas yang sama-sama bergerak
dengan jalan dan untuk tujuannya masing-masing. Tak
terlupakan terima kasih terdalam kami haturkan kepada
orang tua tercinta dan keluarga kami masing-masing di
rumah.
Terimakasih tak terhingga kepada guru-guru kami;
Prof Abu Suud dan ”Prof” Saratri Wilonoyudho. Pada
beliau berdua kami belajar tidak hanya tentang hebatnya
- 4 -
no reviews yet
Please Login to review.