Authentication
MAKALAH
RATIONAL EMOTIVE THERAPY
Arranged by Joko Setiawan, 08.04.100 at Jum’at pagi, 11 Maret 2011
A. Pengertian dan Konsep Dasar
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai
dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Albert Ellis,
seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga
seorang eksistensialis sekaligus seorang Neo Freudian. Menurut Ellis
(dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RET merupakan
terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan
dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia
adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu
dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir,
bernafas, dan berkehendak. (Willis, 2004). Yang dimaksud dengan
konseling RET atau yang lebih dikenal dengan Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) adalah konseling yang menekankan dan
interaksi berfikir dan akan sehat (rasional thingking), perasaan
(emoting), dan berperilaku (acting). Bahwa teori ini menekankan
bahwa suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berpikir
dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara
berperasaan dan berperilaku.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat
dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang
membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A),
Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami
atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu
keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon
karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri
individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua
macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB)
dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system
keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu
menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan
keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak
masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional
sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan
senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan
antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat
langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara
dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D, E dan F untuk rumus ABC ini.
Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan
irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects;
E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Sehingga lahir perasaan(feelings; F) yaitu perangkat perasaan yang
baru, dengan demikian kita tidak akan merasa tertekan, melainkan
kita akan merasakan segala sesuatu sesuai dengan situasi yang
ada. Teori pendekatan DEF dari ellis jika digambarkan dalam bentuk
bagan adalah demikian: D (disputing intervention) E (effect) F (new
Feeling)
- D adalah yang meragukan atau membantah. Pada isensinya
merupakan aplikasi dari metode ilimiah untuk menolong klien
membantah keyakinan irasional. Ellis dan Bernard (1986)
melukiskan tiga komponen dari proses membantah ini:
Pertama: klien belajar cara mendeteksi keyakinan irasional
mereka, terutama kemutlakan seharusnya dan harus, sifat
berlebihan, dan pelecehan pada diri sendiri.
Kedua: klien memperdebatkan keyakinan yang disfungsional itu
dengan belajar cara mempertanyakan semua itu secara logis
dan empiris dan dengan sekuat tenaga mempertanyakan kepada
diri sendiri serta berbuat untuk tidak mempercayainya.
Ketiga: klien belajar untuk mendiskriminasikan keyakinan yang
irasional dan rasional.
- E adalah falsafah efektif, yang memiliki segi praktis. Falsafah
rasional yang baru dan efektif terdiri dari menggantikan yang tidak
pada tempatnya dengan yang cocok. Apabila itu berhasil maka akan
tercipta F atau new feeling
- F adalah perangkat perasaan yang baru. Kita tidak lagi merasakan
cemas yang sungguh-sungguh, melainkan kita mengalami segala
sesuatu sesuai dengan situasi yang ada.
B. Asumsi Dasar Perilaku Bermasalah
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang
memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika
berpikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia,
dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkah laku irasional individu
itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian
besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang
disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau
emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak
logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam
berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang
biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan.
Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang
digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir
yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir
yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus
dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat
no reviews yet
Please Login to review.