Authentication
312x Tipe DOCX Ukuran file 0.09 MB
CLUSTER C: ANXIOUS-FEARFUL
PERSONALITY DISORDER
& Fungsi Intelijensi
Disusun oleh:
Anak Agung Bagus Margarana M. 190420080016
Chandrania Fastari 190420080034
Dewi Yardi 190420080047
MAGISTER PROFESIONAL PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
Cluster C: Anxious-Fearful Personality Disorder
Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan
kepribadian menghindar (avoidant), tergantung (dependent), dan obsesif-kompulsif
(obsessive-compulsive). Karakteristik dari kepribadian kelompok Anxious-Fearful adalah
adanya perasaan cemas atau takut yang kronis dan perilaku yang dimunculkan bertujuan
untuk menghindari situasi atau sesuatu yang menimbulkan rasa cemas atau takut.
Gangguan Kepribadian Avoidant (Menghindar)
Gangguan kepribadian ini telah diteliti sebelum dua gangguan kepribadian pada
kelompok C ini. Individu yang mengalami gangguan kepribadian ini memiliki perasaan
cemas akibat kritik yang dikeluarkan oleh orang lain sehingga mereka akan bersikap
menghindari interaksi dengan orang lain yang memunculkan adanya kemungkinan dikritik
oleh orang lain. Aktivitas atau pekerjaan yang mereka pilih adalah aktivitas atau pekerjaan
yang terhindar dari interaksi sosial, seperti menjadi polisi hutan. Saat mereka dituntut untuk
berinteraksi dengan orang lain, individu dengan gangguan kepribadian ini akan merasa gugup
dan bertahan, sangat sensitif dengan adanya tanda-tanda untuk dievaluasi atau dikritik oleh
orang lain. Mereka mengalami ketakutan untuk mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal
atau salah, atau melakukan sesuatu yang akan membuatnya merasa malu. Mereka cenderung
merasa depresi dan kesendirian. Tetapi walaupun mereka membutuhkan berhubungan dengan
orang lain, mereka merasa sia-sia dari hubungan ini sehingga mereka mengisolasi diri.
Sekitar 1% dari manusia normal akan didiagnosa mengalami gangguan kepribadian
menghindar, tanpa adanya perbedaan jenis kelamin untuk kecenderungan penyakit ini
(Fabrega dkk, 1991; Weissman, 1993b). Individu dengan gangguan ini cenderung untuk
memiliki kadar distimik yang kronis dan menderita beberapa gejala depresi dan kecemasan
ringan (Fabrega dkk, 1991). Jelas terdapat informasi yang melengkapi antara karakteristik
gangguan kepribadian menghindar dan untuk fobia sosial, tetapi juga ada perbedaan yang
jelas. Individu dengan gangguan kepribadian mempunyai perasaan ketidakcakapan secara
umum dan perasaan takut untuk dikritik yang menetap yang berakibat mereka berperilaku
menghindari jenis interaksi yang umum dilakukan. Individu dengan fobia sosial cenderung
untuk mengalami rasa takut pada situasi sosial tertentu yang mengharapkan kecakapan
mengenai penampilannya (misalnya memberikan pidato di depan kelas) dan cenderung tidak
mempunyai perasaan ketidakcakapan secara umum. Individu dengan gangguan kepribadian
schizoid juga menarik diri dari situasi sosial, tetapi tidak seperti individu dengan gangguan
kepribadian menghindar, mereka tidak melihat dirinya sebagai individu yang tidak kompeten
atau tidak cukup.
Inti dari gangguan kepribadian menghindar adalah berpaling dari: manusia,
pengalaman baru, dan bahkan dari pengalaman terdahulu. Rentang kejadian dari 0,4-1,3 %
dari populasi (Millon dan Martinez, 1995; Weissman, 1993). Sindrom yang muncul meliputi
ketakutan untuk tampak bodoh, dengan adanya keinginan yang kuat untuk penerimaan dan
afeksi. Individu yang mengalami gangguan ini sangat ingin memasuki hubungan sosial atau
aktivitas baru, tetapi mereka tidak menginginkan adanya resiko kecil yang ditimbulkan,
kecuali mereka dijamin dari kekuatan penerimaan kritik. Mereka pemalu. Mereka akan
mengintepretasi peristiwa tidak penting sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Individu yang
menderita karena gangguan ini akan mengalami stres dari ketidakmampuan untuk menjaga
interaksi dengan orang lain, sebagai tambahan dari rendahnya harga diri, yang berujung
kepada sensitivitas terhadap kritik dan keterasingan-sebagai sebuah siklus.
Kunci dari individu dengan gangguan kepribadian menghindar adalah sangat sensitif
terhadap penolakan, sehingga akhirnya yang tampak adalah tingkah laku menarik diri.
Mereka sebenarnya sangat ingin berelasi dengan orang lain dan membutuhkan kehangatan
serta perlindungan, namun mereka malu dan sangat membutuhkan jaminan bahwa mereka
akan diterima tanpa alasan apapun dan tanpa kritik.
Mereka memiliki perasaan rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri, takut
untuk berbicara di depan publik atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka seringkali
mensalahartikan komentar dari orang lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya.
Oleh karena itu, individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya tidak memiliki
teman dekat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang dominan pada individu ini
adalah malu-malu. Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10 % dari populasi
pada umumnya.Gangguan kepribadian ini dapat dikatakan sebagai gangguan yang umumnya
dimiliki oleh individu. Bayi-bayi yang diklasifikasikan sebagai memiliki tempramen yang
pemalu memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan ini daripada
bayi-bayi yang aktif bergerak (berdasarkan activity-approach scales).
Banyak individu dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi dengan
baik dalam kehidupannya, selama mereka berada dalam lingkungan yang mendukungnya.
Beberapa diantara mereka menikah dan memiliki anak, walaupun kehidupan mereka terbatas
hanya dikelilingi oleh keluarganya saja. Sayangnya, apabila dukungan sosial tersebut
menghilang ataupun tidak sesuai dengan harapan, mereka dapat mengalami depresi,
kecemasan, dan juga kemarahan. Individu dengan gangguan kepribadian menghindar
biasanya memiliki sejarah fobia sosial atau malahan menjadi fobia sosial dalam
perjalanannya gangguannya.
Perspektif Kognitif
Pada kepribadian avoidant, kandungan kognisi menjalin hubungan timbal balik
patologis dengan struktur kognisi (misalnya perangkat penyusunan informasi), dimana
hubungan ini yang bertanggungjawab atas terjadinya gangguan. Sifat terlalu curiga adalah
pusat dari seluruh gangguan. Avoidant secara konstan memeriksa lingkungan mencari potensi
ancaman. Mereka sensitif terhadap segala perasaan dan niatan orang lain terhadap mereka.
Yang dihasilkan adalah sistem pemrosesan informasi yang dikuasai oleh terlalu banyak
stimulus yang menghambat mereka memahami sesuatu yang biasa atau keadaan sekitar.
Akibatnya, penilaian terhadap potensi bahaya menjadi sangat tinggi, bahkan kejadian yang
sebenarnya tidak mengandung bahaya-pun ditandai sebagai ancaman. Karena terlalu banyak
potensi ancaman yang masuk maka tidak ada satu informasi-pun yang diolah secara
mendalam.
Hipotesis yang menyatakan bahwa setiap sumber stimulasi itu berbahaya berlanjut
sebagai akibat dari ketidakpastian, membiarkan sebuah ancaman tanpa diperiksa akan sangat
berisiko. Hasilnya, kecemasan meningkat, kepekaan terhadap tanda-tanda bahaya juga
meningkat dan kedalaman pemrosesan informasi makin menderita. Akibatnya, seluruh proses
kognitif menjadi sangat terbebani karena menganggap segala sesuatu sebagai ancaman. Oleh
sebab itu seorang avoidant harus menarik diri demi mendapatkan rasa aman.
Kepekaan akut serta Kewaspadaan interpersonal Harapan dipermalukan
harapan dipermalukan, kronis terhadap tanda- mengakibatkan salah
dihina, direndahkan tanda di sekitar identfikasi stimulus sosial
sebagai memalukan
Menghindari Tidak ada stimulus yang Kecemasan
diproses mendalam, meningkatkan kepekaan
lingkungan sosial sedangkan prmrosesan
semua diidentifikasi
sebagai ancaman informasi menjadi tidak
efisien
Gambar 6.2 Siklus Proses Informasi Individu dengan Avoidant Disorder
Fungsi Intelijensi dari Avoidant Personality Disorder
no reviews yet
Please Login to review.