Authentication
389x Tipe PDF Ukuran file 0.34 MB Source: eprints.umm.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan
intensitas feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Apabila diare berlangsung kurang dari 2
minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau
lebih, digolongkan pada diare kronik, feses dapat dengan atau tanpa lendir.
(Amin, 2015)
Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoadapat menyebabkan
diare. Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp, Campylobacterjejuni,
dan Cryptosporidium spmerupakan mikroorganisme tersering penyebab diare
pada balita. (Utami, dkk. 2016)
Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap berbagai
penyakit. Hal ini dikarenakan daya tahan tubuh balita yang masih lemah.
Selain itu kehidupan balita juga masih sangat bergantung kepada orang tua
terutama pada ibu, sehingga masalah kesehatan pada balita pun menjadi
tanggung jawab orang tua yang tidak bisa dianggap remeh. Salah satu
masalah kesehatan balita di Indonesia yang masih sering terjadi adalah diare.
(Christy, 2014)
2.1.2 Etiologi
Timbulnya penyakit diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
risiko yang paling banyak terkait dengan diare yaitu faktor lingkungan,
6
7
meliputi ketersediaan sarana sanitasi dasar seperti air bersih, air minum,
pemanfaatan jamban. Berikut adalah mikroorganisme yang mengakibatkan
terjadinya diare :
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%).
Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus
serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia, Norwalk virus, Astrovirus,
Adenovirus (tipe 40, 41), Small bowel structured virus,
Cytomegalovirus.
2. Bakteri
E. coli, Shigella spp., Stafilococcus aureus, Bacillus cereus,
Campylobacter jejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholerae 01, dan
V. choleare 0139, dan Salmonella (non-thypoid).
3. Protozoa
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium,
Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
4. Helminths
Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria (Amin, 2015)
2.1.3 Faktor Risiko
1. Faktor lingkungan yang terdiri dari sumber air minum dan
pembuangan limbah.
2. Faktor sosiodemografi yang terdiri dari pendidikan orang tua, serta
umur anak.
8
3. Faktor perilaku yang terdiri dari pemberian air susu ibu (ASI)
eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan. (Utami, dkk. 2016)
2.1.4 Epidemiologi
Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
perlu mendapat perhatian karena angka morbiditas dan mortilitasnya masih
tinggi. Data dari Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa penyakit diare dari
tahun ke tahun masih menjadi penyebab utama kematian bayi dan balita di
Indonesia. Di dunia sekitar lima juta anak meninggal dunia karena diare akut,
dimana sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Beberapa survei menunjukkan bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita. Sedangkan menurut SKRT 2001 menyebutkan angka
mortilitas balita mencapai 13%; Studi Mortalitas Dunia 2005 menyebutkan
angka mortilitas anak karena diare sebanyak 17%; WHO (Asia) sebesar 15%;
dan Riskesdas 2007 menyebutkan angka mortilitas karena diare balita (1–4
tahun) sebesar 25,2%. (Christy, 2014)
Prevalensi diare untuk Provinsi Jawa Timur sendiri mencapai 7,9% .
Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke-10 dari 33 prevalensi menurut
provinsi di Indonesia. Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur tertinggi
terdapat pada kelompok umur balita (1-4 tahun) yaitu sebesar 16,7%.
Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur tertinggi terdapat pada
kelompok umur balita (1-4 tahun) yaitu sebesar 16,7% yang digambarkan pada
table 2.1 berikut :
9
Tabel 2.1 Angka Kejadian Diare Berdasarkan Usia.
(Christy, 2014)
2.1.5 Klasifikasi Diare
Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan mampu
menimbulkan diare yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan gejala
klinisnya. Jenis yang pertama adalah:
2.1.5.1 Diare Cair Akut
Dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar
sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat.
2.1.5.2 Disentri
Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan
akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah akan
menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan status
gizi.
2.1.5.3 Diare Persisten
Dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini
sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam
kondisi infeksi, (Iskandar 2011).
no reviews yet
Please Login to review.