Authentication
352x Tipe PDF Ukuran file 0.92 MB Source: repository.uksw.edu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Kajian Pustaka
1.1.1. Tanaman Kangkung
Kangkung berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia,
Burma, Indonesia, China Selatan, Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung
termasuk ke dalam famili convolvulaceae atau kangkung-kangkungan. Kangkung
merupakan sumber vitamin A, vitamin C dan mineral seperti zat besi, kalsium,
kalium, dan fosfor (Nazaruddin, 2003). Kangkung dapat berfungsi sebagai obat
tidur karena dapat menenangkan saraf. Akarnya digunakan untuk mengobati
penyakit wasir sedangkan zat besi yang terkandung didalamnya berguna untuk
pertumbuhan tubuh. Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang
muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur (Rukmana, 1994).
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil
dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Biasa ditemukan di dataran rendah
hingga 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman kangkung terdiri dari dua
varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air
yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit (Rukmana, 1994).
Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan, klasifikasi kangkung adalah :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Dicotyledone (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea reptans Poir.
(Suratman,2000).
Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak
mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran tanaman
4
kangkung berpola perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar kesemua
arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 – 100 cm (Rukmana, 1994).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota
bunga berwarna putih atau merah lembayung. Sedangkan buah kangkung
berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah
kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan
hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah
kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat.
Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada
jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman
secara generatif (Faisal, 2016).
Kangkung Darat (Ipomoea reptans P) dapat tumbuh pada daerah yang
beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 1500-2500 mm/tahun (Faisal,2016).
Tanaman kangkung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
O
suhu 20 – 30 C. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman kangkung
tergolong sedang yaitu 200 – 400 footcandels. Sedangkan untuk kelembaban
tergolong tinggi yaitu > 60% (Rahman, 2014).
1.1.2. Soilless Culture
Soilless culture atau budidaya tanpa tanah dapat didefinisikan sebagai
metode yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah
sebagai media perakaran, dimana nutrisi yang diserap oleh akar dipasok melalui
air. Pupuk yang mengandung nutrisi dipasok ke tanaman dengan dilarutkan dalam
konsentrasi yang tepat dalam air dan larutan yang dihasilkan disebut sebagai
larutan nutrisi. Soilless culture diklasifikasikan menurut tipe pendukung tanaman
sebagai media substrat (media buatan, mineral atau media pertumbuhan organik,
atau campuran keduanya) dan media air atau hidroponik, dimana akar sebagian
atau seluruhnya dicelupkan ke dalam larutan nutrisi (Savvas, dkk., 2013).
5
Tabel 2.1 Klasifikasi soilless culture menurut tipe pendukung tanaman
Soilless culture
Water culture or Hydroponic Substrate Culture
Deepwater culture Gravel culture
Float hydroponics Sand culture
Nutrient film technique Bag culture
Deepflow technique Container culture
Aeroponics Trough culture
(Sumber : Savvas, dkk., 2013)
Hidroponik atau water culture merupakan salah satu bagian dari soilless
culture atau budidaya tanpa media tanah. Dalam bahasa Yunani, hidroponik
berasal dari kata hydro (air) dan ponos (kerja) yang dapat diartikan sebagai
budidaya tanaman dengan air (Lingga, 2002). Hidroponik merupakan salah satu
teknologi budidaya tanaman dalam lingkungan terkendali. Budidaya tanaman
secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, dengan pemberian hara tanaman yang
terkendali, serta dapat dilaksanakan menggunakan media tanam maupun tanpa
media tanam (Savage, 1985).
Budidaya tanaman hidroponik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan budidaya secara konvensional, yaitu (1) penggunaan lahan lebih efisien,
(2) tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun, (3)
kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih, (4) penggunaan
pupuk dan air lebih efisien, (5) pegendalian hama dan penyakit lebih rendah.
Selain Kelebihan, dalam hidroponik juga terdapat kekurangan yaitu antara lain (1)
membutuhkan modal yang besar, (2) pada “Close System” (nutrisi disirkulasi),
jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat
seluruh tanaman akan terkena serangan tersebut, (3) pada kultur substrat,
kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media tanah (Pratama,
2016).
Salah satu contoh sistem hidroponik yang mudah digunakan yaitu sistem
rakit apung. Sistem rakit apung merupakan sistem hidroponik dengan irigasi
sistem terbuka dan berdasarkan penggunaan media dikelompokkan kedalam Bare
Root System atau sistem akar telanjang. Pada prinsipnya, floating raft hydroponic
6
system atau hidroponik sistem rakit apung adalah menanam tanaman dengan cara
diapungkan di permukaan air, akar tanaman akan menjuntai ke dalam air
(Sutiyoso, 2006).
Keuntungan menggunakan teknologi hidroponik rakit apung adalah
perawatan instalasinya mudah dan murah karena tidak memerlukan pompa air
khusus, filter, timer, sprinker,dan sebagainya. Pada sistem ini tidak dilakukan
sirkulasi larutan hara, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap
ketersediaan energi listrik. Disamping kelebihan tersebut, kekurangan dari sistem
ini adalah rendahnya kadar oksigen di daerah perakaran karena terendamnya akar
tanaman dalam larutan hara. Ruang pori yang berisi air dapat memperlambat atau
bahkan memutuskan pertukaran gas antara atmosfer dan rizosfer, akibatnya
konsentrasi oksigen yang diperlukan untuk respirasi akar menjadi faktor pembatas
(Sutiyoso, 2006). Pemberian oksigen ke dalam larutan dapat melalui antara lain
gelembung udara (misalnya pompa air gelembung yang dipakai aquarium),
penggantian larutan nutrisi secara rutin, membersihkan atau mencabut akar
tanaman yang terlalu panjang, dan memberikan lubang ventilasi pada tempat
penanaman (Wulansari, 2012).
1.1.3. Pupuk Cair Sebagai Nutrisi Hidroponik
Nutrisi adalah kandungan organik yang dibutuhkan organisme untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya, nutrisi didapatkan
dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tanaman (Qalyubi,
2015). Tanaman membutuhkan 16 unsur nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal
dari udara, air dan pupuk. Unsur-unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), besi
(Fe), magnesium (Mg), boron (B), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn),
molibdenum (Mo) dan khlorin (Cl). Unsur-unsur C, H dan O biasanya disuplai
dari udara dan air dalam jumlah yang cukup (Rosliani dan Sumarni, 2005).
Pupuk merupakan bahan yang secara langsung ataupun tidak langsung
diberikan ke tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik serta produksi dan
kualitasnya meningkat. Pupuk cair adalah larutan mudah larut berisi satu atau
lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Selain itu, pemberiaannya dapat
lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman
7
no reviews yet
Please Login to review.