Authentication
350x Tipe PDF Ukuran file 0.36 MB Source: core.ac.uk
Usaha Budi Daya Ikan Lele (Clarias Sp) Pada Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Kabupaten Boyolali ..... (Firdaus, M., et al)
USAHA BUDI DAYA IKAN LELE (clarias sp) PADA KAWASAN
MINAPOLITAN “KAMPUNG LELE” KABUPATEN BOYOLALI
Catfish Aquaculture Bussiness at Minapolitan Area
“Kampung Lele” in Boyolali District
*Maulana Firdaus, Hertria Maharani Putri dan Rani Hafsaridewi
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Gedung BRSDMKP I Lt. 4
Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara
Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924
*email: mr_firda@hotmail.com
Diterima tanggal: 20 Maret 2017 Diterima setelah perbaikan: 9 November 2017
Disetujui terbit: 17 Desember 2017
ABSTRAK
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kawasan minapolitan yang ada di Jawa Tengah, yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang
Penetapan Kawasan Minapolitan. Berdasarkan keputusan tersebut, pengembangan usaha perikanan
khususnya budidaya Ikan Lele (clarias Sp) semakin gencar dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran pola pengelolaan, permasalahan yang dihadapi, pemasaran hasil produksi, serta
memberikan gambaran terhadap struktur biaya, penerimaan, keuntungan dan nilai R/C ratio. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dengan pemilihan sampel menggunakan purposive
sampling. Berdasarkan hasil analisis, usaha budidaya ikan lele di Desa Tegal Rejo secara keseluruhan
masih layak diusahakan karena memiliki nilai R/C ratio > 1. Permasalahan usaha yang dihadapi oleh
pembudidaya terkait dengan ketersediaan benih, kenaikan harga pakan, harga jual ikan lele dan
serangan penyakit. Dalam menjaga keberlanjutan usaha budidaya Ikan Lele pada kawasan minapolitan
”Kampung Lele” Desa Tegal Rejo, perlu memperhatikan daya dukung lingkungan serta pengelolaan
usaha yang baik.
Kata Kunci: budidaya ikan lele; minapolitan; Boyolali
ABSTRACT
Boyolali is one of Minapolitan Area in Central Java Province as defined in the decree of Minister of
Marine Affairs and Fisheries Number KEP.32/MEN/2010. Consequently, catfish (Clarias SP) aquaculture
in this area are increasingly developed. This study aims to desecribe the management patterns,
problems and marketing as well as to illustrate the cost structure, revenue, profits and the value of R/C
ratio. This research apllied case study method and purposive sampling method. Overall, aquaculture
business of catfish in Tegalrejo is feasible due to its value of R/C ratio> 1. However, problems related
to this aquaculture business are availability of seed, increased feed price, catfish price and disease
attack. Therefore, the sustainability of catfish farming in “Kampung Lele” Tegalrejo Village should be
strenghten with supporting environment and good business management.
Keywords: catfish aquaculture; minapolitan; Boyolali
PENDAHULUAN (2005), untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi maka diperlukan sebuah kebijakan oleh
Tingginya angka kemiskinan,
pengangguran dan rendahnya produktivitas pemerintah sebagai salah satu cara mengurangi
sektor riil masih menjadi permasalahan mendasar kemiskinan. Dalam rangka mengurangi angka
yang dihadapi dalam proses pembangunan di pengangguran dan meningkatkan produktifitas
Indonesia. Menurut Samuelson dan Nordhauss sektor perikanan khususnya di daerah pedesaan,
pemerintah pusat melalui Kementerian
*Korespodensi Penulis:
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Gedung BRSDM KP I Lt. 4 Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara, Indonesia 79
Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924
Buletin Ilmiah “MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 3 No. 2 Tahun 2017: 79-89
Kelautan dan Perikanan mempunyai program terhadap kegiatan usaha budi daya Ikan Lele di
dengan konsep Minapolitan. Pengurangan Kabupaten Boyolali.
tingkat pengangguran menjadi isu penting Data dan informasi yang dihasilkan
dalam pencapaian pemerataan kesejahteraan, melalui kegiatan riset bermanfaat bagi
karena tingkat pengangguran memiliki korelasi perencanaan pembangunan, termasuk
positif dengan tingkat kemiskinan (Hudaya, pembangunan perikanan dan kelautan (Ryadi
2009). Pengembangan Minapolitan merupakan dan Bratakusumah, 2004). Hal ini dapat dilihat
pembangunan agribisnis yang terintegrasi dengan adanya studi yang menghasilkan pola
dengan pembangunan wilayah. Pendekatan pendapatan rumah tangga, pola konsumsi dan
pembangunan minapolitan merupakan
pendekatan pembangunan yang membutuhkan keragaan usaha. Berdasarkan hal tersebut,
waktu panjang dan melibatkan banyak pihak. maka penelitian yang mengkaji tentang keragaan
Tujuan yang hendak dicapai dari pengembangan usaha budi daya Ikan Lele (clarias Sp) di
kawasan minapolitan adalah untuk meningkatkan Kawasan Minapolitan ”Kampung Lele” bertujuan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat untuk memberikan informasi terhadap kegiatan
melalui percepatan pengembangan wilayah, usaha budi daya Ikan Lele, yang meliputi pola
salah satunya dengan cara mendorong pengelolaan budi daya, permasalahan yang
perkembangan usaha sektor perikanan. dihadapi, pemasaran hasil produksi, serta
memberikan gambaran terhadap struktur biaya,
Secara teknis, sebuah kawasan dikatakan penerimaan, keuntungan dan nilai R/C ratio.
sebagai kawasan minapolitan antara lain Oleh karena itu, sebagai langkah awal hasil
adalah sumber pendapatan sebagian besar penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masyarakat diperoleh dari kegiatan perikanan gambaran dari keragaan usaha budi daya Ikan
dan semua kegiatan yang ada dalam kawasan Lele yang dilakukan Kawasan Minapolitan di
didominasi oleh kegiatan perikanan termasuk Kabupaten Boyolali.
kegiatan budi daya dan pengolahan hasil Penelitian ini dilaksanakan di salah satu
perikanan. Kabupaten Boyolali merupakan kawasan minapolitan yang ada di Jawa Tengah,
salah satu kawasan Minapolitan yang ada tepatnya yaitu di Desa Tegalrejo (Kampung
di Jawa Tengah, yang ditetapkan melalui Lele), Kabupaten Boyolali pada Bulan Mei
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan 2010. Jenis data yang dikumpulkan dalam
RI Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan penelitian ini adalah data sekunder dan data
Kawasan Minapolitan. Keputusan ini tentu akan primer. Data primer dikumpulkan melalui survey
berdampak langsung pada pengembangan berbasis kuesioner. Analisis deskriptif dan
usaha perikanan yang ada di kabupaten tersebut, analisis finansial digunakan untuk menganalisis
khususnya budi daya Ikan Lele (clarias Sp). pengelolaan budi daya Ikan Lele dan aspek
Pengembangan usaha budi daya Ikan finansialnya. Analisis finansial bertujuan untuk
Lele pada kawasan ini terus didorong untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan
mencapai tujuan dari program pemerintah dan aliran kas, sehingga dapat diketahui
tersebut, sehingga hal ini sangat berpengaruh layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan
terhadap peningkatan jumlah pelaku usaha budi (Supomo dan Indriantoro, 2002; Husein, 2001;
daya di kabupaten ini. Namun, peningkatan Kadariah,1978)
jumlah pelaku usaha budi daya Ikan Lele Karakteristik dan Pengelolaan Usaha Budi
di Kabupaten Boyolali telah menimbulkan Daya Ikan Lele
beberapa dampak, antara lain; pendapatan
yang diterima oleh setiap pembudi daya Kabupaten Boyolali yang mempunyai luas
semakin berkurang akibat semakin banyaknya wilayah sekitar 101.510,1955 hektar ini terdiri
kompetitor usaha dan input produksi semakin dari 19 Kecamatan yang terbagi menjadi 262
sulit dan harga jual komoditas budi daya (Ikan desa dan 5 kelurahan, dan 83% atau 224 desa/
Lele) semakin rendah. Berdasarkan pendugaan kalurahan berada di dataran rendah. Hanya 17%
awal tersebut diperlukannya pengkajian
80
Usaha Budi Daya Ikan Lele (Clarias Sp) Pada Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Kabupaten Boyolali ..... (Firdaus, M., et al)
atau 38 desa/kelurahan berada di dataran tinggi. yang menjadi sentra budi daya Ikan Lele di
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali adalah Desa Tegalrejo.
adalah (BPS, 2010) : Secara administrasi, Desa Tegalredjo terdiri
• Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan dari 10 wilayah dusun/kampung, yaitu: Jetak,
Kabupaten Semarang. Mutih, Jetis, Mojokulon, Mojoetan, Tegalrejo,
Tegalsari, Oro-oro dan Ngregunung. Dusun
• Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, yang mempunyai potensi perikanan hanya
Kabupaten Sragen dan Kabupaten Dusun Mengkubumen, Tegalsari dan Mutih.
Sukoharjo. Sedangkan ketujuh dusun lainnya merupakan
kawasan dengan potensi pertanian. Sektor yang
• Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten dan berkembang di masing-masing kampung dapat
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilihat dari Tabel 1. Hampir seluruh lahan yang
• Sebelah Barat : Kabupaten Magelang dan ada pada Dusun Mangkubumen beralih fungsi
Kabupaten Semarang dari penggunaan lahan untuk pertanian menjadi
perikanan. Usaha perikanan yang dilakukan oleh
Secara geografis, posisi wilayah Kabupaten masyarakat di Dusun Mangkubumen adalah
o o o usaha pembesaran Ikan Lele. Selain usaha
Boyolali terletak 110 22‘-110 50’ BT dan 7 36’-
o pembesaran Ikan Lele, usaha perikanan lainnya
7 71’ LS. Kondisi topografi Kabupaten Boyolali
sangat bervariasi, hal ini disebabkan karena yang berkembang di Dusun Mangkubumen
ketinggian wilayah Kabupaten Boyolali sekitar adalah usaha pengolahan, seperti abon Ikan
75 sampai 1.500 meter dari permukaan laut. Lele dan keripik Ikan Lele.
Berdasarkan topografinya Kabupaten Boyolali Responden yang dijadikan sampel pada
berada pada ketinggian antara 75-1500 meter penelitian ini adalah pembudi daya melakukan
diatas permukaan laut. usaha pembesaran Ikan Lele di Desa Tegalrejo,
Luas areal budi daya Ikan Lele di yang berjumlah sebanyak 30 responden. Pembudi
Kabupaten Boyolali pada tahun 2008 adalah daya Ikan Lele di Desa Tegalrejo dibedakan
sebesar 33 hektar dan kawasan budidaya berdasarkan skala usahanya, yaitu pembudi
terluas terletak di Kecamatan Sawit dengan luas daya dengan skala usaha mikro (luas lahan <
2
lebih dari 60 persen dari total kawasan budidaya 500 M ), pembudidaya dengan skala usaha kecil
2 2
di Kabupaten Boyolali (Zarnuzi, 2011). Wilayah (luas lahan 500 M – 2.000 M ), pembudidaya
Tabel 1. Sektor yang berkembang di Desa Tegalrejo, Kabupaten Boyolali, 2010.
No Kampung Sektor yang Berkembang
1 Mojokulon Pertanian (Padi, tembakau, jagung Tomat, Bawang, Cabe Merah)
Jetis Pertanian (Padi, tembakau, jagung Tomat, Bawang, Cabe Merah)
Jetak Pertanian, Sentra pengumpulan dan penjualan limbah pabrik
Mutih Pembenihan Lele (ada 4 orang) dan pembesaran Ikan Lele (ada 2
orang)
2 Mangkubumen Perikanan (pembesaran Lele di seluruh Kampung Mangkubumen)
(Kampung Lele)
- Pertanian (Padi, tembakau, jagung Tomat, Bawang, Cabe
Mojoetan Merah)
- Peternakan (penetasan telur itik)
Ngregunung Pertanian (Padi)
3 Tegalrejo Pertanian (Padi, tembakau, jagung Tomat, Bawang, Cabe Merah)
Tegalsari - Pertanian (Padi)
- Perikanan (pembenihan Lele, tapi hanya 1 orang)
Oro-oro Pertanian (Padi, tembakau, jagung Tomat, Bawang, Cabe Merah)
81
Buletin Ilmiah “MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 3 No. 2 Tahun 2017: 79-89
Persentase Responden Berdasarkan Skala Usaha
10% 10% Mikro
17% Kecil
Menengah
63% Besar
Gambar 1. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Skala Usaha Budi daya, Desa Tegalrejo,
Kabupaten Boyolali, 2010.
dengan skala usaha menengah (luas lahan 2.000 banyak petakan yang diusahakan untuk budi
2 2
M – 5.000 M ) dan pembudidaya dengan skala daya Ikan Lele maka akan semakin banyak
usaha besar (luas lahan > 5.000 M2). Mayoritas pula hasil yang dapat diperoleh. Berdasarkan
pembudidaya yang ada di Desa Tegalrejo atas pemanfaatan lahan budi daya, mayoritas
adalah pembudi daya dengan skala usaha kecil, responden memanfaatkan 75% sampai dengan
sehingga persentase responden dengan skala 100% lahannya untuk budi daya Ikan Lele.
usaha kecil lebih banyak dibandingkan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa, usaha budi daya
Jumlah responden dengan skala usaha mikro Ikan Lele sebagai salah satu mata pencaharian
berjumlah 3 orang, responden dengan skala utama yang dapat diandalkan untuk memenuhi
usaha kecil berjumlah 19, responden dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk responden
skala usaha menengah berjumlah 5 orang dan yang tergolong dalam skala usaha besar,
responden dengan skala usaha besar berjumlah pemanfaatan lahannya untuk usaha budi daya
3 orang. ikan rata-rata berkisar kurang dari 25% dari luas
Berdasarkan status kepemilikan lahan, total lahan yang dimilikinya, hal ini disebabkan
sebanyak 20 orang atau 66,67% responden di oleh sebagian besar lahannya disewakan
Kampung Lele menggunakan lahan milik sendiri kepada pembudidaya lain. Hal ini disebabkan
dan sewa. Sementara itu, responden yang hanya karena lahan yang dimilikinya adalah warisan
mengelola lahan milik sendiri sebanyak 5 orang keluarga, pemilik lahan memiliki pekerjaan utama
atau 16,67%, begitu pula yang mengelolaan selain budi daya ikan dan pemilik lahan pernah
lahan sewa hanya berjumlah 5 orang atau mengalami kerugian dalam usaha budi daya,
16,67% (Tabel 2). sehingga petakan yang sudah tidak berproduksi
disewakan kepada orang lain. Sistem sewa yang
Responden yang melakukan sewa diterapkan yaitu dalam jangka waktu per siklus
lahan,merupakan bentuk dari pengembangan panen atau per tahun.
usaha budi daya, dengan harapan semakin
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan, Desa Tegalrejo, Kabupaten
Boyolali, 2010.
Status Lahan Responden
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Milik Sendiri 5 16,67
Sewa 5 16,67
Milik Sendiri & sewa 20 66,67
Jumlah 30 100
82
no reviews yet
Please Login to review.