Authentication
599x Tipe DOC Ukuran file 0.12 MB
TUGAS MAKALAH PERKEMBANGAN EMOSI
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikologi
APRILYA RAHMADANI
0603509012
PSIKOLOGI A
PENDAHULUAN
Uraian berikutnya mengenai enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang
anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan
kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian
hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan
tahapan selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan
perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun,
namun anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan
professionaluntukbisa mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan / pada usia berapa tercapainya
bukan merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya.
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak.
Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago
oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45
menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang
dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya
dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari
perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan
orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan
pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional,
pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila
masalah ini tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung mencari
jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang
senasib. Seringkali karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang
kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama,
bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional tersebut
bervariasi pada setiap remaja.
Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme,
sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas adalah tumbuh
kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk menenggang
rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang
yang dicintainya. Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan
sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
Selain itu remaja mampu untuk melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai dengan
kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap
humor termasuk yang menjadikan dirinya sebagai sasaran. Ia tidak marah jika di kritik dan di
saat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya
sendiri sebagai orang luar. Remaja juga memiliki falsafah hidup tertentu, tanpa perlu
merumuskannya atau mengucapkannya dalam kata-kata.
Berdasarkan observasi cermat berkelanjutan, bisa diperkirakan pada taraf perkembangan
emosi yang mana seorang anak berada. Kemampuan mana yang sudah dikuasainya dengan baik,
mana yang membutuhkan penguatan dan mana yang sama sekali belum berkembang.
Pengamatan dilakukan saat bermain, berinteraksi dan melakukan aktifitas sehari-hari.
Pengamatan dimasukkan dalam daftar 'rating scale' disertai umur pencapaiannya (untuk skor A).
N-never (kemampuan tersebut tidak pernah tampak), S-sometimes (kemampuan tersebut kadang-
kadang tampak), A-always (kemampuan tersebut selalu tampak) dan L-loses (kemampuan
tersebut hilang saat stress: lapar, marah, lelah, dll).
Emosi remaja berada dalam situasi sturm und drung sebab belum stabil dan mencapai
kematangan pribadi secara dewasa. Menurut Gesell, dkk, remaja 14 tahun seringkali mudah
marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak, dan tidak berusaha mengendalikan
perasaannya (Hurlock, 1993) karena emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka
dari pada perilaku yang realistis.
Mereka merasa canggung akan pertambahan tinggi badan yang dirasa aneh dan
mengganggu, mudah tersinggung kesal hati, dan tertekan, ingin marah. Dalam keadaan emosi
yang belum stabil ini celaan atau kritikan dari lingkungan seringkali ditanggapi secara sungguh-
sungguh dan sering ditafsirkan sebagai ejekan atau meremehkannya. Akibatnya mereka sering
bersikap antipati dan melawan. Bila lingkungan keluarga, orang tua dan sekolah mengabaikan
keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang tidak disukai karena tampangnya kurang
menguntungkan, kurang cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata dan sinis, biasanya
remaja tersebut menjurus pada perilaku yang maldjusment dan sering pada tindakan delinkuency
(Mulyono, 199).
Remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa
pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat
menjurus pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada
tindak kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual. Karakteristik
emosi pada anak mencakup :
a. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba
b. Terlihat lebih hebat atau kuat
c. Bersifat sementara atau dangkal.
d. Lebih sering terjadi
e. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
f. Reaksi mencerminkan individualitas
Perkembangan emosi pada anak sebenarnya sulit diukur. Variasi emosi pada anak juga banyak.
Variasi ini sangat bergantung dengan kondisi lingkungan anak, jadi emosi itu menentukan respon
apa yang diberikan pada lingkungannya. Emosi ini juga kebutuhan lho, jadi anak perlu untuk
memperlihatkan emosinya, bisa dikatakan terpenuhi kebutuhan emosinya jika emosi yang
dikeluarkan dapat dikendalikan dengan baik.
no reviews yet
Please Login to review.