177x Filetype PDF File size 0.34 MB Source: journal.unair.ac.id
93 Peran Human Capital terhadap Kesuksesan Organisasi: Karyawan Adalah Investasi Human Capital Role in The Success of Organization: The Employee is Investation NUZULUL KUSUMA PUTRI* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga ABSTRACT Organization is a bundling of people who shared their vision in achieving a goal. Managing an organization is attempting to manage those people efficiently to achieve the organization goal. For many years, employee just seen as people who work to paid not as people whom work with. This paradigm shifting to new paradigma which tend to make employee as the organization investment. Employee is human who not only technically work but also emotionally engaged to other human in organization. Many practitioners proved that today employee is not only tools but its more than real organization key to be successful. Keywords: human capital, organization success Correspondence: Nuzulul Kusuma Putri, Kampus C Jalan Mulyorejo, Surabaya. E-mail: putri.nuzulul@yahoo.com Organisasi adalah sebuah kumpulan dari sumber jangka panjang bagi “kesehatan” organisasi, dan bahwa daya, yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa manusia atau “human capital” merupakan sumber utama kategori yakni financial resources, physical resources, dari kedua aset tersebut. human resources, organizational knowledge and learning, Kesuksesan organisasi akan bertambah seiring serta general organization resources. Organisasi yang kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan sukses adalah organisasi yang dalam jangka panjang lingkungannya, bergerak dengan cepat dengan tetap secara efektif mampu menyediakan, mengembangkan, berorientasi pada konsumen, secara berkelanjutan dan mengatur sumber daya serta kemampuannya sebagai berinovasi sambil tetap memperhatikan efisiensi, serta keuntungan yang kompetitif. Sebuah organisasi dengan terutama mengoptimalkan talenta dari karyawannya. output yang hebat membutuhkan input yang hebat pula. Menurut Holbeche (2005), saat ini sedang Human Capital berkembang “knowledge economy”, yakni bahwa faktor Human capital theory lahir empat dekade yang lalu kunci dalam produksi adalah manusia, dan manusia oleh Theodore Schultz, Gary Becker dan Jacob Mincer. adalah satu-satunya faktor kesuksesan organisasi yang Teori ini mendapat perhatian besar dalam penelitian, dan tidak diperdagangkan sebagai komoditas dagang telah mengalami berbagai perkembangan. Saat ini human organisasi. Di Inggris, hubungan antara praktek manajemen capital telah menjadi konsep yang familiar, digunakan manusia yang baik dengan kesuksesan organisasi telah di berbagai debat publik, dan menjadi frase favorit para diperhitungkan dalam siklus manajemen. Selama ini, politikus yang memiliki perhatian terhadap relevansi pengukuran kinerja organisasi hanya diukur melalui perkembangan dan diseminasi pengetahuan yang pencapaian finansial padahal pengukuran tersebut tidak berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup. merefleksikan daya saing yang sebenarnya dari organisasi Nalbantian et al (2004) dalam Armstrong (2006) dan belum mampu meramal kinerja organisasi di masa mendefinisikan human capital sebagai “Persediaan dari depan. kumpulan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, Kingsmill (2003) dalam Holbache (2005) menjelaskan kreativitas dan atribut pekerja lainnya” dan berpendapat bagaimana sebuah organisasi seharusnya mengukur bahwa human capital juga mencakup “memberi nilai pada human capital yang dimiliki dan memperhitungkan nilai dari setiap atribut ini serta menggunakan pengetahuan secara manusianya dalam laporan dan rekening tahunan, serta efektif untuk mengelola organisasi”. meningkatkan status dari aset manusia dalam pasar tenaga Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Schultz kerja. Bagi Kingsmill, “Human Capital Management”, atau (1971), human capital theory didasarkan asumsi bahwa cara organisasi mengatur, merekrut, mempertahankan, pendidikan formal sangat terkait dan dibutuhkan untuk melatih dan mengembangkan karyawannya terkait meningkatkan kapasitas produksi organisasi. Atau dalam dengan cara memandang manusia sebagai aset bisnis kata lain, populasi yang berpendidikan merupakan yang berharga, bukan hanya sebagai pengeluaran populasi yang produktif. Babalola (2003) menjelaskan biaya. Hal ini lebih pada meyakinkan bahwa organisasi bahwa alasan yang mendasari investasi pada human memiliki orang-orang dengan skills dan pengalaman untuk capital didasarkan pada tiga argumen, yaitu (1) Bahwa menjalankan strategi bisnis, saat ini dan di masa depan. generasi baru harus diberikan pengetahuan (yang relevan) Modal intelektual dan potensi inovasi merupakan kunci yang terakumulasi dari generasi sebelumnya. (2) Bahwa 94 J. Adm. Kebijak. Kesehat., Vol. 11, No. 2, Mei–Agustus 2013: 93–97 generasi baru harus diajarkan bagaimana pengetahuan seharusnya digunakan untuk mengembangkan produk baru, menawarkan proses dan metode produksi yang baru dan memberikan pelayanan. (3) Bahwa seseorang harus terus dipacu untuk mengembangkan seluruh ide, produk, proses dan metode melalui pendekatan yang kreatif Bagi karyawan, investasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan berarti menarik dan mempertahankan human capital sebagai bentuk return dari investasi organisasi. Return ini berupa peningkatan kinerja, produktivitas, fleksibilitas, serta kemampuan berinovasi. Menurut Schuller (2000), inti dari human capital ini Gambar 1. Aspek Dalam Human Capital adalah keterampilan, pengetahuan dan kompetensi yang (Sumber: Armstrong, 2006) merupakan faktor kunci yang menentukan kesejahteraan organisasi. Berbeda dengan Schuller, Davenport (1999) memiliki Nilai tambah karyawan yang dapat berkontribusi pandangan berbeda tentang inti dari human capital. terhadap organisasi dijelaskan melalui human capital Karyawan seharusnya tidak diperlakukan sebagai aset theory. Teori ini menganggap karyawan sebagai aset dan pasif yang bisa dibeli, dijual dan diganti oleh pemilik menekankan investasi organisasi pada karyawannya organisasi, namun perlu diperhatikan bahwa karyawan juga sehingga akan menghasilkan return bagi organisasi. secara aktif memiliki kontrol terhadap kehidupan kerjanya. Teori ini menekankan pada human capital management Karyawan, khususnya karyawan yang berpendidikan, serta human resource management. Human capital akan dapat menentukan sendiri bahwa dirinya adalah seorang menghasilkan keunggulan kompetitif karena merupakan agen yang bebas yang dapat menentukan bagaimana sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tidak dapat ditiru dan di mana mereka dapat menginvestasikan talenta, atau diambil alih oleh pesaing. Boxall (1996) menyebutnya waktu dan energinya. Sehingga pemikiran penting tentang sebagai “human capital advantage”, yakni superioritas human capital theory, tidak dapat dipisahkan dari tiga sumber daya manusia suatu organisasi dibanding aspek (Armstrong, 2006), yakni (1) Intellectual Capital. organisasi lain yang merupakan hasil dari human capital Konsep human capital berhubungan dengan konsep organisasi dan human process advantage. intellectual capital, yang didefinisikan sebagai persediaan Strategi human capital dapat dikembangkan dari dan aliran pengetahuan yang tersedia bagi organisasi. pengukuran dan pelaporan human capital. Strategi ini Modal ini merupakan sumber daya yang intangible yang dapat digunakan sebagai pelengkap bagi strategi-strategi terkait dengan karyawan, yang bersama sumber daya human resource. Berikut ini merupakan strategi human tangible (uang dan aset fisik), memberikan nilai bisnis capital (Armstrong, 2006). (1) People – siapa yang ada bagi organisasi. Menurut Bontis (1998) dalam Armstrong dalam organisasi, keterampilan dan kemampuan yang (2006), sumber daya yang intangible adalah factor lain dibayar, keterampilan apa yang hendak dikembangkan, selain aset finansial dan fisik yang berkontribusi bagi tingkat kualifikasinya, dan area apa yang mereka kuasai. organisasi. (2) Social Capital Social capital adalah unsur (2) Work processes – bagaimana pekerjaan tersebut lain dari intellectual capital, yakni bahwa pengetahuan terselesaikan, tingkat kerjasama dan ketergantungan antar berasal dari hubungan di dalam dan di luar organisasi. unit dalam organisasi, dan peran teknologi. (3) Managerial Putnam (1996) mendefinisikan social capital berupa structure – tingkat kematangan karyawan, kontrol dan jaringan, norma dan kepercayaan (trust) yang membuat pengarahan dari manajer, rentang kendali, manajemen seseorang dapat berusaha secara efektif meraih tujuan kinerja dan prosedur kerja. (4) Information and knowledge organisasi. (3) Organizational Capital. Organizational – bagaimana pertukaran informasi antar karyawan dan capital adalah pengetahuan yang telah dimiliki oleh dengan konsumen. (5) Decision-making – seberapa organisasi, yang diimplementasikan dalam sebuah basis penting sebuah keputusan itu dibuat dan apa dasarnya, data, manual, dll. Berikut ini merupakan ilustrasi yang menunjukkan Tabel 1. ketiga aspek tersebut menyusun human capital agar Perbedaan Dasar Human Capital Management dan dapat menjadi modal yang mendukung kesuksesan Human Resource Management organisasi. Human Capital Human Resource Human capital management (HCM) adalah Management Management perkembangan total dari potensi manusia yang Manusia dianggap sebagai Manusia merupakan memperlihatkan nilai organisasi. HCM membahas aset, bukan sumber sumber pengeluaran tentang bagaimana menciptakan nilai organisasi melalui pengeluaran biaya biaya yang signifikan anggotanya. Berikut ini merupakan perbedaan dasar dan harus dikelola dari human capital management dengan human resource Sumber: Armstrong (2006) management. Peran Human Capital terhadap Kesuksesan Organisasi: Karyawan Adalah Investasi (Nuzulul Kusuma Putri) 95 desentralisasi, partisipasi dan tenggat waktu keputusan. Jika organisasi berharap untuk dapat bertahan (6) Rewards – bagaimana penghargaan moneter dan non maka organisasi harus (1) Melakukan aksi jangka pendek moneter digunakan, seberapa banyak yang harus dibayar dengan pemikiran jangka panjang. (2) Mampu mengambil sebagai risiko, penghargaan individu atau penghargaan keuntungan dari pasar dunia- berkolaborasi namun kelompok, jangka panjang atau jangka pendek termasuk tetap berkompetisi. (3) Selalu berusaha untuk secara jaminan karir. proaktif berfokus pada pelanggan. (4) Mengembangkan produk baru dengan cepat. (5) Menciptakan visi dan Kesuksesan Organisasi kepemimpinan dalam organisasi. (6) Mengutamakan Dalam Oxford Dictionary kata “sukses” merupakan kebutuhan para stakeholder. kata benda yang memiliki arti sebagai berikut Zuboff (1988) dalam Holbeche (2005) berpendapat “achievement of one’s aim, fame, wealth, bahwa etc.” “The 21st century company has to promote Jadi sukses merupakan sebuah pencapaian yang and nurture the capacity to improve and to sesuai dengan suatu yang menjadi tujuan, ketenaran, innovate. That idea has radical implications. kemakmuran, dll.. Sukses tergantung pada perencanaan It means learning becomes the axial principle dan desain yang luas, penilaian situasi yang tepat, of organizations. It replaces control as the antisipasi akurat terhadap resistensi akan perubahan dan fundamental job of management.” keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi resistensi Seorang pemimpin harus mampu untuk ini. Penekanannya pada intensi, stabilitas dan return mengoptimalkan kemampuan organisasi untuk belajar. terhadap equilibrium bagi kesuksesan usaha (Holbeche, Pengetahuan, terutama akses dalam memperoleh 2005). pengetahuan, akan mulai memiliki peran penting sebagai kekuatan yang secara alami tumbuh dalam organisasi Sebelum Abad ke-21 dan sistem. Tidak ada formula tunggal dalam menentukan marjin Sedangkan menurut Ashkenas et al., (1998), dan batas kompetitif dalam kesuksesan, serta tidak ada kesuksesan dalam jangka menengah dan panjang kesepakatan ide tentang hal ini. Lebih dari tiga dekade berasal dari kemampuan organisasi untuk mengungkit yang lalu, para eksekutif telah menggunakan berbagai teori sumber dayanya dalam merubah konteks finansial. manajemen dalam merumuskan kesuksesan organisasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam abad ke-21 Pada tahun 1970-an, ukuran kesuksesan lebih tertuju pada terdapat empat faktor penting yang mempengaruhi the excellence and entrepreneurship theories sehingga kesuksesan organisasi, yaitu (1) Ukuran. Organisasi yang banyak menggunakan alat manajemen seperti strategic selalu tumbuh dan berkembang, harus mengusahakan planning, value chain, matrix management dan participative efisiensi dalam produksi dan pelayanan, meningkatkan management. modal dan memberikan penetrasi pada pasar dan Sedangkan pada tahun 1980-an lebih berfokus suppliers. (2) Kejelasan peran. Dalam organisasi yang pada kepemimpinan dan pelayanan pada pelanggan. selalu tumbuh dan berkembang, pemisahan yang jelas Banyak organisasi di barat menyadari fakta bahwa terhadap peran manajer dan karyawan, dan kejelasan kualitas merupakan pembeda strategis yang dipilih oleh mengenai wewenang juga harus jelas. Hal ini akan sangat konsumen. Bermula dari hal itu, mulai dikenal standard penting dalam the man in the right place. (3) Spesialisasi. internasional tentang kualitas yakni ISO9000:1987 yang Setelah ada pembagian tugas yang jelas, harus dibuat selanjutnya berkembang tiap dekadenya. Selanjutnya sebuah spesialisasi dan dikembangkan keahliannya. (4) pada dekade 90-an, ukuran kesuksesan organisasi mulai Pengendalian. Organisasi harus punya pengendalian bergeser pada ukuran lain. Ukuran ini mengacu pada untuk meyakinkan bahwa setiap bagian dari organisasi learning organization, re-engineering, core competency, berkinerja sesuai dengan tujuan organisasi. Peran manajer systems thinking, agile company dan empowerment adalah memastikan bahwa karyawannya melakukan theories. pekerjaan yang tepat di waktu yang tepat pula. Abad ke- 21 Mengukur Kesuksesan Organisasi Melihat perkembangan yang terjadi saat ini, Holbeche Kesuksesan organisasi merupakan sebuah integrasi (2005) berpendapat bahwa “sukses” pada seperempat menyeluruh dari aktivitas organisasi (Porter & Tanner, 2004). abad yang pertama di abad ke-21, akan tergantung Penilaian utama dalam kesuksesan organisasi antara lain pada kemampuan organisasi untuk berperan sebagai (1) Leadership (2) Customer Focus (3) Strategic alignment entrepreneur, sehingga akan mampu untuk menghasilkan (4) Organizational learning, innovation and improvement. (5) dan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk People focus. Kesuksesan organisasi sangat tergantung menopang ide-ide baru, tanpa memperhatikan jenis pada pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan motivasi usahanya. dari anggotanya. Orang-orang yang potensial harus terikat 96 J. Adm. Kebijak. Kesehat., Vol. 11, No. 2, Mei–Agustus 2013: 93–97 (2000), organisasi membutuhkan keadaan yang stabil Leadership namun selalu mengalami perubahan. Ironisnya, proses perubahan tersebut dapat mendestabilisasi fondasi yang Social Customer dibangun untuk kesuksesan organisasi di masa depan resposibility Focus dengan merusak dasar motivasi karyawan yang berupa kepercayaan ‘trust’. Hal ini dapat menjadi ancaman serius terhadap kesuksesan organisasi karena ‘trust’ Results Strategic merupakan ikatan psikologis organisasi dan anggotanya. focus Kesuksesan alignmens Tingkat kepercayaan yang rendah antar keduanya adalah Organisasi penghalang terbesar dalam menciptakan perubahan dalam organisasi. Trust menyempurnakan mekanisme dari Fact-based sebuah inovasi dan tanggung jawab yang lebih besar. Hal Organizational ini bersifat resriprokal. Saat sebuah trust hadir, karyawan processes learning management innovation and merasa bahwa mereka dihormati dan diberi kekuasaan improvement untuk membuat keputusan. Mereka akan dapat bekerja Partnership People dengan integritas dan menunjukkan kemampuan mereka development focus secara optimal. Untuk membentuk sebuah trust, karyawan harus dibuat untuk dapat merasakan bahwa mereka Gambar 2. Penilaian Utama Dalam Kesuksesan telah diperlakukan secara adil, bahwa manajer mereka Organisasi (Sumber: Porter & Tanner, 2004) berlaku jujur dan organisasi memiliki tujuan yang patut diperjuangkan. Selanjutnya, karyawan harus disiapkan untuk mempelajari keterampilan baru dan berkomitmen kuat melalui nilai yang didukung dengan sebuah budaya terhadap organisasi. “trust” dan pemberdayaan. (6) Partnership development. Pertumbuhan (kesempatan untuk pembelajaran (7) Fact-based processes management. (8) Results focus. dan peningkatan pengalaman) merupakan hal yang (9) Social responsibility. penting. Jika seorang karyawan telah termotivatsi untuk Pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, melihat menunjukkan kinerja yang lebih baik, ia membutuhkan realisasi global terhadap pentingnya kualitas, organisasi pekerjaan yang lebih besar dan menantang, yang yang menjalankan strategi dalam meraih kesuksesan menyediakan kesempatan untuk berkembang. menciptakan sebuah program sebagai pengakuan resmi Karyawan membutuhkan kesempatan untuk mempelajari terhadap kualitas dan kesuksesannya. Kini, ada beberapa keterampilan dalam melaksanakan pekerjaannya, dan penghargaan yang diberikan bagi organisasi yang untuk dapat diawasi dan dikembangkan sesuai perannya berprestasi dalam kualitas dan kesuksesannya. Beberapa tersebut. Mereka harus paham mengenai perannya dalam penghargaan yang penting tersebut antara lain Deming mencapai tujuan organisasi, dan batasan mereka dalam Prize dari Jepang, the Malcolm Baldrige National Quality melakukan sebuah terobosan baru. Karyawan butuh Award dari the United States, the European Foundation dukungan dan panduan dalam melakukan peran mereka for Quality Management’s (EFQM) Excellence Model®, daripada dipersalahkan saat melakukan kesalahan. the Canada Awards for Excellence, the Australian Business Hubungan resiprokal ini digambarkan pada gambar 2.1. Excellence Awards, dan the Singapore Quality Award. Berapapun umur seseorang, kebanyakan orang ingin untuk tetap belajar dan berkembang. Investasi perusahaan Pengaruh Human Capital terhadap Kesuksesan dalam melaksanakan pelatihan dan pengembangan Organisasi merupakan sebuah cara kunci untuk menunjukkan tidak Kesuksesan organisasi yang berkelanjutan hanya tentang komitmen organisasi terhadap karyawan membutuhkan manusia. Pada abad ke-19 yang visioner, tetapi juga komitmen dalam menumbuhkan human capital kesuksesan organisasi tidak lagi tergantung pada laba yang dimiliki organisasi. maksimal atau nilai uang sebagai prioritas manajerial. Senge (1990) percaya bahwa di masa depan Namun organisasi juga harus mampu untuk menjamin hanya ada dua macam organisasi yakni organisasi gagal, social capital dari karyawan. Sunderland (2003) dalam merupakan organisasi yang mati perlahan atau tiba- Armstrong (2006) berpendapat bahwa tiba, dan organisasi pembelajar (learning organization), ‘An organization’s success is the product of organisasi yang memiliki kemampuan untuk belajar dan its people’s competence. That link between bereaksi lebih cepat terhadap pasar daripada pesaingnya. people and performance should be made Vecchio and Appelbaum (1995) berpendapat bahwa visible and available to all stakeholders.’ organisasi yang dapat mempertahankan kesuksesannya meningkatkan kinerjanya melalui pencapaian konsensus Agar organisasi dapat sukses, karyawan harus dengan pekerja, di mana manajer dan karyawannya mampu untuk meningkatkan kompetensinya sesuai bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan trust dengan tuntutan perubahan. Menurut Abrahamson merupakan komponen kunci dalam meningkatkan kinerja
no reviews yet
Please Login to review.