Authentication
559x Tipe PDF Ukuran file 0.86 MB Source: repository.uksw.edu
Bab 10
PENELITIAN EKSPERIMEN
Saat ini tidak sedikit guru yang mampu menciptakan temuan
model atau metode inovatif dalam upaya mengatasi persoalan-
persoalan konkret pembelajaran yang dialami siswanya. Temuan
model atau metode inovatif ciptaan guru tersebut perlu diuji
kelayakannya terlebih dahulu. Kelayakan atau efektivitas temuan
model atau metode inovatif ciptaan guru tersebut pada umumnya
diuji melalui penelitian eksperimen.
Pada awalnya, penelitian eksperimen banyak dikembangkan
oleh para psikolog. Namun saat ini cukup banyak peneliti dalam
bidang pendidikan yang menggunakan penelitian eksperimen,
dalam menguji suatu model atau metode pembelajarannya.
Terdapat beragam jenis penelitian eksperimen, tetapi tidak
kesemua jenis penelitian eksperimen tersebut diperuntukkan untuk
penelitian di bidang pendidikan, seperti yang dijelaskan di bawah
ini.
A. Jenis Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen terdiri dari 3 macam, yaitu pra-
eksperimen, eksperimen murni, dan eksperimen semu. Ketiga
macam eksperimen tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda,
sehingga calon peneliti eksperimen harus hati-hati dalam memilih
125
dan melakukan eksperimennya. Di bawah ini dijelaskan tentang ciri-
ciri masing-masing macam eksperimen.
1. Pra-Eksperimen
Pra-eksperimen dilakukan hanya untuk 1 kelompok yakni
yang biasa disebut sebagai kelompok eksperimen. Pra-eksperimen
sangat dimungkinkan dilakukan jika jumlah subjek memang hanya
sedikit. Oleh karena itu, treatment eksperimen hanya dilakukan
pada kelompok eksperimen itu saja.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pemilihan
subjek penelitian dalam pra-eksperimen dengan cara purposive,
yakni dipilih dengan ciri-ciri tertentu sesuai ketentuan si peneliti.
Ciri-ciri subjek dalam pra-eksperimen tersebut merupakan
gambaran dari variabel terikatnya yang akan diukur kembali
(perubahannya) setelah ada treatment.
Misalnya, penelitian pra-eksperimen untuk menguji
efektivitas metode penugasan dalam upaya meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Berdasar penelitian tersebut, peneliti
memilih subjeknya yang memiliki ciri tertentu yakni siswa yang
berkemandirian belajar rendah. Setelah diberi treatment berupa
pembelajarana dengan metode penugasan, maka peneliti
mengukur kembali kemandirian belajar siswanya.
Analisa untuk penelitian pra-eksperimen hanya
membandingkan hasil pre-test dan post-test setelah treatment
penelitian berlangsung. Pengukuran pre-test dilakukan sebelum
penelitian berlangsung. Sebaliknya pengukuran post-test dilakukan
setelah treatment penelitian. Pengukuran pre-test maupun post-
test menggunakan instrumen yang sama. Hasil kedua test tersebut
126
dibandingkan dengan menggunakan teknik analisis statistik, antara
lain berupa uji-t.
Dalam pengukuran pre-test maupun post-test, sebaiknya
peneliti menyediakan dua instrumen yang isinya sama namun
berbeda urutan dan kalimatnya. Keduanya berasal dari kisi-kisi yang
sama. Hal ini diupayakan agar perubahan yang terjadi pada diri
subjek penelitian bukan sebagai akibat dari sudah diketahuinya isi
instrumen saat mengisi pre-test.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa dalam pra-
eksperimen tanpa menggunakan kelompok kontrol atau kelompok
pembanding, tetapi hanya satu kelompok yakni berupa kelompok
eksperimen. Akibat kondisi inilah menimbulkan kelemahan pada
penelitian pra-eksperimen, yakni lemahnya validitas internal akibat
tanpa adanya kelompok pembanding, sehingga hasil penelitian pra-
eksperimen belum dapat meyakinkan bahwa perubahan yang
terjadi memang benar-benar sebagai akibat treatment.
2. Eksperimen Murni
Penelitian eksperimen murni pada umumnya dilakukan
pada bidang sains, misalnya bidang fisika, atau bidang kimia.
Pelaksanaan eksperimen murni pada umumnya untuk meneliti
kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat diantara variabel-
variabel dengan cara menghadapkan kelompok eksperimental pada
beberapa macam kondisi perlakuan dan membandingkan akibat
(hasil)nya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai perlakuan.
Selain menggunakan kelompok kontrol, dalam eksperimen
murni sangat menekankan adanya variabel kontrol (selain variabel
bebas dan terikat). Variabel kontrol yang dimaksud adalah kondisi
127
subjek penelitian yang harus sama melalui pengendalian oleh
peneliti. Sebagai contoh dalam penelitian tentang penerapan
metode discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka
variabel kontrolnya antara lain berupa kecerdasan subjek pada
kategori yang sama, siswa sama-sama belum pernah mendapatkan
pembelajaran metode discovery, ketersediaan sarana dan
prasarana belajar subjek dalam kondisi relatif sama, siswa juga
memiliki motivasi belajar sama. Kondisi (karakteristik) lainnya pada
diri subjek penelitian juga sama. Namun, pemilihan subjek
penelitian ekperimen murni untuk bidang pendidikan jauh lebih
sulit, karena tidak ada seorangpun di dunia yang memiliki sifat atau
karakter, ciri-ciri yang sama persis.
Pengendalian terhadap kondisi (variabel kontrol) dalam
penelitian eksperimen murni merupakan satu persyaratan yang
harus dilakukan. Dalam bidang sains, pengendalian terhadap
kondisi ruangan misalnya, lebih mudah dilakukan. Sebagai contoh
eksperimen untuk menghancurkan batu dengan pemanasan yang
berbeda-beda, maka pemilihan benda padat (batu) dengan tekstur,
berat, warna, kandungan zat di dalamnya, akan mudah diatur.
Penelitian eksperimen murni memerlukan pengelolaan
variabel-variabel dan kondisi eksperimental yang rumit baik lewat
prosedur kontrol dan manipulasi langsung atau lewat prosedur
randomisasi. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian
ekperimen murni lebih memusatkan perhatiannya pada cara
pengendalian variasi guna (a) memaksimalkan varians dari variabel-
variabel yang terlibat dalam hipotesis, (b) meminimalkan varians
variabel luar yang tidak dikehendaki yang dikhawatirkan akan dapat
mengganggu hasil eksperimen, dan (c) meminimalkan varians eror
atau varians random, termasuk pula eror dalam pengukuran. Oleh
karena itu, setelah subjek ditentukan, dalam penelitian ekperimen
128
no reviews yet
Please Login to review.