Authentication
652x Tipe PDF Ukuran file 0.40 MB
Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol. 7, No. 3, September 2018: 216 - 220
ISSN 1410 - 5675
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DAN PELATIHAN MANAJEMEN USAHA BAGI PENGRAJIN
TENUN TRADISIONAL DI DESA WABULA BUTON
Ansar Suherman, Sry Mayunita, dan Mahyudin Mahyudin
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
E-mail: ansar.suherman@yahoo.co.id
ABSTRAK. Usaha kecil menengah termasuk industri rumah tangga yang terdapat di daerah-daerah di Indonesia mengalami permasalahn
yang hampir sama yakni rendahnya produktifitas yang salah satunya disebabkan oleh manajemen usaha yang masih sangat tradisional
dan belum adanya pemanfaatan atau penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan promosi barang atau
jasa yang dihasilkan. Permasalahan yang ditemui di pada UKM yang menjadi mitra dalam program ini adalah Manajemen usaha yang
dijalankan masih sangat sederhana, belum memiliki sistem pembukuan yang baik dan rapi, sehingga keuntungan maupun kerugian tidak
dapat terdeteksi dengan baik, dan jaringan pemasaran yang dimiliki sangat terbatas, serta belum memiliki kemampuan penggunaan
Teknologi Informasi sebagai media promosi dan pemasaran. Pelatihan manajemen usaha dan pelatihan pemanfaatan tekonologi
informasi dan komunikasi berupa pemanfaatan media sosial dengan memaksimalkan jejaring-jejaring sosial diharapkan mampu
meningkatkan omset atau tingkat produktifitas para mitra. Dengan tujuan kegiatan ini, dapat memberikan solusi berupa kemampuan
membuat pembukuan, kemampuan teknis mendapatkan bantuan usaha dari pihak lain, dan adanya motivasi berusaha.
Kata kunci: Media Sosial; Manajemen Usaha; Kain Tenun Tradisional.
ABSTRACT. Small and medium enterprises, including home industries in regions in Indonesia, experience almost the same problems,
namely low productivity, one of which is caused by business management that is still very traditional and the absence of use or use
of information and communication technology to support goods promotion activities or services produced. The problem encountered
by partners in this program is that the business management carried out is still very simple, not having a good and neat bookkeeping
system, so that profits and losses cannot be detected properly.Their marketing network owned is very limited, and they do not have
the ability to use technology Information as a media for promotion and marketing. Business management training and training in
the use of information and communication technology in the form of using social media by maximizing social networks is expected to
increase turnover or productivity levels of partners. With the aim of this activity, can provide solutions in the form of the ability to make
bookkeeping, technical ability to get business assistance from other parties, and the motivation.
Key word: Social Media; Business Management; Traditional Woven.
PENDAHULUAN sederhana, biasa dipakai oleh perempuan kebanyakan. Ada
pula motif Colo Makbahu atau korek basah, motif Delima
Kabupaten Buton adalah wilayah bekas Kerajaan/ Bongko (delima busuk), motif Delima Sapuua, dan masih
Kesultanan Buton yang memiliki banyak sekali warisan- banyak lagi motif lainnya. Motif yang lebih rumit biasa
warisan budaya dari leluhur. Dulunya Kabupaten Buton disebut Kumbaea. Sementara itu, motif Kumbaea yang
adalah pemilik benteng terluas di dunia, yang kemudian didominasi warna perak biasanya dipakai oleh perempuan
beralih ke Kota Buton karena terjadi pemekaran daerah dari golongan bangsawan dengan gelar Wa Ode.
otonomi baru. Daerah ini juga menawarkan begitu banyak Kain Tenun Buton digunakan dalam setiap upacara
potensi wisata budaya diantaranya adalah Kerajinan adat dan ritual keagamaan. Menurut masyarakat Buton,
Kain tenun tradisional Buton. Dulunya ada banyak jika kain tenun tersebut tidak disertakan dalam setiap
pengrajin kain tenun tradisional Buton, namun seiring upacara adat dan ritual maka hakikat dan nilai dari upacara
dengan perkembangan jaman, karena ketidakmampuan dan ritual tersebut dinilai kurang sakral.
bersaing dengan gempuran produksi massal jenis-jenis Selain sebagai perekat sosial, tenun Buton juga
kain yang lebih modern serta ketidakmampuan dalam dianggap mampu menjadi identitas diri, karena bagi
melakukan promosi yang lebih efektif, maka perlahan orang Buton, pakaian tidak hanya sebagai pelindung
demi perlahan para pengrajin kain tenun tradisional Buton tubuh dari terik matahari dan dinginnya angin malam,
mulai meninggalkan pekerjaannya tersebut karena tidak tetapi juga sebagai identitas diri. Dengan melihat pakaian
dapat lagi dijadikan sebagai sumber dalam memenuhi yang dikenakan oleh wanita Buton misalnya, kita bisa
kebutuhan ekonomi sehari-hari. mengetahui apakah dia telah menikah atau belum. Selain
Makna dan fungsi budaya masyarakat buton mele- itu, dari pakaian mereka juga bisa menandakan perempuan
kat pada karya indah kain tenunannya. Salah satunya tersebut berasal dari golongan awam atau bangsawan
dapat anda lihat dalam motif Betano Walona Koncuapa,
terinspirasi dari warna abu halus yang melayang-layang Peranan Tenun Buton dalam Pembangunan Daerah
hasil pembakaran semak saat membuka ladang. Ada Karena pentingnya peranan kain tenun dalam
juga yang fungsinya sebagai penunjuk strata sosial kehidupan masyarakat Buton, sekaligus juga untuk
dalam masyarakat Buton seperti pada motif Kasopa yang melestarikannya maka sedari kecil (usia 10 tahun)
Pemanfaatan Media Sosial dan Pelatihan Manajemen Usaha Bagi Pengrajin Tenun Tradisional di Desa Wabula Buton 217
para wanita Buton sudah diajari untuk menenun. Tidak UKM tersebut saling bekerja sama, terutama apabila salah
hanya masyarakat biasa saja yang trampil menenun, satu UKM tidak dapat memenuhi jumlah pesanan, maka
bahkan konon anak dan istri Sultan Buton juga mahir sebagian pesanan akan diberikan kepada UKM yang
mengerakkan tangan mereka untuk menenun. lain. UKM I memiliki tenaga kerja sebanyak 3 orang
Dahulu kain tenun Buton dipakai sebagai pelengkap sedangkan UKM II memiliki tenaga kerja sebanyak 4
aktivitas budaya dan ritual adat serta agama. Akan tetapi, orang yang merupakan warga desa Wabula tempat UKM
kini kain tenun khas Buton sudah dapat dijumpai dalam tersebut berada.
berbagai bentuk dan kegunaan misalnya pada tas, sarung, Usaha yang dijalankan kedua UKM ini merupakan
selendang, tirai, taplak meja, sarung bantal, dan sebagai usaha keluarga dan kepemilikan modal adalah modal
hiasan dinding. Kain tenun Buton dapat ditemukan dengan pribadi, sehingga manajemen yang dijalankan juga masih
mudah di Kabupaten Buton, yang menjadi pusat kerajinan sangat sederhana. Kedua UKM belum memiliki struktur
di Pulau Buton. organisasi yang baik, sehingga posisi pemilik disamping
Terkait dengan keberadaan para pengrajin kain sebagai pimpinan juga merangkap sebagai manajer.
tenun tradisional Buton ini, berdasarkan hasil obsersi Kedua UKM belum memiliki sistem pembukuan yang
awal yang dilakukan, bahwa pada tahun 2000 masih ada baik dan rapi, sehingga tidak tampak jelas keuntungan atau
sekitar 21 kelompok pengrajin kain tenun tradisional kerugian yang mereka dapatkan. Selain itu, pemanfaatan
Buton, namun pada tahun 2016 hanya tersisa 8 kelom- media massa sebagai instrumen dalam melakukan pro-
pok saja (Disperindagkop Buton, 2016). Padahal keber- mosi dan pemasaran belum dilakukan. Pemanfaatan
adaan kelompok-kelompok pengrajin tersebut yang kain tenun tradisional Buton ini digunakan untuk banyak
dikategorikan sebagai kelompok Usaha Kecil & Mene- hal, diantaranya: sarung, baju, topi, selendang, tas, dan
ngah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam sebagainya. Harga kain tradisional Buton berkisar antara
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain Rp. 100,000.- sampai dengan Rp. 250,000.-. perbedaan
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan harga tersebut berdasarkan motif dan bahan baku yang
tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil- digunakan. Setiap bulan masing-masing UKM mampu
hasil pembangunan. membuat 10 helai kain tradisional dengan ukuran 2 meter.
Lapangan kerja di Indonesia 30% berada di Pemasaran produk dilakukan belum dengan maksimal
sektor formal dan 70% di sektor non formal. Jika dilihat sebab hanya mengandalkan pesanan orang, mengikuti
dari unsur sumbangan antar pelaku usaha, lapangan pameran, dan dititipkan ke pengepul.
kerja sektor formal terdiri dari 0,55% disediakan oleh Kegiatan ini diusulkan oleh tim pelaksana Pengabdian
usaha besar, usaha menengah 11,01% dan usaha kecil kepada Masyarakat dari Program Studi Ilmu Komunikasi
menyumbang 18,44% dari seluruh lapangan kerja formal. dan Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Lapangan kerja non formal sebesar 70% disediakan oleh Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
usaha kecil yang tergolong dalam usaha mikro dan gurem. Buton. Tim pelaksana ini terdiri dari 3 orang dosen.
Hal ini berarti usaha kecil dan menengah telah mengisi Masing-masing personil tim ini memiliki bidang keahlian
sekitar 85% dari lapangan kerja yang ada di Indonesia yang berbeda-beda yaitu Ilmu Komunikasi, Manajemen,
(BPS, 2011). dan Administrasi Pembangunan. Salahsatu prestasi ter-
Ada beberapa kegiatan ekonomi produktif di Kabu- baru dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
paten Buton yang secara umum terus bertahan, khususnya Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah (UM)
kegiatan usaha kecil menengah yaitu berbagai industri Buton adalah berhasil menaikkan status lembaganya dari
kerajinan. Industri kerajinan yang ada di wilayah Buton Status BINAAN menjadi MADYA. LPPM UM. Buton
diantaranya kerajinan kain tenun Buton, kerajinan gerabah, sebagai lembaga yang menangani kegiatan penelitian
kerajinan berbahan kayu, dan berbagai industri makanan dan pengabdian kepada masyarakat menjadi tempat
tradisional. Salah satu produk unggulan dari daerah Buton beranaungnya kegiatan ini dalam rangka suksesnya
adalah produk kerajinan Kain Tradisional Buton. Dalam kegiatan nantinya.
pelaskanaan upacara-upacara tradisional yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
oleh masyarakat Buton, keberadaan kain khas tradisional Universitas Muhammadiyah Buton dapat meningkatkan
Buton adalah sesuatu yang wajib hukumnya, sehingga sumber daya manusia dengan tujuan untuk membentuk atau
keberadaan para pengrajin kain tenun Buton tetap masih mengembangkan sekelompok masyarakat yang mandiri
dibutuhkan oleh masyarakat. secara ekonomi; membantu menciptakan ketentraman,
Industri kecil Kain Tenun Buton yang menjadi dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat; serta
mitra dalam kegiatan PKM ini adalah UKM “Kumaha meningkatkan keterampilan berpikir, membaca dan menulis
Mandiri” dan UKM “Wabula Permai” yang keduanya atau keterampilan lain yang dibutuhkan.
berada di Desa Wabula Kecamatan Wabula Kabupaten Kinerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
Buton. Kedua UKM yang menjadi mitra adalah UKM Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton dalam
kerajinan kain tenun tradisional Buton yang dimiliki oleh bidang kegiatan Pengabdian pada Masyarakat adalah
Ibu Hariani (UKM I) dan Ibu Wa Nuu (UKM II). Kedua sangat baik. Pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian
218 Ansar Suherman, Sry Mayunita, dan Mahyudin Mahyudin
pada Masyarakat senantiasa memberikan semangat dan 3. Jaringan pemasaran yang dimiliki sangat terbatas.
motivasi kepada seluruh dosen untuk melaksanakan 4. Belum memiliki kemampuan penggunaan
program pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Teknologi Informasi sebagai media promosi dan
apapun. Hal ini diwujudkan setiap tahun pihak Lembaga pemasaran.
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Buton menawarkan hibah pengabdian Melihat betapa kompleksnya permasalahan yang
kepada seluruh dosen dengan nama program Pengabdian dihadapi UKM mitra dan keterbatasan dari tim pelaksana
pada Masyarakat Internal yang mencakup Pengabdian PKM, maka perlu prioritas terhadap permasalahan yang
pada Masyarakat unggulan, Pengabdian pada Masyarakat akan diatasi melalui kegiatan Ipteks ini.
reguler, Pengabdian pada Masyarakat prioritas fakultas, Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah
Pengabdian pada Masyarakat prioritas kewirausahaan, dilakukan dengan berdiskusi dengan kedua UKM dan
dengan dana yang cukup memadai. mempertimbangkan kemampuan tim pelaksana PKM,
Hasil observasi yang telah dilakukan tim pengabdian maka permasalahan yang diprioritaskan untuk diatasi
mendapatkan keterangan bahwa meskipun kedua UKM melalui kegiatan PKM ini adalah:
telah berupaya menitipkan barang hasil produski mereka 1. Penggunaan teknologi informasi sebagai media
ke pengepul dan mengikuti pameran-pameran periodik promosi dan pemasaran produk;
diluar Kabupaten Buton sebagai bagian dari usaha 2. Perbaikan sistem manajemen.
promosi kepada masyarakat luar namun tingkat penjualan
mereka tersebut masih sangat kecil peminat, sehingga Informasi mengenai beberapa permasalahan
hal ini berakibat pada tidak maksimalnya produksi kain yang dihadapi oleh kedua UKM tersebut tentunya harus
tenun. Masalah lain yang masih dihadapi pengrajin sesegera mungkin untuk diatasi sebagai salah satu solusi
adalah kendala informasi pemasaran yang terbatas. Saat pengembangan usaha kecil dan menengah. Tim pengusul
mengikuti pameran, hanya pesanan-pesanan kecil dari pengabdian sebagai bagian dari masyarakat yang kebetulan
daerah lokal-lah yang langsung ke pengrajin, dan bila ada berkecimpung dalam dunia pendidikan, merasa terpanggil
pesanan dari luar daerah dan luar negeri, itupun melewati untuk ikut membantu memberikan solusi terhadap per-
pedagang besar atau eksportir dari Jakarta, sehingga omset masalahan yang dihadapi kedua UKM tersebut.
yang diterima oleh pengrajin tidak maksimal. Meskipun Melalui program usulan kegiatan PKM ini dan
demikian, kedua UKM ini tidak mudah putus asa, mereka berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilaksanakan,
terus melakukan berbagai upaya untuk lebih mamajukan tim pengabdianmenentukan tujuan utama dari
usaha kerajinannya. permasalahan tersebut dengan sentuhan Ipteks, yaitu
Seiring dengan berkembangnya usaha ini, dengan melalui kegiatan pokok:
kemampuan seadanya mereka terus berusaha untuk 1. Memperluas jaringan Promosi dan pemasaran
dapat selalu berproduksi. Kedua UKM terus berusaha mitra;
membangun hubungan baik dengan berbagai pihak 2. Peningkatan kemampuan manajerial mitra.
dalam rangka untuk pemasaran produk kerajinan yang
dihasilkan. Selama ini mereka telah berhubungan baik Diharapkan manfaat yang nantinya diperoleh
dengan dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi mitra dari pelaksanaan ketiga kegiatan pokok tersebut,
Kabupaten Buton. Namun hubungan tersebut sebatas diantaranya:
memberikan informasi kepada pengrajin bilamana ada 1. Mempunyai media promosi yang efektif dan efisien
kegiatan-kegiatan pameran. Kedua UKM sangat berharap serta memiliki jaringan pemasaran yang lebih luas
untuk dapat menjalin hubungan kerjasama dengan dengan teknik pemasaran yang murah dan cepat.
pihak perguruan tinggi agar dapat memberikan bantuan 2. Menguasai kompetensi manajemen usaha untuk
baik berupa pelatihan, penerapan teknologi, perbaikan menjalankan bisnisnya, sehingga bisa membuat
manajemen, sistem pemasaran yang efektif sehingga dapat strategy marketing sendiri.
meningkatkan produktivitas usaha yang mereka jalankan. 3. Kedua UKM akan memiliki kemandirian dalam hal
proses produksi, promosi, pemasaran dan menjalankan
Permasalahan Mitra usahanya.
Berdasarkan analisis situasi di atas, kedua 4. Mengurangi ketergantungan kedua UKM kepada
UKM pengrajin ini, dalam perkembangannya masih pihak lain.
mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan 5. Meningkatkan omzet pendapatan kedua UKM.
tersebut yaitu:
1. Manajemen usaha yang dijalankan masih sangat Adapun rencana kegiatan yang diusulkan untuk
sederhana. mencapai tujuan di atas adalah sebagai berikut:
2. Belum memiliki sistem pembukuan yang baik dan 1. Pelatihan penggunaan media online dan media offline
rapi, sehingga keuntungan maupun kerugian tidak untuk mendukung promosi dan pemasaran produk
dapat terdeteksi dengan baik. kerajinan.
Pemanfaatan Media Sosial dan Pelatihan Manajemen Usaha Bagi Pengrajin Tenun Tradisional di Desa Wabula Buton 219
2. Pelatihan manajemen usaha untuk memperbaiki Kedua UKM belum memiliki sistem pembukuan yang
sistem manajemen usaha yang dijalankan. baik dan rapi, sehingga tidak tampak jelas keuntungan atau
kerugian yang mereka dapatkan. Selain itu, pemanfaatan
METODE media massa sebagai instrumen dalam melakukan
promosi dan pemasaran belum dilakukan. Pemanfaatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiat- kain tenun tradisional Buton ini digunakan untuk banyak
an ini berupa pelatihan dan pendampingan tentang hal, diantaranya: sarung, baju, topi, selendang, tas, dan
penggunaan media online sebagai instrumen promosi dan sebagainya. Harga kain tradisional Buton berkisar antara
pemasaran serta platihan manajemen usaha. Kreatifitas Rp. 100,000.- sampai dengan Rp. 250,000.-. perbedaan
dan model penggunaan media online tersebut merupakan harga tersebut berdasarkan motif dan bahan baku yang
hasil penggalian dan kreasi dari tim PKM yang digunakan. Setiap bulan masing-masing UKM mampu
kemudian dilatihkan kepada kedua perajin mitra. Total membuat 10 helai kain tradisional dengan ukuran 2 meter.
waktu kegiatan pelatihan yang disertai pendampingan Pemasaran produk dilakukan belum dengan maksimal
dilaksanakan selama enam bulan. sebab hanya mengandalkan pesanan orang, mengikuti
Rencana kegiatan dalam rangka melaksanakan pameran, dan dititipkan ke pengepul.
solusi yang ditawarkan tersebut, secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut: Pelatihan yang diberikan
kepada mitra mempunyai tujuan untuk memberikan tam-
bahan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
meningkatkan produktivitas pengrajin kain tenun tradi-
sional. Pelatihan yang dimaksud sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh mitra yaitu pemanfaatan media sosial dan
media offline, dan manajemen usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Industri kecil Kain Tenun Buton yang menjadi mitra
dalam kegiatan PKM ini adalah Usaha Kecil Menengah
(UKM )“Kumaha Mandiri” dan UKM “Wabula Permai”
yang keduanya berada di Desa Wabula Kecamatan Wabula Sumber: Dokumentasi Peneliti
Kabupaten Buton. Kedua UKM yang menjadi mitra Gambar 3. Jenis Kain Tradisional Buton
adalah UKM kerajinan kain tenun tradisional Buton yang Langkah-langkah dalam pelaksanaan pelatihan
dimiliki oleh Ibu Hariani (UKM I) dan Ibu Wa Nuu (UKM ini adalah:
II). Kedua UKM tersebut saling bekerja sama, terutama a) Merumuskan materi pelatihan yang relevan;
apabila salah satu UKM tidak dapat memenuhi jumlah b) Membuat jadwal pelatihan;
pesanan, maka sebagian pesanan akan diberikan kepada c) Menyiapkan alat dan bahan pelatihan;
UKM yang lain. UKM I memiliki tenaga kerja sebanyak 3 d) Pembagian tugas Instruktur;
orang sedangkan UKM II memiliki tenaga kerja sebanyak e) Pelaksanaan pelatihan; dan
4 orang yang merupakan warga desa Wabula tempat UKM f) Melaksanakan evaluasi.
tersebut berada.
Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat ini telah
dilaksanakan dengan sasaran dua mitra kelompok usaha
pengrajin tenun tradisional yang berlokasi di Desa Wabula
Kecamatan Wabula Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi
Tenggara. Adapun tahapan-tahapan kegiatan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Survey lokasi kegiatan yang bertujuan untuk
memastikan kelayakan lokasi sesuai dengan yang telah
Sumber: Dokumentasi Peneliti ditetapkan oleh tim PKM;
Gambar 1. Aktifitas menenun kain tradisional Buton 2. Sosialisasi kepada kelompok mitra sasaran kegiatan
Usaha yang dijalankan kedua UKM ini merupakan PKM terkait teknis pelaksanaan kegiatan tersebut;
usaha keluarga dan kepemilikan modal adalah modal 3. Peninjauan tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan
pribadi, sehingga manajemen yang dijalankan juga masih dengan memastikan kelayakan tempat pelatihan agar
sangat sederhana. Kedua UKM belum memiliki struktur berjalan dengan lancar;
organisasi yang baik, sehingga posisi pemilik disamping 4. Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan peralatan
sebagai pimpinan juga merangkap sebagai manajer. yang dibutuhkan selama kegiatan PKM berlangsung;
no reviews yet
Please Login to review.