Authentication
427x Tipe PDF Ukuran file 0.23 MB Source: eprints.umbjm.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Institute of Medicine (1994) mutu layanan kesehatan adalah
sebagai derajat layanan bagi individu dan populasi yang meningkatkan
kecenderungan hasil akhir yang diinginkan dan konsisten dengan
pengetahuan profesional terkini (Marquis & Huston, 2010).
Memenuhi mutu pelayanan kesehatan maka dasar yang dipergunakan
untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah memenuhi
kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang
apabila berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas kepada
klien (customer satisfaction) terhadap pelayanan jasa kesehatan. Jadi
yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan
rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan, maka
makin baik mutu pelayanan kesehatan (Herlambang, 2016).
Jadi mutu pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan sesuai
dengan harapan dari klien sehingga menimbulkan rasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan, semakin puas klien maka akan berdampak
terhadap mutu pelayanan.
Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dalam rumah
sakit, peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
pelayanan kesehatan mendorong setiap rumah sakit untuk sadar mutu
dalam memberikan pelayanan kepada klien. Setiap permasalahan yang
11
12
muncul dalam rumah sakit khususnya berkaitan dengan mutu layanan
kesehatan, menurut Herlambang (2016) terdapat tiga konsep utama
yang selalu muncul. Konsep tersebut adalah akses, biaya, dan mutu.
Berdasarkan penelitian Diab (2014) yang menyatakan untuk dapat
berkompetensi harus mempunyai keunggulan dalam hal biaya,
fleksibilitas, dan pelayanan. Dalam mutu pelayanan kesehatan elemen
kepuasan klien merupakan yang terpenting. Jika klien tidak puas
dengan pelayanan yang diberikan, maka kemungkinan besar klien akan
komplain ke manajemen rumah sakit terkait dengan pelayanan jasa
yang diberikan.
Berdasarkan penelitian Sari & Wulandari (2014) bahwa jumlah pasien
di rumah sakit H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya mengalami
penurunan lebih dari 10% tahun 2014 menunjukkan bahwa ada masalah
dengan kualitas layanannya. Dimensi kualitas pelayanan kesehatan
berkorelasi dengan aspek penghormatan dan kepedulian, kewajaran
pelayanan, informasi, efisiensi, kesan pertama, dan keragaman staf
rumah. Kepuasan pada aspek kewajaran pasien kurang puas untuk
38,1% responden. Itu adalah aspek dengan tingkat kepuasan terendah.
Hal itu menunjukkan hal itu aspek keadilan rumah sakit perlu
ditingkatkan.
2.2.3 Indikator Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan
Adalah variabel ukuran atau tolak ukur untuk mengetahui adanya
perubahan penyimpangan yang dikaitkan dengan target atau standar yang
telah ditentukan, indikator biasanya digunakan dalam mengukur
keberhasilan kinerja seseorang, kelompok atau rumah sakit tertentu,
berikut salah satu jenis pelayanan, indikator, dan standar dalam penilaian
standar dalam penilain standar pelayanan minimal (Putra, 2014).
13
Menurut Woodruff dan Gardial (2002) kepuasan sebagai model kesenjangan
antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang
diterima klien. Kepuasan klien merupakan perasaan senang atau puas bahwa
pelayanan atau jasa telah sesuai atau melebihi harapan pasien. Kepuasan
klien terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, harapan klien
dapat dipenuhi, maka klien akan puas (Nursalam, 2015).
Kepuasan klien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang
diberikan dan merupakan modal untuk mendapatkan pasien yang loyal.
Pasien yang loyal akan menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang
sama bila mereka membutuhkan lagi. Pasien yang loyal adalah sarana
promosi yang murah, karena diketahui bahwa pasien loyal akan mengajak
orang lain untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama.
Indikator kepuasan pasien di rumah sakit merupakan indikator mutu
pelayanan di rumah sakit, adalah sebagai berikut (Susatyo, 2016):
2.2.3.1 Pelayanan dokter, yaitu; (1) sikap dan perilaku dokter saat
melakukan pemeriksaan rutin; (2) penjelasan dokter terhadap
pengobatan yang akan dilakukannya; (3) ketelitian dokter memeriksa
pasien; (4) kesungguhan dokter dalam menangani penyakit pasien;
(5) penjelasan dokter tentang obat yang harus diminum; (6)
penjelasan dokter tentang makanan yang harus dipantang; (7)
kemanjuran obat yang diberikan dokter; (8) tanggapan dan jawaban
dokter atas komplain pasien dan (9) pengalaman dan senioritas
dokter.
2.2.3.2 Pelayanan perawat, yaitu: (1) keteraturan pelayanan perawat setiap
hari (pemeriksaan nadi, suhu tubuh dan sejenisnya); (2) tanggapan
perawat terhadap komplain pasien; (3) kesungguhan perawat dalam
melayani kebutuhan pasien; (4) keterampilan perawat dalam
14
melayani (menyuntik, mengukur tensi dan lain-lain); (5) pertolongan
sifatnya pribadi (mandi, menyuapi makanan dan sebagainya); (6)
sikap perawat terhadap keluarga pasien dan pengunjung/tamu pasien;
(7) pemberian obat dan penjelasan cara meminumnya; (8) penjelasan
perawat atas tindakan yang akan dilakukannya dan (9) pertolongan
perawat untuk duduk, berdiri dan berjalan.
2.2.3.3 Sarana medis dan obat-obatan, yaitu: (1) ketersediaan obat-obatan di
apotek rumah sakit; (2) pelayanan petugas di apotek rumah sakit; (3)
lama waktu pelayanan apotek di rumah sakit; (4) kelengkapan
peralatan medis sehingga tak perlu dikirim ke rumah sakit lain untuk
pemakaian suatu alat; (5) kelengkapan pelayanan laboratorium
rumah sakit; (6) sikap dan perilaku petugas pada fasilitas penunjang
medis; dan (7) lama waktu mendapatkan kepastian hasil dari
penunjang medis.
2.2.3.4 Pelayanan administrasi keluar rumah sakit yaitu: (1) pelayanan
administrasi tidak berbelit-belit dan menyulitkan; (2) peraturan
keuangan sebelum masuk ruang perawatan; (3) cara pembayaran
biaya perawatan selama dirawat; (4) penyelesaian administrasi
menjelang pulang; dan (5) sikap dan perilaku petugas administrasi
menjelang pulang.
Berdasarkan penelitian Trisnawati (2015) bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara penanganan komplain terhadap kepuasan pasien. Tetapi
hanya satu faktor yang paling dominan yaitu kecepatan dengan nilai t
sebesar ( 2,415 ). Adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y =
4.087 + 146 X1 +147 X2 + 380 X3 + 278 X4 + 080 X5. Maka dengan itu
rumah sakit harus peka terhadap apa yang disampaikan klien terhadap
pengelola rumah sakit, karena akan berdampak terhadap rumah sakit apabila
komplain lambat atau bahkan tidak dihiraukan. Berdasarkan penelitian
Berlianty et al (2013) Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang bermakna dari semua variabel dengan loyalitas pasien,
no reviews yet
Please Login to review.