Authentication
404x Tipe PDF Ukuran file 0.05 MB Source: media.neliti.com
Peran Psikologi
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):26-31 Asosiasi Forensik Indonesia
Diterbitkan di Jakarta
PERAN PSIKOLOGI DALAM INVESTIGASI
KASUS TINDAK PIDANA *)
DR. Yusti Probowati R. **)
Abstract
One of the problems in criminal/prime court is the truth of testimony. Most testimonies given may be
biased. This is caused by the vulnerabilities of human memory and the mistakes in digging deep through the
witness’ information. This paper aims to explain these problems from the perspective of psychological
forensics, describing why human memory is so vulnerable, and which techniques of investigation interviews
can be best used for handling the problems.
Keywords: criminal/prime court, perspective of psychological forensics
A. Apa Itu Psikologi Forensik ? hukum (seperti ingatan saksi, pengambilan
keputusan juri/hakim, perilaku criminal)
b. Profesi psikologi yang memberikan bantuan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari berkaitan dengan hukum. Profesi ini di
jiwa/psikis manusia, sehingga dalam setiap Amerika sudah sedemikian berkembangnya,
kehidupan manusia maka psikologi berusaha untuk seperti Theodore Blau, ia merupakan ahli
menjelaskan masalah yang dihadapi. Tak terkecuali psikologi klinis yang merupakan konsultan
dalam permasalahan hukum. Di Indonesia, psikologi Kepolisian. Spealisasinya adalah
kemudian membagi bidangnya menjadi 6 yaitu menentukan penyebab kematian seseorang
psikologi klinis, perkembangan, psikologi umum dan karena
eksperimen, psikologi sosial, psikologi pendidikan, ---------------------------------------------------------------
psikologi industri dan organisasi. Pada kenyataannya -------
di Amerika, pembagian ini sudah menjadi lebih dari *) Disampaikan pada Forensic Science and
50 bagian, mengikuti semakin kompleksnya Investigation methods Workshop, di Aula FK
permasalahan yang dihadapi manusia. Salah satunya UI Salemba Jakarta, Rabu 16 Januari 2008,
adalah permasalahan dalam bidang hukum, bagian **) Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Seluruh
dari psikologi yang menanganinya sering dikenal Indonesia, dosen pada Fakultas Psikologi
sebagai psikologi forensik. Apa itu psikologi Universitas Surabaya, di Surabaya
forensik ? dibunuh atau bunuh diri. Ericka B. Gray, ia
The committee on ethical Guidelines for seorang psikolog yang bertugas melakukan
forensic psychology (Putwain & Sammons, 2002) mediasi terutama pada perkara perdata.
mendefinisikan psikologi hukum sebagai semua Sebelum perkara masuk ke pengadilan,
bentuk pelayanan psikologi yang dilakukan di dalam hakim biasanya menyuruh orang yang
hukum. Bartol & Bartol (dalam Wrightsman, 2001) berperkara ke Gray untuk dapat memediasi
menyatakan psikologi hukum dapat dibedakan perkara mereka. John Stap adalah seorang
menjadi : psikolog social, ia bekerja pada pengacara.
a. Kajian/ penelitian yang terkait dengan Tugasnya adalah sebagai konsultan
aspek-aspek perilaku manusia dalam proses peradilan, ia akan merancang hal-hal yang
akan dilakukan pengacara maupun kliennya
DR. Yusti Probowati R.
agar dapat memenangkan perkara. Richard lengkapnya dari suatu perkara pidana yang
Frederic, adalah seorang ahli rehabilitasi menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara
narapidana. Dengan mengamati profesi- jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari
profesi tersebut, kita dapat membayangkan siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan
betapa psikolog berperan penting dalam suautu pelanggaran hukum dan selanjutnya meminta
sistem hukum di Amerika. pemeriksaan dan putusan dari pengadilan untuk
Begitu luasnya bidang kajian psikologi hukum maka menentukan apakah terbukti suatu tindak pidana
Blackburn (dalam Bartol & Bartol, 1994; Kapardis, telah dilakukan dan orang yang didakwa itu dapat
1995) membagi bidang tersebut menjadi tiga bidang, dipersalahkan (Departemen Kehakiman R.I, 1982).
psychology in law, psychology and law, psychology Sesuai dengan Undang-undang Republik
of law. Psychology in law, merupakan aplikasi Indonesia no 8 tahun 1981, sistem peradilan pidana
praktis psikologi dalam bidang hukum seperti di Indonesia terdiri dari komponen Kepolisian,
psikolog diundang menjadi saksi ahli dalam proses Kejaksaan, Pengadilan Negeri dan Lembaga
peradilan. Psychology and law, meliputi bidang Pemasyarakatan sebagai aparat penegak hukum.
psycho-legal research yaitu penelitian tentang Investigasi dalam tulisan ini dapat dilakukan baik
individu yang terkait dengan hukum seperti hakim, oleh kepolisian, jaksa, maupun hakim. Namun,
jaksa, pengacara, terdakwa. Psychology of law, proses penyidikan oleh kepolisian merupakan fase
hubungan hukum dan psikologi lebih abstrak, hukum yang penting, karena pada saat itulah Berita Acara
sebagai penentu perilaku. Isu yang dikaji antara lain Pemeriksaan disusun. Penyidiklah yang pertama kali
bagaimana masyarakat mempengaruhi hukum dan bertemu dengan tersangka, saksi, serta korban dan
bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat. menanyakan kejadian perkara yang mereka alami.
Tulisan ini merupakan salah satu kajian Kesalahan dalam investigasi akan memberikan
psikologi hukum pada bidang psychology and law, pengaruh dalam mencapai kebenaran dalam proses
karena psikologi berusaha menjelaskan proses peradilan pidana pada tahap selanjutnya di kejaksaan
pencarian kebenaran dalam investigasi perkara maupun pengadilan. Seringkali polisi dalam
pidana. melakukan investigasi menggunakan cara
“kekerasan” (fisik maupun psikologis), hal ini justru
akan merusak ingatan saksi, korban maupun
tersangka.
B. Pentingnya Investigasi (Kepolisian)
Dalam Perkara Pidana
C. Memahami Proses Kognitif Manusia
Moeljatno (1982) memberikan pengertian
hukum pidana sebagai keseluruhan hukum yang
berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar- Investigasi proses perkara pidana dapat
dasar dan aturan-aturan untuk : dilakukan pada tersangka, saksi dan korban yang
Menentukan perbuatan mana yang boleh dilakukan oleh polisi, jaksa maupun hakim. Tulisan
dilakukan, yang dilarang, yang disertai ancaman ini lebih menitik beratkan pada saksi, walaupun tidak
atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi menutup kemungkinan dapat digunakan pada korban
barang siapa yang melanggar larangan tersebut. dan tersangka. Proses peradilan pidana sangat
Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada menggantungkan pada hasil investigasi pada saksi,
mereka yang telah melanggar larangan itu dapat karena baik polisi, jaksa dan hakim tidak melihat
dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana langsung kejadian perkara. Brigham dan Wolfskeil
yang telah diancamkan, (dalam Brigham, 1991) meneliti bahwa hakim dan
Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan juri di Amerika menaruh kepercayaan 90 % terhadap
pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang pernyataan saksi, padahal banyak penelitian yang
yang disangka telah melanggar larangan itu. membuktikan bahwa kesaksian yang diberikan saksi
banyak yang bias (Sanders & Warnick dikutip oleh
Guna melaksanakan hukum pidana,
diperlukan cara-cara yang harus ditempuh agar Sanders & Simmons, 1983; Goodman, Hahn, Loftus,
ketertiban hukum dalam masyarakat dapat & Yarmey dikutip oleh Fisher, dkk, 1989). Penrod &
ditegakkan. Cara-cara itu disebut sebagai hukum Culter (dalam Costanzo, 2004) setiap tahun di
acara pidana. Tujuan dari hukum acara pidana adalah Amerika terjadi hampir 4500 kesalahan kesaksian.
mencari dan mendapatkan kebenaran hukum Bagaimanapun saksi adalah manusia biasa, maka
material, yaitu suatu kebenaran yang selengkap- banyak hal yang mempengaruhi ketidaksesuaian
27
Peran Psikologi
antara kesaksian yang diberikan dengan fakta yang sesuai dengan skema piker akan disimpan secara
sebenarnya. Ketidaksesuaian ini dapat bersumber tepat tetapi kadang informasi yang berlawanan sekali
pada (Ancok, 1995) : juga disimpan secara tepat (Hasti & Kumar dikutip
1. Keterbatasan kognisi saksi dalam oleh Brigham, 1991). Banyak faktor yang
mengolah, merekam dan mengingat berpengaruh terhadap encoding phase , antara lain
informasi adalah :
2. Bias yang terjadi dalam persepsi Tingkat stres saksi/korban. Beberapa
penyidik di dalam menilai kebenaran penelitian menunjukkan bahwa stres dapat
kesaksian meningkatkan dan menurunkan ingatan saksi.
3. Cara penggalian kesaksian oleh Penelitian Yuille & Cutshall (dalam Milne &
penyidik Bull, 2000) menunjukkan saksi pembunuhan
Kapardis (1997) menyatakan bahwa (stres tinggi) memiliki kebenaran kesaksian 93
kebenaran kesaksian dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu % ketika diinterview 2 hari setelah kejadian. 4
perhatian, persepsi, memori. Ketika terjadi suatu bulan kemudian memorinya menurun menjadi
kejadian perkara, banyak sekali informasi yang 88 %. Kehadiran senjata (pistol, sajam lainnya)
masuk dalam kognisi saksi yang melihat kejadian yang digunakan pelaku juga menimbulkan stres
tersebut. Tidak hanya informasi tentang perbuatan dan mengurangi ketepatan memori saksi,
pelaku kejahatan, namun juga karakteristik pelaku khususnya terhadap pelaku yang membawa
dan situasi saat kejadian juga masuk ke dalam senjata (Kramer, Buckhout, Eigino dalam Milne
kognisi saksi. Informasi yang datang begitu banyak, & Bull, 2000). Penelitian lain, Yuille &
sehingga hanya sedikit yang direkam oleh saksi. Cutshall; Courage & Peterson (dalam Milne &
Terjadi proses seleksi informasi yang disebut sebagai Bull, 2000) menemukan sebaliknya. Kejadian
perhatian. Solso (1991) menyatakan bahwa ada dua yang menimbulkan stres membuat peningkatan
model teori tentang perhatian (attention), yaitu memori saksi, karena peristiwa yang traumatik
model saklar yang dikemukakan oleh Broadbent menyebabkan saksi/korban memfokuskan
meyatakan bahwa informasi yang datang akan perhatian pada kejadian. Bagaimanapun terjadi
diseleksi. Yang terseleksi akan diproses, sementara perbedaan individual pada saksi, misalnya
yang tidak akan dibuang. Model kedua adalah yang perbedaan kemampuan menghadapi masalah
dikemukakan oleh Treisman, yaitu attenuator model. (coping style) tiap saksi akan memberikan
Semua informasi yang masuk akan diproses, hanya perbedaan kebenaran kesaksian.
saja ada yang diperhatikan dan ada yang tidak. Peristiwa kekerasan. Clifford & Scott (dalam
Kedua model perhatian ini memiliki kesamaan yaitu Milne & Bull, 2000) menemukan bahwa memori
informasi akan diseleksi ketika masuk ke dalam saksi akan lebih baik pada peristiwa yang bukan
kognisi, hanya saja bedanya pada informasi yang kekerasan dibanding peristiwa kekerasan.
Perhatian
tidak lolos seleksi. jika model saklar akan dibuang, . Telah disinggung di atas, bahwa
jika model attenuator akan dilemahkan. informasi masuk melalui seleksi. Tidak semua
Informasi yang masuk juga akan diberi informasi diproses dalam kognitif. Informasi
makna oleh individu, proses ini disebut sebagai yang lolos seleksi ini yang akan di encoding.
persepsi. Pemberian makna akan sangat dipengaruhi Informasi yang di encoding ini yang akan dapat
oleh latarbelakang budaya, usia, harapan, emosi, dan dimunculkan kembali. Perhatian dipengaruhi
pengetahuan yang dimiliki oleh saksi (Kapardis, oleh pengetahuan, harapan, sikap, pengalaman,
1997). Saksi yang sedang memiliki emosi negatif minat dan menentukan informasi mana yang
terhadap pelaku akan mempersepsi hal-hal negatif diproses atau tidak (Milne & Bull, 2000).
tentang pelaku yang kemudian disimpan dalam Retrieval, yaitu proses informasi yang masuk dalam
memorinya. memori dimunculkan/dipanggil kembali. Beberapa
Terkait dengan memori, maka proses faktor yang berpengaruh terhadap proses retrieval
mental yang terjadi adalah (Brigham, 1991; Milne & adalah :
Bull, 2000): Ingatan itu bersifat konstruktif. Jika
Encoding/ acquisition phase, yaitu proses seseorang melihat sebuah peristiwa maka
bagaimana suatu informasi masuk dalam memori. informasi yang di encoded adalah peristiwa
Tidak setiap informasi yang diperhatikan disimpan tersebut ditambahkan dengan informasi umum
dalam ingatan, banyak informasi yang dibiarkan yang sebelumnya telah dimiliki oleh individu
hilang begitu saja. Selain itu tidak tiap informasi tersebut. Oleh karena itu tidak aneh jika
disimpan secara tepat. Biasanya informasi yang informasi umum yang telah dimiliki oleh
28
DR. Yusti Probowati R.
individu akan memberikan pengaruh pada Kondisi Emosi. Kondisi emosi subjek selain
individu saat memberi kesaksian (Milne & Bull, berpengaruh dalam penyimpanan memori
2000). (encoding) juga berdampak pada retrieval. Kita
Penarikan kesimpulan. Dalam memberikan sering mengalami bahwa dalam kondisi cemas
kesaksian, saksi sering memberikan kesimpulan menghadapi ujian maka banyak materi yang
terhadap suatu peristiwa yang dialaminya. terlupakan (Holmes dalam Milne & Bull, 2000).
Penelitian Loftus dan Palmer (dalam Milne & Yerkes – Dodson (dalam Brigham, 1991)
Bull, 2000) membuktikan hal itu. Sekelompok menyatakan bahwa saksi dalam kondisi emosi
orang ditunjukkan kejadian kecelakaan melalui (takut, cemas, marah) maka ketepatan
media film. Setelah itu ditanyakan kata kerja kesaksiannya akan menurun.
yang paling tepat menggambarkan kondisi yang The retention interval/stored, yaitu proses
dilihatnya. Hampir 2/3 subjek memilih kata penyimpanan (proses ini bisa berlangsung lama –
kerja “bertabrakan” dan subjek ini ketika tergantung berapa lama jarak kejadian perkara
seminggu kemudian ditanyakan tentang kejadian dengan saat saksi memberikan kesaksian). Semakin
kecelakaan tersebut dan peneliti mengingatkan lama proses penyimpanan suatu memori maka
bahwa minggu lalu mereka menggunakan kata biasanya akan cenderung dilupakan. Tulving (dalam
bertabrakan untuk menggambarkan situasi Solso, 1991) juga menyatakan bahwa memori dapat
tersebut. Hasilnya mereka menyatakan bahwa “ dibedakan menjadi episodic memory dan semantic
ada kaca yang pecah” padahal kenyataannya memory. Episodic memory merupakan ingatan yang
tidak ada kaca yang pecah. Hal ini menunjukkan berisi tentang informasi-informasi dan hal-hal yang
bahwa saksi sering memberikan penyimpulan terkait dengan kejadian. Semantic memory
merupakan ingatan tentang kata-kata, konsep, aturan
terhadap kata kerja bertabrakan yang
dimunculkannya sendiri. Sementara pada dan ide yang abstrak. Ingatan kesaksian merupakan
kelompok subjek yang memberikan deskripsi ingatan episodic, dan menurut Tulving, jenis ingatan
kata kerja “menumbuk”, tidak muncul “ada kaca ini mudah hilang dengan masuknya informasi baru.
pecah” pada interview kedua. Oleh karena itu Semakin lama dilakukan investigasi kesaksian, maka
pertanyaan investigator berperan penting karena semakin banyak informasi baru yang hadir dalam
dapat mempengaruhi saksi. memori saksi dan ini membuat menurunnya akurasi
Stereotipe. Dalam memahami lingkungannya, kesaksian.
individu sering melakukan kategorisasi (walau
kategorisasi ini belum tentu benar). Kategorisasi
tentang orang sering kali didasarkan pada D. Teknik Investigasi Yang
pengelompokan usia, jenis kelamin, ras, Memperhatikan Prinsip Psikologi
penampilan (Baron & Byrne, 1991; Brigham,
1991). Misal perempuan sering dinilai lemah Dari paparan di atas, diketahui bahwa memori
lembut, tidak mandiri, tidak antusias (Zubaidah, saksi merupakan sesuatu yang rentan. Baik pada
Probowati, Sutrisno, 2007). Dalam budaya, proses penyimpanan maupun pemunculan kembali
orang Madura sering dinilai kasar dan agresif. banyak faktor yang mempengaruhinya, sehingga
Kategorisasi ini akan mempengaruhi kesaksian sebenarnya menjadi sesuatu yang sulit untuk
saksi. Di Amerika yang terjadi banyak memperoleh 100 % kebenaran kesaksian. Untuk
stereotype negatif terhadap kelompok kulit mengurangi hal-hal yang berpengaruh terhadap
hitam, banyak saksi yang bias dengan kerentanan memori saksi, diperlukan teknik agar
memberikan kesaksian negatif terhadap terhadap memori saksi dapat dihadirkan secara maksimal. Dua
tersangka kulit hitam. Masalah stereotype, teknik interview investigasi yang sering dibicarakan
diteliti oleh Probowati (2005) dan menemukan adalah (Kapardis, 1997; Milne & Bull, 2000,
bahwa hakim Indonesia yang pribumi memiliki Costanzo, 2004) :
stereotype negatif terhadap terdakwa etnis 1. Hipnosis
tionghoa. Zubaidah, Probowati, Sutrisno (2007) Hipnosis sebenarnya sudah lama digunakan
menemukan hakim (baik laki-laki dan orang, namun karena banyak terjadi kontroversial
perempuan) memiliki stereotype negatif
maka teknik ini jarang digunakan. Di Indonesia,
terhadap terdakwa perempuan dengan
memberikan hukuman yang lebih berat. tidak banyak psikolog yang ahli dalam menggunakan
Stereotipe juga terjadi pada saksi. teknik hipnosis. Mungkin karena pendekatan Freud
tidak terlalu berkembang di Psikologi Indonesia,
29
no reviews yet
Please Login to review.