Authentication
TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI ORGANISASI
TEORI KOMITMEN ORGANISASI
Disusun oleh :
Shieren Lusanto (190420080049)
Lala Septiyani (190420080012)
Yoseph Lili Padang (190420080044)
PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
MAJORING PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
Komitmen organisasi merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian perilaku
organisasi. Bagian ini mengarah pada luasnya hubungan antara komitmen organisasi
dengan berbagai macam perilaku di tempat kerja (Porter, 1974; Koch and Steers, 1978;
Angel and Perry, 1981)
Porter (Mowday, dkk, 1982:27) mendefinisikan komitment organisasi sebagai kekuatan yang
bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian
organisasi.
Selanjutnya, Bateman dan Strasser menyatakan bahwa alasan mempelajari komitmen
organisasi dihubungkan dengan (a) perilaku dan performance pekerja yang effektif, (b)
konsep sikap, afektif, dan kognitif sperti kepuasan kerja, (c) karakteristik dan aturan
pekerjaan pekerja seperti tanggung jawab dan (d) karakteristik personal seperti usia dan
masa kerja.
Sheldon (1971) mengatakan komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang positive
untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Buchanan (1974), sebagian besar peneliti
menetapkan komitmen terhadap organiassi sebagai sebuah ikatan antara seorang individu
(karyawan) dengan organisasi (perusahaan).
Untuk lebih jelasnya, maka dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai konsep teori dari
komitmen secara lebih luas, alat ukurnya serta kritik terhadap teori.
A. Konsep Teori
Definisi Komitmen Organisasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengertian komitmen adalah perjanjian atau keterikatan
untuk melakukan sesuatu; kontrak. Sedangkan, pengertian janji adalah perkataan yang
menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Jadi komitmen berarti memiliki
kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan janji. Biasanya istilah komitmen digunakan
untuk hal-hal penting.
Mowday (1982) mendefinisikan komitmen sebagai kekuatan relaif dari identifikasi individu
dan keterlibatannya sebagai kekuatan relative dari identifikasi individu dengan organisasi
kerja.
Mitchell (1982) memandang komitmen sebagai suatu orientasi nllai terhadap kerja yang
menunjukkan bahwa individu sangat memikirkan pekerjaannya. Dimana pekerjaan
memberikan kepuasan hidup, dan pekerjaan memberikan status bagi indvidu.
Charles o’Reilly (1989) menyatakan bahwa komitmen organisasi secara umum dipahami
sebagai ikatan ejiwaan individu terhadap organisasi termasuk keterlibatan kerja,
kesetiaan dan perasaan percay pada nilai-nlai oganisasi.
Mowday (dalam Meyer dan Allen,1997) menyatakan ada dua pendekatan mengenai arti dari
komitmen organisasi. Yaitu :
1. Pendekatan attitudinal commitment yang lebih berfokus pada proses dimana orang
berfikir mengenai hubungan mereka dengan organisasi. Apakah ada kesamaan antara
nilai dan tujuan yang mereka miliki dengan nilai dan tujuan organisasi. Jika komitmen
pekerja tinggi maka pekerja merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki organisasi;
memiliki keinginan kuat untuk tetap bergabung dengan organisasi; terlibat sungguh-
sungguh dalam pekerjaannya; dan menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Hal ini akan menyebabkan turnover yang rendah dan produktivitas yang
tinggi.
Komitmen menurut pendekatan ini, menunjuk pada permasalahan keterlibatan dan
loyalitas. Menurut pendekatan ini, komitmen dipandang sebagai suatu sikap keterikatan
kepada organisasi, yang berperan penting pada pekerjaan tertentu dan perilaku yang
terkait. Sebagai contoh, pegawai yang memiliki komitmen tinggi, akan rendah tingkat
absensinya, dan lebih kecil kemungkinannya untuk meninggalkan organisasi dengan
sukarela, dibandingkan dengan lebih pegawai yang memiliki komitmen rendah. Konsep
komitmen organisasi (Mowday, Steers, and Porter 1979) merupakan pendekatan sikap;
dimana, Komitmen didefinisikan sebagai:
1) keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu
2) keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi
3) keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi
2. Pendekatan behavioral commitment lebih melihat pada proses dimana individu
terikat pada organisasi dan bagaimana mereka menangani masalah ini. Contohnya,
individu yang terikat dengan organisasi maka mereka cenderung memandang organisasi
secara positif. Mereka akan menghindari perselisihan dan mempersepsikan organisai
secara positif.
Pendekatan ini menitikberatkan pandangan bahwa investasi karyawan (berupa
waktu, pertemanan, pension, dan lain-lain) membuat ia terikat untuk loyal terhadap
organisasi.
Menurut White (dalam Armstrong, 1999: 183), komitmen organisasi terdiri dari tiga
area keyakinan ataupun perilaku yang ditampilkan oleh karyawan terhadap
perusahaan dimana ia bekerja. Ketiga area tersebut adalah:
1) Keyakinan dan penerimaan terhadap organisasi, tujuan, dan nilai-nilai yang
ada di organisasi tersebut.
2) Adanya keinginan untuk berusaha sebaik mungkin sesuai dengan
keinginan organisasi. Hal ini tercakup di antaranya menunda waktu libur
untuk kepentingan organisasi dan bentuk pengorbanan yang lain tanpa
mengharapkan personal gain secepatnya.
3) Keyakinan untuk mempertahankan keanggotaannya di organisasi tersebut.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Angle dan Perry (1981) serta Bateman dan
Stresser (1984) (dalam Muchinsky, 1993: 286) menemukan kenyataan bahwa
individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi memiliki kondisi : (a) individu-
individu tersebut lebih mampu menyesuaikan diri; (b) jumlah karyawan yang keluar-
masuk (turnover) lebih sedikit; (c) kelambatan dalam bekerja lebih sedikit dijumpai;
(d) kepuasan kerja lebih tinggi.
Mathieu dan Zajack (dalam Muchinsky, 1993: 288-289) menyatakan bahwa
seseorang yang terlalu berkomitmen pada organisasi akan cenderung mengalami
stagnasi dalam kariernya serta cenderung berkurang pengembangan dirinya (self
development); dan bila komitmen mencerminkan identifikasi dan keterlibatan dalam
organisasi, maka organisasi akan mendapat keuntungan dengan berkurangnya
turnover, adanya prestasi yang lebih baik.
a) The Multidimensional Approach
Porter et al. (1974) mengidentifikasi adanya hubungan antara attitude (komitmen
yang berhubungan dengan sikap) dan Commitment-Related Behavior approach
(komitmen yang berhubungan dengan perilaku). Komitmen organisasional secara
tradisional dipandang sebagai konstruk uni-dimensi atau satu dimensi di mana
komitmen organisasi didefinisikan sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap
nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota
no reviews yet
Please Login to review.