Authentication
470x Tipe PDF Ukuran file 0.36 MB Source: sc.syekhnurjati.ac.id
BAB III
TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA DINI
A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan sosial pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungan, menjalin menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan
perilakunya. Perkembangan sosial adalah dimana anak mengembangkan keterampilan
interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamanya tentang orang
diluar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilaku.
Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, anak mengekspresikan
dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Emosi anak perlu dipahami oleh para guru agar dapat mengajarkan emosi negative dengan
emosi positive sesuai dengan harapan sosial.
Perkembangan Sosial emosional (Feeney et.al) meliputi ; kompetensi sosial (menjalin
hubungan dengan kelompok sosial), kemampuan sosial (perilaku yang digunakan dalam
situasi sosial), kognisi sosial (pemahaman terhadap pemahaman, tujuan dan perilaku diri
sendiri dan orang lain, perilaku prososial (kesediaan untuk berbagi, membantu, bekerjasama,
merasa nyaman dan aman, dan mendukung orang lain) serta penguasaan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan dan moralitas (perkemangan dalam menentukan standar baik dan buruk.
Perkembangan sosial dan emosi pada anak tidak terlepas dengan kondisi emosi dan
kemampuan anak merespon lingkungannya di usia sebelumnya. Bayi yang mendapat
pengasuhan dan perawatan secara baik dimana kebutuhannya secara fisik dan psikologis
terpenuhi, akan merasa nyaman dan membentuk rasa percaya terhadap lingkungan sekitar.
Sebaliknya, bayi yang tidak terpenuhi kebutuhannya, dimana mendapatkan penolakan
dari orang tua atau pengasuhnya, akan mengembangkan rasa cemas dan membentuk rasa
ketidakpercayaan dengan lingkungan sekitarnya pula.
Dengan demikian, mereka memiliki potensi mengalami masalah kesehatan secara
fisik dan mental di tahap kehidupannya.
Erikson menyatakan bahwa individu, termasuk anak, tidak hanya mengembangkan
kepribadian yang unik tetapi juga memperoleh ketrampilan dan sikap yang dapat
membantunya menjadi aktif dan bermanfaat sebagai bagian dari masyarakat. Erikson juga
memberikan penjelasan tentang perkembangan yang bersifat alamiah dan pengaruh budaya.
1
Di samping itu, perkembangan sosial dan emosi pada anak juga dipengaruhi oleh
faktor kematangan dan belajar. Pada usia pra sekolah, anak sudah mulai menyadari bahwa
tidak semua keinginannya dapat dipenuhi. Namun demikian, hal ini bukan berarti anak sudah
mampu mengendalikan perasaan atau emosinya saat harapannya tak dapat diperoleh.
Kemampuan sosial dan emosi anak akan berkembang seiring dengan penambahan
usia dan pengalaman yang diperolehnya. Aspek kognitif juga berperan penting dalam hal ini
dimana dengan kematangan di segi kognitif, anak dapat membedakan hal yang baik dan
buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Perkembangan sosial anak-anak dapat dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam
berhubungan dengan orang lain dan menjadi anggota masyarakat sosial yang produktif. Hal
ini mencakup bagaimana seorang anak belajar untuk memiliki suatu kepercayaan terhadap
perilakunya dan hubungan sosialnya. Perkembangan sosial meliputi: (1) Kompetensi
sosial yaitu kemampuan untuk bermanfaat bagi lingkungan sosialnya); (2) Kemampuan
sosial yaitu perilaku yang digunakan dalam situasi sosial; (3) Pengamatan Sosial yaitu
memahami pikiran-pikiran, niat, dan perilaku diri sendiri maupun orang lain; (4) Perilaku
Prososial yaitu sikap berbagi, menolong, bekerja sama, empati, menghibur, meyakinkan
bertahan, dan menguatkan orang lain; (5) Perolehan nilai dan moral yaitu perkembangan
standar untuk memutuskan mana yang benar atau salah, kemampuan untuk memperhatikan
keutuhan dan kesejahteraan orang lain.
Pada tahun awal perkembangannya, seorang anak mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat di dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan tentang tahap-
tahap perkembangan perilaku dapat menolong kita untuk memahami tindakan setiap anak
dan memberikan pengalaman yang akan mendukung perkembangan sosial yang positif.
Perkembangan sosial meliputi perubahan peningkatan pengetahuan yang berbentuk
spiral tentang dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, hubungan
sosial dengan orang dewasa, dan perkembangan kognitifnya.
Terdapat 4 aspek kognisi yang berhubungan dengan perkembangan sosial anak :
1. Perpindahan dari sikap egosentris – melihat dunia hanya dari sudut pandangnya sendiri
ke perkembangan kemampuan untuk memahami bagaimana pikiran/pendapat orang lain
dan apa yang dirasakan oleh orang lain
2
2. Pertumbuhan dalam kemampuan untuk memahami sebab dan akibat untuk melihat
hubungan antra sikap seseorang dan konsekwensi yang harus dipikul.
3. Perubahan dari berpikir konkrit (kamu adalah temanku jika kamu bermain dengan aku)
ke pola piker abstrak (kamu adalah temanku walau ketika aku tidak melihat kamu setiap
hari, karena kita suka bermain bersama).
Perkembangan kognisi yang kompleks, seperti kemapuan untuk memahami
hubungan keluarga yang lebih luas (ibu saya adalah seorang ibu, bibi, istri dan juga anak)
Untuk memahami orang lain berarti mengorganisir apa yang telah diketahui seseorang
menjadi suatu sistem yang memiliki arti atau kepercayaan. Pada saat mereka bertumbuh,
anak-anak menjadi lebih mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir
abstraknya. pertama-tama, dari pengalaman langsung pada phenomena yang diamati
(beberapa orang dinamakan anak laki-laki dan yang lain anak perempuan; anak laki-laki
rambutnya pendek dan anak perempuan berambut panjang) dan kemudian pada kemampuan
refleksiintelektualnya pada pengaalaman yang dihadapi (jika kamu anak laki-laki, kamu pasti
bukan anak perempuan; anak laki-laki akan bertumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa).
Tabel 3.1
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Kemampuan Sosial Kognisi Sosial Perilaku Prososial
Membina hubungan dengan o Meningkatkan kepekaan akan Kelompok adalah kekuatan
sesama teman sebaya diri sendiri yang kuat
daripada dengan orang o Cenderung menjadi Jika aturan bermain membawa
dewasa kompetitifa dan membanding- konflik, menunjukkan sikap
Persahabatan menjadi lebih bandingkan antara dirinya dan kewajaran
utama dan sedikit lebih orang lain. Menghargai otoritas karena
pendek o Memahami perbedaan gender kekuatan figure otoritas yang
Terlibat dalam permainan o Identitas gender semakin kuat dilihatnya
sosiodramatik pahami Memiliki pandangan yang
Mulai tertari pada olahraga o Condong pada kehalusan tegas tentang persamaan; setiap
dan games perilaku; mulai memahami harus orang memperoleh
Lebih mandiri ketika berkerja bahwa tindakan tidak selalu jumlah yang sama ketika
dan bermain merefleksikan pikiran dan sesuatu dibagikan
Bekerjasama dengan teman perasaan Mampu untuk
sebaya, guru dan orang tua mempertimbangkan faktor
Mengembangkan hubungan seperti motivasi
kemapuanbernegosiasi dalam penalaran moral
3
Setiap tahap perkembangan emosional anak memiliki karakteristik yang berbeda yang
mempengaruhi bagaimana anak bereaksi pada pengalaman yang mereka hadapi. Pengetahuan
akan tahap-tahap perkembangan ini dapat digunakan dalam berinteraksi dengan anak-anak
dengan cara yang terbaik yang dapat menunjang perkembangan emosional mereka yang
sehat, menciptakan suatu hubungan yang hangat dan konsisten dengan, mengetahui bahwa
anak usia 6-12 tahun (primary age-children) mendefinisikan harga dirinya dengan apa yang
mereka percaya dapat mereka ketahui dan lakukan, sehingga dapat menyediakan kegiatan
yang menunjang mencapai perkembangan yang optimal.
Tabel 3.2
Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Karakteristik Indikator
Cenderung aktif Ramah dan dapat bergaul
Senang kpd hal-hal baru Menguasai keterampilan/pelajaran baru
Tegas Defensif, argumentatif
Mandiri Percaya diri, merasa aman, berani
Mampu ekspresikan emosi Ekspresi setuju, menolak
Mampu mengenali emosi orang lain Mengenali bermacam emosi: emosi marah, senang.
Teori Erikson melengkapi analisis Broofenbrenner terhadap konteks sosial di mana
anak tumbuh dan orang-orang yang penting bagi kehidupan anak. Menurut Erikson, ada
delapan tahap perkembangan yang akan dilalui oleh setiap individu di sepanjang rentang
kehidupannya. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang dihadapi oleh
individu yang mengalami krisis. Menurut Erikson, masing-masing krisis tidak bersifat
katastropik, tetapi merupakan titik balik dari kerawanan dan penguatan potensi. Semakin
sukses seseorang mengatasi krisisnya, semakin sehat psikologi individu tersebut. Masing-
masing tahap memiliki sisi positif dan negatif.
1. Kepercayaan versus Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust). Perkembangan kepercayaan
membutuhkan pengasuhan yang hangat dan bersahabat hasil positifnya adalah rasa
nyaman dan berkurangnya ketakutan sampai pada titik minimal. Ketidakpercayaan akan
tumbuh jika bayi diperlakukan terlalu negatif atau diabaikan.
4
no reviews yet
Please Login to review.