Authentication
424x Tipe PDF Ukuran file 1.19 MB Source: repository.ugm.ac.id
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
STUDI KARAKTERISTIK DAN PETROGENESIS BATUAN BEKU DI DAERAH
SINGKAWANG DAN SEKITARNYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Egy Erzagian1*
2
Lucas Donny Setijadji
I Wayan Warmada2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2Dosen Jurusan Teknik Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email : egy.erzagian@gmail.com
SARI
Studi petrogenesis batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya menjadi suatu hal yang menarik
untuk dipelajari karena meliputi beberapa periode magmatik dengan jangkauan waktu geologi yang
panjang. Daerah penelitian berada di bagian baratlaut Kalimantan dengan batasan termasuk ke dalam
peta geologi regional skala 1 : 250.000 lembar Singkawang, Sambas-Siluas dan Sanggau. Batasan
umur batuan beku pada daerah penelitian yaitu pra-Trias hingga Pliosen. Tujuan penelitian adalah
untuk 1) mengetahui tipe dan karakteristik komposisi batuan beku, dan 2) menginterpretasikan proses
pembentukan (petrogenesis) batuan beku serta keterkaitannya dengan tatanan tektonik di daerah
Singkawang dan sekitarnya pada masing-masing periode magmatik. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah analisis petrografi dari data primer dan analisis geokimia dari data sekunder yang
berasal dari beberapa peneliti terdahulu yang meliputi analisis afinitas magma, kristalisasi fraksinasi,
tatanan tektonik dan keberadaan magma adakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batuan beku yang
terbentuk pada masing-masing periode magmatik memiliki tipe dan karakteristik komposisi batuan yang
berbeda-beda. Batuan beku pada periode magmatik Perm – Trias memiliki afinitas seri kalk-alkali K-
tinggi hingga kalk-alkali dengan sebagian batuan intrusi berupa granit tipe-S. Periode magmatik Kapur
memiliki afinitas seri kalk-alkali K-tinggi hingga toleitik dengan batuan yang terbentuk memiliki tipe-I
dan tipe-S. Batuan beku pada periode magmatik Eosen - Miosen memiliki afinitas seri kalk-alkali
dengan batuan granitoid berupa tipe-I. Batuan beku pada periode magmatik Pliosen memiliki afinitas
seri toleitik. Pembentukan batuan beku pada periode magmatik Perm – Trias terjadi pada tatanan active
continental margin dengan mekanisme subduksi dan kolisi. Periode magmatik Kapur terbentuk pada
tatanan active continental margin dengan mekanisme subduksi dan kolisi. Periode magmatik Eosen –
Miosen terbentuk pada tatanan active continental margin dengan mekanisme subduksi. Sedangkan
periode magmatik Pliosen terbentuk pada tatanan continental rift zone dengan mekanisme peregangan
(rifting).
Kata Kunci : Kalimantan baratlaut, Singkawang, batuan beku, granitoid, petrogenesis
I. PENDAHULUAN terbentuknya berbagai jenis batuan beku,
Petrogenesis merupakan bagian dari ilmu termasuk tatanan tektonik pembentukannya.
petrologi yang menjelaskan tentang seluruh Studi petrogenesis ini dinilai sangat penting
aspek pembentukan batuan mulai dari untuk mengetahui proses pembentukan
sumber, proses primer terbentuknya batuan batuan dan keterkaitannya dengan tatanan
hingga perubahan-perubahan (proses tektonik sehingga dapat bermanfaat dan
sekunder) yang terjadi pada batuan tersebut. menambah wawasan di bidang ilmu geologi.
Dalam studi petrogenesis batuan beku, Batuan beku di daerah Singkawang dan
magma merupakan sumber utama pada sekitarnya secara umum didominasi oleh
proses pembentukannya. Proses primer Batolit Singkawang (Suwarna dkk., 1993).
menjelaskan rangkaian kejadian mulai dari Selain itu, terdapat pula beberapa batuan
pembentukan berbagai jenis magma hingga beku yang tersebar dan mewakili berbagai
421
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
periode magmatik. Periode magmatik di Periode magmatk Tersier Bawah – Miosen
daerah penelitian ini memiliki rentang umur menghasilkan Intrusi Sintang, yaitu berupa
geologi yang panjang, yaitu mulai dari pra- intrusi-intrusi yang tersebar di daerah
Trias hingga Pliosen. Batuan beku yang penelitian. Periode magmatik Pliosen
terbentuk di daerah Singkawang dan terdapat Volkanik Niut.
sekitarnya ini memiliki karakteristik yang Secara regional, Kalimantan telah mengalami
beragam, begitu pula dengan kondisi evolusi tektonik yang panjang semenjak pra-
lingkungan pembentukannya. Trias hingga Pliosen. Beberapa peneliti juga
Penelitian mengenai batuan beku di daerah telah mengungkapkan proses yang terjadi
Singkawang dan sekitarnya sudah dilakukan pada evolusi tektonik Kalimantan yang
oleh beberapa peneliti, seperti oleh Suwarna berpengaruh terhadap daerah penelitian
dkk. (1993), Amiruddin (2000) dan nantinya. Pada periode pra-Trias dan Trias
sebagainya. Namun sejauh ini belum ada terjadi proses subduksi dari arah utara dan
pembahasan yang lebih rinci mengenai diikuti proses kolisi yang menurut Hartono
perbandingan karakteristik komposisi batuan (1983) diasumsikan sebagai efek ekstensi
beku dari berbagai periode magmatik di dari Sutur Bentong Raub yang membentang
daerah tersebut. Selain itu, penelitian di Semenanjung Malaysia. Menurut Pieters
mengenai petrogenesis batuan beku di daerah dkk. (1993) dan Amiruddin (2000) selama
Singkawang dan sekitarnya juga relatif periode Kapur terjadi proses subduksi yang
belum pernah dilakukan, sehingga menghasilkan Batolit Schwaner, termasuk
mendorong penulis untuk melakukan Batolit Singkawang yang diakhiri dengan
penelitian ini. proses kolisi pada Kapur Akhir. Kemudian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk magmatisme berlanjut pada Kenozoik,
mengetahui tipe, karakteristik mineralogi dan Soeria-Atmaja dkk. (1999) membaginya
komposisi kimia batuan beku di daerah menjadi dua periode subduksi yaitu Eosen –
Singkawang dan sekitarnya pada masing- Oligosen Awal dan Oligosen Akhir – Miosen.
masing periode magmatik serta melakukan III. SAMPEL DAN METODE
interpretasi terhadap proses pembentukan PENELITIAN
batuan beku dan keterkaitannya dengan
tatanan tektonik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis petrografi dan
II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL geokimia. Analisis petrogtafi digunakan
Daerah penelitian merupakan daerah yang untuk menentukan komposisi mineral,
disebut sebagai Kalimantan Baratlaut kelimpahan, serta hubungan tekstur antar
(Northwest Borneo) menurut Williams dkk. mineral dalam batuan. Jumlah sampel yang
(1988). Daerah penelitian terdiri dari tiga digunakan dalam analisis petrografi ini
lembar geologi regional skala 1:250.000, sebanyak 26 sampel yang mewakili batuan
yaitu Lembar Singkawang (Suwarna dkk., beku di berbagai lokasi dan periode
1993), Sambas-Siluas (Rusmana dkk., 1993) magmatik. Sedangkan analisis geokimia
dan Sanggau (Supriatna dkk., 1993). digunakan untuk menentukan unsur-unsur
kimia yang terkandung di dalam batuan, yaitu
Geologi daerah Singkawang dan sekitarnya berupa unsur utama dan minor. Data yang
tersusun oleh berbagai batuan beku yang digunakan untuk analisis geokimia
terbentuk dari berbagai perode magmatik, merupakan hasil kompilasi data geokimia
yaitu periode magmatik Trias/pra-Trias yang yang berasal dari peneliti terdahulu dari
diwakili oleh Kompleks Embuoi, Volkanik berbagai sumber. Jumlah data geokimia yang
Sekadau dan Granodiorit. Kemudian periode digunakan dalam analisis ini sebanyak 44
magmatik Kapur dijumpai Batolit data geokimia yang berasal dari JICA (1982),
Singkawang yang tersusun oleh Granodiorit Harahap (1987) dan Proyek Pemetaan
Mensibau dan Volkanik Raya. Terdapat pula Geologi Indonesia Australia atau IAGMP
beberapa batuan beku lain pada periode (1989). Analisis data geokimia yang
magmatik Kapur seperti Granit Laur dan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari
Granit Pueh yang berumur Kapur Akhir. analisis kristalisasi fraksinasi, afinitas
422
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
magma, tatanan tektonik dan keberadaan diinterpretasikan tergolong ke dalam
magma adakit. Data petrografi dan geokimia granitoid tipe-S karena berdasarkan
kemudian disinergikan berdasarkan karakteristik mineraloginya memiliki
kesesuaian lokasi, formasi keterdapatan kandungan biotit yang lebih melimpah.
sampel dan tinjauan geologi sehingga batuan Batuan volkanik pada periode magmatik
beku di daerah penelitian dapat Kapur yang diwakili oleh Volkanik Raya
dikelompokkan menjadi beberapa periode memiliki komposisi mineral plagioklas,
magmatik, yaitu Perm – Trias, Kapur, Eosen kuarsa, hornblenda, piroksen dan mineral
– Miosen dan Pliosen. mafik berukuran sangat halus. Pada periode
magmatik Eosen – Miosen, batuan plutonik
IV. DATA DAN ANALISIS yang diwakili oleh Intrusi Sintang memiliki
Berikut adalah hasil pengolahan data komposisi kuarsa, plagioklas, ortoklas,
yang meliputi analisis petrografi, kristalisasi hornblenda dan biotit. Berdasarkan
fraksinasi, afinitas magma, analisis tatanan karakteristik mineraloginya, jenis batuan
tektonik dan keberadaan magma adakit. granitoid dari Intrusi Sintang merupakan
granitoid yang kaya akan hornblenda,
Analisis Petrografi sehingga dapat diinterpretasikan tergolong ke
Berdasarkan hasil analisis petrografi, dalam granitoid tipe-I. Pada periode
komposisi mineral yang menyusun batuan magmatik Pliosen, batuan volkanik yang
beku di daerah penelitian terdiri dari berbagai diwakili oleh Volkanik Niut memiliki
jenis mineral, seperti kuarsa, plagioklas, komposisi plagioklas, piroksen dan mineral
ortoklas, hornblenda, biotit, muskovit, mafik berukuran sangat halus.
piroksen. Setiap sampel memiliki komposisi Analisis Kristalisasi Fraksinasi
mineral yang berbeda-beda dengan Diagram Harker perbandingan SiO2 dengan
kelimpahan yang berbeda-beda pula. Pada unsur-unsur utama lainnya memperlihatkan
periode magmatik Perm – Trias, batuan adanya trend yang khas (Gambar 4).
plutonik yang diwakili oleh Kompleks Misalnya perbandingan SiO2 dengan Al2O3,
Embuoi memiliki komposisi mineral kuarsa, MgO, FeO*, CaO, TiO2 terlihat adanya trend
plagioklas, ortoklas dan biotit. Jenis batuan menurun seiring dengan bertambahnya SiO2
merupakan granitoid yang kaya akan biotit, yang terjadi pada hasil plot periode magmatik
seperti yang diperlihatkan oleh sampel A Perm-Trias, Kapur dan Eosen-Miosen. Hal
(Gambar 3a). Sedangkan batuan volkanik ini menunjukkan bahwa pada saat
yang diwakili oleh Volkanik Sekadau pembentukan batuan terjadi proses fraksinasi
memiliki komposisi mineral plagioklas, sehingga menghasilkan mineral-mineral
piroksen dan mineral mafik berukuran sangat felsik yang lebih banyak. Diagram
halus. Pada periode magmatik Kapur, batuan perbandingan SiO2 dengan unsur lain, seperti
plutonik yang diwakili oleh Granodiorit Na2O dan K2O juga menunjukkan bahwa
Mensibau secara umum memiliki komposisi periode magmatik Perm-Trias, Kapur dan
kuarsa, plagioklas, ortoklas, hornblenda, Eosen-Miosen mengalami proses fraksinasi,
piroksen, biotit dan mineral opak. Kehadiran yaitu dengan adanya trend naik seiring
hornblenda pada Granodiorit Mensibau bertambahnya SiO2. Namun periode
cenderung lebih melimpah apabila magmatik Pliosen tetap tidak memiliki tren
dibandingkan dengan biotit, seperti yang tersebut sehingga tidak mengindikasikan
diperlihatkan oleh sampel B (Gambar 3b). fraksinasi.
Kehadiran mineral hornblenda yang
melimpah ini dapat diinterpretasikan bahwa Analisis Afinitas Magma
batuan granitoid termasuk ke dalam tipe-I. Berdasarkan hasil analisis afinitas magma
Batuan beku dari Granit Laur memiliki dari diagram alkali – silika (MacDonald,
komposisi yang hampir sama dengan 1968 dalam Winter, 2001), diagram SiO –
Granodiorit Mensibau. Batuan beku dari 2
Granit Pueh yang diwakili oleh sampel C K2O (Pecerrillo dan Taylor, 1976 dalam
Rolinson, 1993), diagram FeOt/MgO – SiO
memiliki komposisi mineral yaitu kuarsa, 2
Mayashiro, 1974 dalam Winter, 2001) dan
plagioklas, ortoklas, biotit dan muskovit (
(Gambar 3c). Batuan beku dari Granit Pueh diagram AFM (garis oleh Irvine dan Baragar,
423
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
1971 dalam Rollinson, 1993), dapat ditarik Diagram tatanan tektonik batuan granitoid di
kesimpulan bahwa masing-masing periode daerah Singkawang dan sekitarnya
magmatik memiliki afinitas magma yang menunjukkan bahwa selama periode
berbeda-beda (Gambar 5). Magmatisme magmatik Perm – Trias hingga Kapur, batuan
periode magmatik Perm – Trias memiliki granitoid terbentuk pada tatanan tektonik
afinitas Kalk-alkali k-tinggi hingga kalk- VAG (Volcanic Arc Granitoid). Tatanan
alkali. Hal ini menunjukkan bahwa batuan tektonik VAG ini menunjukkan bahwa
terbentuk pada tatanan tektonik yang lingkungan pembentukan batuan granitoid
berhubungan dengan subduksi, seperti active berhubungan dengan proses subduksi dan
continental margin. Kandungan k-tinggi menghasilkan bentukan pegunungan (tatanan
pada afinitas kalk-alkali menunjukkan bahwa orogenik). Granitoid pada periode magmatik
batuan terbentuk pada kerak batuan yang Perm – Trias dan Kapur diinterpretasikan
lebih tebal. Periode magmatik Kapur dan terbentuk pada tatanan busur volkanik, yaitu
Eosen – Miosen juga terbentuk pada tatanan pada active continental margin.
tektonik yang berhubungan dengan subduksi Analisis Magma Adakit
seperti active continental margin namun
dengan ketebalan kerak benua yang berbeda- Analisis magma adakit pada batuan beku di
beda. Kerak benua pada periode magmatik daerah Singkawang dan sekitarnya (Gambar
Kapur lebih tebal daripada periode magmatik. 9) menunjukkan bahwa batuan beku pada
Periode magmatik Pliosen memiliki afinitas periode magmatik Eosen – Miosen secara
toleitik yang artinya dapat terbentuk d dominan memiliki kandungan Y yang rendah
berbagai tektonik, namun diinterpretasikan (< 20 ppm) dan kandungan Sr yang tinggi
terbentuk di tatanan tektonik yang (diperlihatkan oleh perbandingan Sr/Y yang
berhubungan dengan subduksi. tinggi) sehingga termasuk ke dalam
Analisis Tatanan Tektonik kelompok adakit. Batuan beku periode
magmatik Eosen – Miosen diinterpretasikan
Diagram tatanan tektonik batuan beku terbentuk dari proses pelelehan kerak
volkanik basaltik di daerah Singkawang dan samudra pada subduksi yang berumur muda.
sekitarnya menunjukkan bahwa batuan beku Lelehan adakit tersebut kemudian bercampur
terbentuk pada tatanan tektonik yang dengan magma andesitik hingga akhirnya
berbeda-beda, yaitu CAB (Calc-Alkaline mengintrusi kerak benua. Sedangkan batuan
Basalts), IAT (Island-Arc Tholeiites) dan beku pada periode magmatik Pliosen
MORB (Mid-Ocean Ridge Basalts) (Gambar cenderung memiliki kandungan Y yang
7 dan 8). Berdasarkan diagram perbandingan tinggi (> 20 ppm) dan kandungan Sr yang
Y – Cr, batuan beku pada periode magmatik rendah sehingga termasuk ke dalam
Kapur terbentuk pada tatanan tektonik IAT. kelompok Andesit-Dasit-Rhyolit (ADR) dari
Sedangkan pada diagram segitiga TiO2 – busur volkanik “normal”. Batuan beku pada
MnO – P2O5, terlihat batuan beku tersebut periode magmatik Pliosen diinterpretasikan
terbentuk pada tatanan tektonik CAB dan terbentuk dari hasil pelelehan magma dari
IAT. Batuan beku periode magmatik Kapur mantel.
yang terbentuk pada tatanan tektonik CAB
dan IAT ini dapat diinterpretasikan bahwa V. DISKUSI
batuan terbentuk pada tatanan active Petrogenesis batuan beku di daerah
continental margin. Sedangkan periode Singkawang dan sekitarnya dapat
magmatik Pliosen menunjukkan bahwa diinterpretasi berdasarkan hasil analisis
batuan beku terbentuk pada tatanan tektonik petrografi dan geokimia. Penjelasan
IAT dan MORB. Diinterpretasikan bahwa mengenai petrogenesis batuan beku
batuan terbentuk pada active continental didasarkan pada pembagian periode
margin. Tatanan tektonik MORB pada magmatik yang membentuk batuan beku di
periode magmatik Pliosen ini menunjukkan daerah Singkawang dan sekitarnya.
bahwa proses pembentukan batuan beku
lebih terkait dengan proses rifting. Pada periode magmatik Perm – Trias, batuan
beku di daerah penelitian terbentuk pada
tatanan tektonik konvergen, yaitu pada active
424
no reviews yet
Please Login to review.