Authentication
394x Tipe PDF Ukuran file 0.18 MB Source: core.ac.uk
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by Open Journal Systems of Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Media Ilmiah Teknik Lingkungan
MITL Volume 3, Nomor 1, Februari 2018
Article Review, Hal. 21-29
Industri Batik: Kandungan Limbah Cair dan Metode Pengolahannya
Nani Apriyani
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
*email: nani.apriyani@umpalangkaraya.ac.id
ABSTRAK. Industri batik semakin meningkat setiap tahun seiring dengan
kebutuhan konsumen. Peningkatan produksi batik juga berbanding lurus dengan
banyaknya limbah yang dihasilkan. Limbah industri batik terdiri dari limbah
padat, cair dan gas sebagai hasil samping dari serangkaian proses pengolahan
batik. Limbah cair industri batik merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan
dan berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah
cair ini dihasilkan akibat penggunaan pewarna sintetis dalam industri batik.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik limbah
industri batik yang seringkali ditemukan melebihi baku mutu yang disyaratkan,
khususnya untuk parameter Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD), Total Dissolved Solid (TDS) dan Total Suspensed Solid (TSS).
Upaya pengolahan limbah cair juga telah dilakukan dengan berbagai metode, baik
secara fisika, kimia dan biologi, seperti elektroagulasi, sistem lumpur aktif,
phytotreatment dan sebagainya.
Kata kunci: limbah cair, pewarna, batik.
PENDAHULUAN (Yulianto, 2012) dan di Pekalongan sekitar
Perkembangan industri semakin 100 liter per kilogram batik (Wicaksono,
meningkat dari masa ke masa, salah satunya 2012).
adalah industri batik yang merupakan karya Pencemaran terutama bersumber dari
seni budaya bangsa Indonesia yang telah limbah cair yang berupa zat warna yang
turun-temurun. Dalam industri batik, dihasilkan sisa bahan pewarna, proses
pewarnaan adalah proses yang sangat penting pencucian dan pembilasan kain batik. Pada
dan tidak mungkin ditinggalkan. Proses ini umumnya limbah industri batik terdiri dari
menggunakan pewarna tekstil yang dari sisa mori, ceceran lilin, sisa air
menghasilkan limbah dan dapat mencemari pewarnaan, sisa lilin dan air pelorodan.
lingkungan. Pewarna yang umum digunakan adalah
Keberadaan industri batik di Indonesia pewarna sintetik karena mudah didapat juga
menempati kategori industri skala besar, menghasilkan warna-warna cerah. Sebagai
menengah, kecil dan bahkan skala rumah contoh adalah indigosol, naphtol dan
tangga (home industry). Hal ini indanthrene yang digunakan oleh industri
menyebabkan pencemaran yang ditimbulkan Batik Trusmi (Casta dan Taruna , 2007),
oleh industri batik tidak hanya terjadi pada Penggunaan pewarna sintetik dan proses
kawasan industri, tetapi terjadi juga di lainnya dalam pembuatan batik seperti
pemukimaman padat penduduk. Salah satu pelepasan lilin, pencucian, perendaman, dan
UKM Jogjakarta menghasilkan limbah cair pembilasan akan menghasilkan limbah cair
sekitar 125 liter per kilogram batik yang mengandung zat pewarna dan minyak.
Industri Batik : Kandungan Limbah ... 22
Proses produksi batik memerlukan air yaitu: Napthol, Indigosol, Rapide, Ergan
dalam jumlah besar serta menghasilkan Soga, Kopel Soga, Chroom Soga, dan
limbah yang kaya zat warna, mengandung Procion (Budiyono, 2008).
residu pewarna reaktif dan bahan kimia,
sehingga perlu adanya pengelolaan yang tepat
sebelum dilepaskan ke lingkungan Ramesh
dkk (2007). Beberapa penelitian telah
dilakukan dalam rangka mengelola dan
mengolah limbah yang dihasilkan dari
industri batik, baik secara fisika, kimia dan
biologi. Gambar 1. Struktur kimia indigosol
(Sumber: Timar-Balazsy & Eastop, 2011)
PEMBAHASAN
Bahan Baku Industri Batik Penggunaan pewarna sintetik lebih
Industri batik adalah suatu cara banyak digunakan karena zat warna jenis ini
penerapan corak di atas kain melalui proses mudah diperoleh dengan komposisi yang
celup, rintang warna dengan lilin (malam) tetap, mempunyai aneka warna yang banyak,
sebagai medium perintangnya. Tahap-tahap mudah cara pemakaiannya dan harganya
pembuatan batik dimulai dengan persiapan, relatif tidak tinggi. Namun penggunaan zat
pemolaan, pemalaman, pewarnaan celup, warna ini seringkali menghasilkan limbah
pelorodan (penghilangan lilin batik) dan yang lebih berpotensi menceri lingkungan.
pekerjaan akhir (finishing).
Bahan baku yang digunakan adalah Karakteristik Limbah Cair Industri Batik
malam dan pewarna, baik pewarna alami dan Limbah cair merupakan gabungan atau
buatan (sintetik). Malam batik terbuat dari campuran air dan bahan pencemar yang
campuran bahan organik sintetis maupun terbawa oleh air baik dalam keadaan terlarut
bukan sintetis, sebagai bahan perintang warna maupun suspensi yang terbuang dari
pada proses pembatikan (Susanto (1980) sumber domestik (perkantoran, perumahan,
dalam Atika dan Haerudin (2013)). Bahan dan perdagangan), sumber industri
baku pembuatan malam batik terdiri dari (Soeparman dan Suparmin, 2001). Pada
tujuh macam, yaitu damar mata kucing, industri batik dihasilkan limbah berupa
gondorukem/resina colophonium, kote (lilin limbah cair, padat dan gas yang ditunjukkan
lebah), parafin, microwax, kendal dan lilin pada gambar 2.
bekas (residu dari proses pembatikan) Dalam skema yang ditunjukkan pada
(Susanto, 1980). Gambar 2, dapat diketahui bahwa limbah cair
Pewarna alami berasal dari alam baik industri batik berasal dari kegiatan
yang dari tanaman, hewan, maupun bahan pengolahan kain, pewarnaan, dan pelorodan.
metal. Zat warna dari tumbuhan yang Proses pengolahan kain dan pewarnaan,
biasanya digunakan antara lain: indigofera menghasilkan limbah cair yang mengandung
(warna biru), Sp Bixa orrellana (warna zat-zat kimia yang berpotensi
orange purple), Morinda citrifolia (warna meningkatkan nilai Chemical Oxygen
kuning). Zat warna yang berasal dari Demand (COD) dan warna air limbah.
hewan adalah Kerang (Tyran purple), Sedangkan pada kegiatan pelorotan, limbah
Insekta (Ceochikal), dan Insekta warna merah cair yang dihasilkan memberikan
(Loe). kontribusi meningkatnya Biological Oxygen
Pewarna sintesis adalah zat warna Demand (BOD) air limbah (Sembiring,
buatan dengan bahan dasar buatan yaitu 2008, Rashidi dkk, 2012, Kurniawan dkk.,
hirokarbon, aromatik dan naftalena yang 2013).
berasal dari batubara (Isminingsih, 1978). Zat
pewarna kimia tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh bahan warna
Apriyani, N./MITL Vol. 3 No. 1 (2018):21-29
Industri Batik : Kandungan Limbah ... 23
Pengolahan kain Limbah gas dari asap pemanas
Limbah cair mengandung asam, minyak, deterjen
Pembuatan pola
Pemalaman Limbah gas dari asap pemanas dan uap lilin
Pewarnaan Limbah cair mengandung zat warna, larutan Turkish
Red Oil (TRO), garam diazo, kaustik soda (NaOH)
Pelorodan Limbah gas dari asap pemanas
Limbah padat berupa kotoran lilin
Limbah cair mengandung kanji dan abu soda
Gambar 2. Skema Pembuatan Batik dan Sumber Limbah
(Sumber: Sembiring, 2008)
Keseluruhan proses produksi batik kontaminan akan membuat air menjadi
diindikasi menggunakan bahan kimia keruh. Adanya indikator-indikator
mengandung logam berat, sehingga limbah tersebut cukup menunjukkan bahwa
yang dihasilkan juga masih mengandung tingkat pencemaran yang terjadi cukup
logam berat (Sasongko, 2006). Pada tinggi (Wardhana, 2001).
umumnya, air limbah batik memiliki kadar
organik tinggi dan bersifat basa. Zat warna 2. Karakteristik kimia
dalam air limbah batik umumnya sukar Karakteristik kimia meliputi pH,
terdegradasi karena sifatnya yang mampu Chemical Oxygen Demand (COD), dan
menahan kerusakan oksidatif dari cahaya Dissolved Oxygen (DO). COD
matahari (Manurung, 2004). merupakan banyaknya oksigen yang
Karakteristik air limbah industri batik diperlukan untuk menguraikan bahan
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai organik secara kimiawi. Nilai COD yang
berikut. semakin tinggi menunjukkan bahwa
1. Karakteristik Fisik semakin buruk kualitas air tersebut.
Karakteristik fisik meliputi warna, bau, DO merupakan ukuran banyaknya
suhu, dan padatan. W arna disebabkan kandungan oksigen yang terlarut dalam
adanya partikel terlarut dissolved, air. Oksigen terlarut ini merupakan hal
tersuspensi suspended, dan senyawa- yang paling penting untuk kelangsungan
senyawa koloidal. Suhu dapat hidup biota air. Kematian biota air karena
mempengaruhi kadar Dissolved menurunnya kandungan oksigen dalam
Oxygen (DO) dalam air. air dapat merupakan salah satu indikator
Kenaikan suhu sebesar 10°C dapat tercemarnya air.
menyebabkan penurunan kadar oksigen
sebesar 10%. Padatan yang terdapat di 3. Karakteristik Biologis
dalam air limbah dapat diklasifikasikan Hampir semua air limbah mengandung
menjadi floating, settleable, suspended mikroorganisme dalam berbagai jenis
atau dissolved, berbau menyengat, dan dengan konsentrasi 105 sampai 108
Apriyani, N./MITL Vol. 3 No. 1 (2018):21-29
Industri Batik : Kandungan Limbah ... 24
organisme/mL. Bakteri juga berperan Beberapa penelitian menunjukkan
penting untuk mengevaluasi kualitas air adanya parameter kualitas air limbah industri
(Purwaningsih, 2008). batik yang cukup tinggi bahkan melebihi baku
mutu yang disyaratkan, ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa karakteristik limbah cair industri batik
No. Peneliti, tahun Sumber limbah Karakteristik limbah Keterangan
1. Aryani dkk, Limbah cair BOD 869 mg/l Baku mutu limbah cair
2004 industri batik COD 2200 mg/l untuk kegiatan industri
cetak TSS 243 mg/l batik menurut Peraturan
Yogyakarta TDS 1857 mg/l Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Daerah Istimewa
2. Muljadi, Warna keruh dan berbusa Yogyakarta (2010):
2009 pH 9,7 pH 6-9
BOD 129,47 mg/l BOD 50 mg/l
Diduga mengandung logam COD 100 mg/l
berat: krom (Cr), Timbal TSS 200 mg/l
(Pb), Nikel (Ni), tembaga TDS 1000 mg/l
(Cu), dan mangan (Mn)
3. Tuty dan limbah pabrik COD 4230,366 mg/l Baku mutu:
Herni, batik cap khas Amoniak total 5,47 mg/l pH 6-9
2009 Palembang Fenol total 0,008 mg/l COD 150 mg/l
TSS 535 mg/l Amoniak total 8 mg/l
Sulfida 0,04 mg/l Fenol total 0,5 mg/l
Krom total 0,1385 mg/l TSS 50 mg/l
Besi 2,0587 mg/l Sulfida 0,3 mg/l
Tembaga 0,2696 mg/l Krom total 1 mg/l
Seng 54,7175 mg/l
Cadmium 0,0063 mg/l
Timbal 0,2349 mg/l
4. Octarina, limbah batik pH 8,77 Baku mutu kualitas air
2015 di Jetis, BOD 261,25 mg/l limbah tekstil Peraturan
Sidoarjo COD 1066 mg/l Gubernur Jawa Timur
warna 3050 Pt-Co No. 72 tahun 2013:
pH 6-9
BOD 60 mg/l
COD 150 mg/l
warna 50 Pt-Co
(Berdasarkan KepMen LH
No. 51 Tahun 1995)
Metode Pengolahan Limbah Industri Batik fisika, kimia dan biologi seperti sistem
Berbagai metode telah dikembangkan lumpur aktif, adsorbsi, proses oksidasi
sebagai upaya mengatasi permasalahan yang lanjutan, elektrodegradasi, fotodegradasi,
diakibatkan oleh industri batik, baik secara elektrokoagulasi, phytotreatment. Beberapa
Apriyani, N./MITL Vol. 3 No. 1 (2018):21-29
no reviews yet
Please Login to review.