Authentication
301x Tipe PDF Ukuran file 0.16 MB Source: media.neliti.com
GAMBARAN FARMAKOTERAPI DIARE AKUT PADA ANAK DI
PUSKESMAS SIMPANG TIGA KOTA PEKANBARU
PERIODE 1 JANUARI ± 31 DESEMBER 2015
Lia Pertiwi
Dimas Pramita Nugraha
Inayah
liapertiwi90@gmail.com
ABSTRACT
Diarrhea is one of the major causes of infant and child death in Indonesia, so
appropriate pharmacotherapy is needed. Acute diarrhea occurs less than fourteen
days (two weeks). The aim of this study was to observe the description of
pharmacotherapy diarrhea acute among children in Puskesmas Simpang Tiga
Pekanbaru City from January 1st - December 31st 2015. This was a descriptive
study using data from medical records. There were 147 samples that fulfilled the
inclusion criterias. Acute diarrhea was most common found in male (61,9%). Age
group of 1-5 years was the most common age group in this study (77,6%). Enough
weight group was the common weight group in this study (80,3%), and oralit was
the most used pharmacotherapy (74,8%). The appropriate zinc duration by WHOs
standar in this study was 65,3%,and appropriate zinc frequency was 68,7%.
Key words: acute diarrhea,pharmacotherapy
PENDAHULUAN klinis > 9% (NAD, Sumatera Barat,
Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Penyakit diare merupakan
Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa
masalah kesehatan masyarakat
Tengara Timur, Kalimantan Selatan,
Negara berkembang seperti
Sulawesi Tengah, Sulawesi
Indonesia, karena morbiditas dan
1-3 Tenggara, Gorontalo, Papua Barat
mortalitasnya masih tinggi.
4
dan Papua). Sementara angka
Prevalensi diare klinis di Indonesia
kematian di Provinsi Riau khususnya
sekitar 9% dengan rentang 4,2% -
pada balita mencapai 17,2%.4-6
18,9%, dengan hasil tertinggi di
Salah satu langkah dalam
Provinsi NAD (18,9%) dan terendah SHQFDSDLDQ WDUJHW 0'*¶V DGDODK
di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa
menurunkan angka kematian tersebut
provinsi mempunyai prevalensi diare
menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990
JOM FK Vol. 4 No. 1 Feb 2017 Page 1
sampai tahun 2015. Tetapi RSUP Dr Kariadi Semarang
kenyataannya Kejadian Luar Biasa sebanyak 20-53% dan antibiotik
(KLB) diare juga masih sering terjadi profilaksis tanpa indikasi sebanyak
dengan Case Fatality Rate (CFR) 43±81%.19
yang masih tinggi.6
Meningkatnya prevalensi
Bakteri yang sering
penggunaan antibiotik yang tidak
menimbulkan diare adalah Shigella,
rasional pada anak merupakan salah
Vibrio cholera, Salmonella (non
satu penyebab timbulnya resistensi,
thypoid), Campylobacter jejuni, serta
toksisitas dan efek samping yang
7-10
Escherichia coli. Virus yang
meningkat, serta biaya pengobatan
paling banyak menimbulkan diare 19
yang meningkat. Oleh karena itu,
terutama pada anak yaitu rhotavirus
dalam penatalaksanaan diare yang
dan apabila menyerang tubuh
rasional diharapkan dapat
manusia maka dapat sembuh sendiri
memberikan dampak positif, antara
(self limiting).10,11
lain mengurangi morbiditas,
Penatalaksanaan diare akut mortalitas, kerugian ekonomi, dan
yaitu penggantian cairan dan mengurangi kejadian resistensi
19
elektrolit serta obat antidiare untuk bakteri terhadap antibiotik.
diare akut non infeksi seperti
Berdasarkan penelitian yang
pemberian probiotik.9-16 Beberapa
telah dipaparkan diatas, dapat
penelitian menunjukkan bahwa
disimpulkan bahwa angka kejadian
probiotik dapat mengobati diare
diare meningkat karena adanya
17,18
akibat pemberian antibiotik. 20
tatalaksana yang tidak tepat.
Terapi untuk diare akut infeksi
Penelitian ini akan dilakukan di
ditambah dengan pemberian
Puskesmas Simpang Tiga Kota
antibiotik.9-16 Antibiotik yang dipilih
Pekanbaru Provinsi Riau, karena
atau digunakan pada diare akut
berdasarkan data-data dari Dinas
infeksius harus rasional. Studi
Kesehatan Kota Pekanbaru
Antimicrobial Resistence in
menunjukkan bahwa puskesmas
Indonesia pada tahun 2004
Simpang Tiga Kota Pekanbaru
menunjukan bahwa terapi antibiotik
Provinsi Riau merupakan puskesmas
yang diberikan tanpa indikasi di
JOM FK Vol. 4 No. 1 Feb 2017 Page 2
nomor dua tertinggi angka kejadian dalam penelitian ini adalah seluruh
diare dari 20 puskesmas yang ada di rekam medik pasien yang
Kota Pekanbaru Provinsi Riau. terdiagnosis diare akut di Puskesmas
Simpang Tiga Kota Pekanbaru.
Angka kejadian diare pada
Kriteria inklusi penelitian ini
anak di Puskesmas Simpang Tiga
adalah rekam medik pasien yang
Kota Pekanbaru Provinsi Riau pada
terdiagnosis diare di Puskesmas
tahun 2014 sebanyak 470 jiwa dan
Simpang Tiga Kota Pekanbaru
pada tahun 2015 meningkat sebanyak
Provinsi Riau. Sampel adalah seluruh
608 jiwa, selain itu juga belum
rekam medik pasien anak penderita
adanya diketahui yang melakukan
diare di Puskesmas Simpang Tiga
penelitian mengenai hal ini di
Kota Pekanbaru Provinsi Riau yang
puskesmas tersebut. Hal ini yang
memenuhi kriteria inklusi dan
membuat peneliti tertarik untuk
eksklusi. Besar sampel penelitian ini
melakukan penelitian yang sama
yaitu menggunakan metode total
mengenai gambaran farmakoterapi
sampel (total sampling).
diare pada anak berdasarkan
ketepatan terapi yaitu tepat dosis HASIL
yang terdiri dari ketepatan lama Gambaran karakteristik
pemberian obat dan ketepatan pasien diare akut pada anak yang
frekuensi obat. telah penulis kumpulkan dapat dilihat
pada tabel 1 berikut:
METODE
Jenis dan desain penelitian
yang digunakan adalah penelitian Tabel 1 Distribusi karakteristik
pasien diare akut pada anak
deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional. Pada penelitian ini, Variabel Frekuensi Persentase
(n) (%)
peneliti melihat gambaran Jenis Kelamin
farmakoterapi diare akut pada anak Laki-laki 91
61,9
di Puskesmas Simpang Tiga Kota Perempuan 56
38,1
Pekanbaru periode 1 Januari ± 31 Total 147
100
Desember 2015. Penelitian ini Usia
dilakukan di Puskesmas Simpang 0-<1 tahun 33
Tiga Kota Pekanbaru. Populasi (Bayi) 22,4
JOM FK Vol. 4 No. 1 Feb 2017 Page 3
1-5 tahun 114 Antimotilitas 0
(Balita 0
) 77,6 Absorbent 1
>5 tahun 0 0,7
(Anak) 0 Probiotik 41
Total 147 100 27,9
Oralit 110
Berat 74,8
Badan Zinc 105
Lebih 4 2,7 71,4
Antibiotik
Cukup 118 80,3
- Amoxicilin 9
Kurang 25 17 6,1
Total 147 100 - Kotrimoksazol 39
26,5
Antipiretik
Penelitian ini menjelaskan
- Paracetamol 55
bahwa sampel pasien diare akut pada 37,4
anak ditemukan pada laki-laki Antiemetik
sebanyak 91 orang (61,9%) dan - Domperidone 10
6,8
perempuan sebanyak 56 orang
(38,1%). Kelompok usia pasien diare Pemberian farmakoterapi
pada anak adalah usia 1-5 tahun diare akut pada anak di Puskesmas
sebanyak 114 pasien (77,6%), usia 0- Simpang Tiga Kota Pekanbaru
<1 tahun sebanyak 33 pasien Provinsi Riau dengan sampel
(22,4%). Kelompok berat badan sebanyak 147 pasien didapatkan
pasien diare akut pada anak yang yaitu untuk pemberian oralit dengan
telah penulis kelompokkan sediaan pulvis sebanyak 110 pasien
berdasarkan standar WHO yaitu (74,8%), zinc dengan sediaan tablet
terdiri dari kelompok berat badan sebanyak 105 pasien (71,4%),
cukup sebanyak 118 pasien (80,3%), probiotik dengan sediaan sirup
berat badan kurang sebanyak 25 sebanyak 41 pasien (27,9%).
pasien (17%), dan berat badan lebih Pemberian golongan obat absorbent
sebanyak 4 pasien (2,7%). sebanyak 1 pasien (0,7%), dan
Tabel 2 Gambaran farmakoterapi probiotik sebanyak 9 pasien (6,1%),
diare akut pada anak golongan antibiotik seperti
kotrimoksazol sebanyak 39 pasien
Golongan Obat Frek (%)
(26,5%), dan amoxicilin sebanyak 9
JOM FK Vol. 4 No. 1 Feb 2017 Page 4
no reviews yet
Please Login to review.