Authentication
335x Tipe PDF Ukuran file 0.44 MB Source: eprints.umm.ac.id
BAB II
KAJIAPN PUSTAKA
2.1 Peran
2.1.1 Definisi Peran
Teori peran klasik mengatakan bahwa ada cara-cara yang dapat
dilakukan yang dapat dilakukan bagaimana masyarakat diperintah dan
bagaimana perintah-perintah ini mempengaruhi perilaku individu dalam
masyarakat. Karena teori peran menggap bahwa struktur sosial
menghambat anggota masyarakat, yang memberinya hak dan
kewajiban. Maka ini akan mendukung secara langsung terhadap bentuk
11
interaksi dan sifat komunikasi mereka.
Arti penting sosiologi dari peran ialah bahwa peran memaparkan
apa yang diharapkan dari orang. Ketika individu di seluruh masyarakat
menjalankan peran mereka, peran tersebut saling bertaut untuk
membentuk sesuatu yang dinamakan masyarakat. Sebagaimana telah
dikemukan oleh Shakespear, peran orang menyediakan mereka “jalan
masuk” dan “jalan keluar” dipentas kehidupan. Singkatnya, peran
sangat efektif untuk mengekang orang mengatakan kepada mereka
kapan mereka harus “masuk” dan kapan mereka harus “keluar”,
12
maupun apa yang harus dilakukan di antaranya.
11
Nina W. Syam. Sosiologi Komunikasi, (Bandung : 2009), hal. 135.
12
M.James Henslin. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: 2007), hal. 95.
13
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah
seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
13
berkedudukan di masyarakat
Pengertian lain peran menurut Soeryono Soenkanto, peran dapat
dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
14
masyarakat.
Dalam teorinya Biddle dan Thomas di kutip dari buku Sarlito
Wirawan Sarwono, membagi peristilahan dalam teori peran empat
15
golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.
2.1.2 Macam-macam peran
a. Macam-macam peran (atas dasar pelaksanaannya):
1) Peran yang diharapkan
Contoh : hakim, diplomatik, protokoler, dan lain-lain.
2) Peran yang disesuaikan
Peran yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi
setempat. Peran ini sifatnya lebih luwes.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1996), hal.
667.
14
Suryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: 1988), hal. 667.
15
Sarlito Wirawan Sarwono. Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: 1984), hal. 234.
14
b. Macam-macam peran (atas dasar cara memperolehnya):
1) Peran bawaan (ascribed roles)
Peran yang diperoleh secara otomatis tanpa melalui usaha.
Contoh : peran ayah, peran ibu.
2) Peran pilihan (achieved roles)
Peran yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri.
Contoh : seseorang yang memutuskan untuk kuliah.
3) Penyebab terjadinya Stratifikasi Sosial.
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada
individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai
berikut:
a) Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b) Peranan tersebut seyogyanya diletakan pada individu-individu
yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya.
Mereka harus terlebih dahulu berlatih dan mempunyai hasrat
untuk melaksanakannya.
c) Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu
yang tidak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana
diharapkan oleh masyarakat karena mungkin pelaksanaannya
memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingsn pribadi
yang terlalu banyak.
15
d) Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan
peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan
peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat
betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang
16
tersebut.
2.2 Sekilas Tentang Aisyiyah
Berdirinya Aisyiyah tidak lepas dari peran Siti Walidah. Beliau telah
merintis sejak masa gadis dengan mengadakan kegiatan pengajian yang
diawali dari ayah beliau, K.H. Muhammad Fadhil. Sejak kecil ia melihat
ayahnya sangat memperhatikan anaknya meskipun perempuan, sehingga
tertanam dalam dirinya ajaran Islam yang diamalkan orang tuanya.
Setelah beliau menikah dengan Darwis (nama kecil Ahmad Dahlan),
pandangannya ternyata sejalan dengan suaminya. Diadakanlah upaya
mendidik laki-laki dan perempuan kemudian mendirikan sekolah-sekolah
yang terus berkembang. Hingga saat ini jumlah sekolah yang khusus
dikelola Aisyiyah mencapai 2500 lebih dari seluruh Indonesia. Sekalipun
sekolah yang dikelolah Aisyiyah lebih kepada perpanjangan tugas dan peran
domestic seorang perempuan.
Oraganisasi yang didirikan semula bernama Sopo Tresno, kemudian
diganti dengan nama Aisyiyah. Aisyiyah semula merupakan bagian dari
Muhammadiyah dengan pengurus yang dipilih oleh beberapa tokoh
16
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : 2012), hal. 216.
16
no reviews yet
Please Login to review.