Authentication
367x Tipe PDF Ukuran file 0.38 MB Source: digilib.unimed.ac.id
130 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141
MEMBANGUN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Hasratuddin
Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), 20221 Medan
Sumatera Utara Indonesia
E-mail: siregarhasratuddin@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan secara teoritis proses pembelajaran
matematika untuk membangun karakter atau keperibadian yang bermartabat.
Karakter adalah suatu perilaku yang telah mendarah-daging dan menjadi respon
spontan manusia dalam menyikapi kejadian. Interaktif dapat melahirkan
kebahagiaan, kepuasan dan martabat atau kemuliaan. Sistem pendidikan seperti ini
disebut education touch dan pembelajaran dengan perasaan atau taste for learning.
Dengan demikian, pembelajaran yang memuat proses konstruktif, interaktif dan
reflektif adalah suatu proses pembelajaran yang sangat urgen untuk dilakukan pada
zaman krisis moral sekarang ini.
Kata kunci: konstruktif, interaktif, reflektif ,karakter, berpikir kritis, kecerdasan
emosional.
ABSTRACT
The propuse of this reserch is to describe mathematical learning procces theoritically
for building the character or behaviour membangun karakter atau keperibadian yang
bermartabat. Character is behaviour which Karakter adalah suatu perilaku yang
telah mendarah-daging dan menjadi respon spontan manusia dalam menyikapi
kejadian. Interaktif dapat melahirkan kebahagiaan, kepuasan dan martabat atau
kemuliaan. Sistem pendidikan seperti ini disebut education touch dan pembelajaran
dengan perasaan atau taste for learning. Dengan demikian, pembelajaran yang
memuat proses konstruktif, interaktif dan reflektif adalah suatu proses pembelajaran
yang sangat urgen untuk dilakukan pada zaman krisis moral sekarang ini.
Keywords: constructive, interakctive, reflective ,character, critical thinking,
emotional intelegence.
PENDAHULUAN ulah manusia-manusia yang tidak
Suatu fakta dari satu sisi bertanggung jawab, mulai dari
penyerta dampak informasi yang kecelakaan pada diri sendiri sampai
mendunia telah melahirkan berbagai pada yang sangat kompleks seperti
masalah dan isu-isu global seperti kerusuhan, tawuran, perusakan-
pelanggaran HAM, kekerasan, perusakan alam, sarana ibadah, dan
multibudaya-etnik-ras dan agama, pemusnahan harta dan bahkan jiwa
penyalahgunaan narkotika, serta manusia secara tidak rasional dan
persaingan tidak sehat. Pada bangsa emosi yang tidak terkendali. Inikah
Indonesia, kondisi sekarang ini bentuk dan tujuan akhir dari reformasi
sungguh sangat memprihatinkan, yang terjadi di Indonesia? Jawabnya
dimana-mana terjadi musibah akibat tentu, tidak.
Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika
131 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141
Disamping fenomena yang keinginan dan kebiasaan. Jadi,
terjadi pada perusakan fisik, ada juga karakter adalah suatu perilaku yang
bentuk perusakan secara moral dengan telah mendarah-daging dan menjadi
modus pekerjaan korupsi, penipuan respon spontan manusia dalam
atau yang berlabel undian yang tidak menyikapi kejadian.
berdasarkan moral, perasaan, Perbuatan dan perilaku
kejujuran dan pikiran rasional atau manusia diperintah dan dikendalikan
sifat manusiawi sebagai mahluk yang oleh otaknya sendiri. Produk dari otak
beradab. Sedemikian hingga, dapat antara lain adalah pikiran (nalar) dan
dikatakan bahwa dunia pendidikan perasaan (emosi) sebagai suasana hati
Indonesia saat ini sedang dihadapkan atau dorongan untuk bertindak.
pada dua masalah besar, yaitu mutu Goleman (2005) mengatakan bahwa
pendidikan yang rendah dan sistem apabila suatu masalah menyangkut
pembelajaran di sekolah yang kurang pengambilan keputusan dan tindakan,
memadai. Hal ini senada dengan aspek perasaan sama pentingnya
pernyataan Stein B, seorang dengan nalar, dan bahkan sering kali
perwakilan Amerika di Medan (dalam lebih penting dari pada nalar. Berpikir
Raz, 2008:376) mengatakan bahwa terjadi dalam setiap aktivitas mental
sekarang ini, bangsa Indonesia manuisa dan berfungsi untuk
sungguh menghadapi satu masalah memformulasikan atau menyelesaikan
yang cukup serius berkaitan dengan masalah-masalah, membuat keputusan
moralitas remaja yang sangat rendah, serta mencari pemahaman. Kualitas
di kota atau di desa, bagaikan tidak berpikir dapat membedakan perilaku
ada adab, tidak ada norma-norma, dan martabat seseorang.
tidak ada aturan, ‟jalan pintas dirasa Fungsi otak menjadi ukuran
pantas‟. Sebagai manusia yang keberadaan manusia, dimana apabila
berakal, tentu tidak salah bila dalam otak difungsikan secara maksimal
hatinya timbul suatu tanya ”akankah akan membawa manusia menjadi
perbuatan-perbuatan anarkis yang tak insan yang hakiki dan akan mencapai
bermoral dan tidak rasional itu derajat yang tinggi sebagai mahluk
berakhir di negara kesatuan Republik ciptaan Tuhan. Otak bertanggung
Indonesia ini? Mungkinkah ini semua jawab atas kegiatan intelektual dan
akibat sistem pedidikan yang telah kesadaran tingkat tinggi manusia.
terpatri sejak lama yang tidak sesuai Gardner (1983) mengatakan bahwa
dengan budaya bangsa Indonesia?” otak manusia memiliki tiga aspek,
Karakter merupakan perpaduan yaitu rasional-logis atau Inteligence
antara pengetahuan, perasaan dan Quotient (IQ), emosional-intuitif atau
tindakan moral yang telah berulang- Emotional Intelligence (EI), dan
ulang dilakukan. Pengetahua moral spritual atau Spritual Quotient (SQ).
meliputi; kesadaran, pengetahuan nilai Aspek rasional lebih berfungsi untuk
dan individu, pemikiran dan berpikir logis, kritis, focus, linear,
pengambilan suatu keputusan. verbal, teratur, mencari perbedaan,
Perasaan moral meliputi hati nurani, memorisasi dan memiliki fungsi
harga diri, kendali diri, empti, kognitif yang konvergen. Aspek
mencintai dan kerendahan diri. emosional-intuitif lebih berfungsi
Tindakan moral meliputi kompetensi, untuk mengembangkan kreativitas,
Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika
132 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141
kejujuran, penguasaan diri, ketahanan kritis, sistematis, logis, dan kreatif.
mental, wawasan holistik, imajinatif Oleh karena itu diperlukan suatu
dan memiliki fungsi kognitif yang program pendidikan yang dapat
divergen. Sedangkan aspek spritual mengembangkan kemampuan berpikir
adalah lebih sebagai kecerdasan kritis, sistematis, logis, dan kreatif.
bawah sadar atau transenden, Salah satu program pendidikan yang
berfungsi menghadapi persoalan dapat mengembangkan kemampuan
makna dan nilai hidup. berpikir kritis, sistematis, logis, dan
Krisis kehidupan terjadi akibat kreatif adalah matematika.
pola pikir yang keliru dalam (Wittgenstein, 1991). Matematika
memahami makna kehidupan. Tidak adalah suatu cara untuk menemukan
ada jalan lain untuk keluar dari krisis jawaban terhadap masalah yang
ini, kecuali focus pada pengembangan dihadapi manusia; suatu cara
sumber daya manusia melalu sosio- menggunakan informasi,
pedagogis, sosio-budaya ata sosio- menggunakan pengetahuan tentang
poplitik. Pedagogik identik dengan betuk dan ukuran, menggunakan
pengembangan keperibadian melalui pengetahuan tentang menghitung, dan
pendidikan. Keperibadian manusia yang paling penting adalah
berkembang melalui proses belajar memikirkan dalam diri manusia itu
yang dipengaruhi pikiran, emosi dan sendiri dalam melihat dan
tindakan. menggunakan hubungan-hubungan.
Rosyada (2008) mengatakan Banyak ahli yang mengartikan
bahwa sampai sekarang, kenyataan di pengertian matematika baik secara
lapangan, masih banyak para guru umum maupun secara khusus. Hudojo
menganut paradigma transfer of (1998) menyatakan bahwa:
knowledge (learning without heart) “matematika merupaka ide-ide abstrak
dalam pembelajaran dan lebih yang diberi simbol-simbol itu tersusun
menekankan pada latihan mengerjakan secara hirarkis dan penalarannya
soal-soal rutin dan drill. Kondisi ini dedukti, sehingga belajar matematika
menyebabkan hasil pendidikan itu merupakan kegiatan mental yang
sekolah kita hanya mampu tinggi.” Sedangkan James dalam
menghasilkan insan-insan yang kurang kamus matematkanya menyatakan
memiliki kesadaran diri, kurang bahwa “Matematika adalah ilmu
berpikir kritis, kurang kreatif, kurang tentang logika mengenai bentuk,
mandiri, dan kurang mampu susunan, besaran dan konsep-konsep
berkomunikasi secara luwes dengan berhubungan lainnya dengan jumlah
lingkungan fisik dan sosial dalam yang banyak yang terbagi ke dalam
kehidupan. tiga bidang, yaitu aljaar, analisis dan
Kemajuan ilmu pengetahuan goemetri. Matematika dikenal sebagai
dan teknologi menuntut seseorang ilmu dedukatif, karena setiap metode
untuk dapat menguasai informasi dan yang digunakan dalam mencari
pengetahuan. Dengan demikian kebenaran adalah dengan
diperlukan suatu kemampuan menggunakan metode deduktif,
memperoleh, memilih dan mengolah sedang dalam ilmu alam menggunakan
informasi. Kemampuan-kemampuan metode induktif atau eksprimen.
tersebut membutuhkan pemikiran yang Sebagai contoh, bila kita ingin
Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika
133 Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 130-141
membuktika bahwa jumlah besar matematika yang komplek. Prinsip
O
sudut segitiga adalah 180 , maka kita dapat terdiri atas beberapa konsep
harus menggunakan teorema yang dikaitkan oleh suatu
sebelumnya atau dengan relasi/operasi, dengan kata lain prinsip
menggunakan postulat bahwa besar adalah hubungan antara berbagai
sudut setengah lingkaran atau sudut objek dasar matematika. Prisip dapat
O
garis lurus adalah 180 . Jelasnya, jika berupa aksioma, teorema dan sifat.
kita ingin membuktikan teorema tiga, Operasi, merupakan pengerjaan
maka kita hanya dapat menggunakan hitung, pengerjaan aljabar, dan
teorema dua atau satu, dan seterusnya. pengerjaan matematika lainnya,
Walaupun, dalam matematika mencari seperti penjumlahan, perkalian,
kebenaran itu bisa dimulai dengan cara gabungan, irisan. Dalam matematika
induktif, tapi seterusnya yang benar dikenal macam-macam operasi yaitu
untuk semua keadaan harus bisa operasi unair, biner, dan terner
dibuktikan secara deduktif, karena tergantungd ari banyaknya elemen
dalam matematika sifat, teori/dalil yang dioperasikan. Penjumlahan
belum dapat diterima kebenarannya adalah operasi biner karena elemen
sebelum dapat dibuktikan secara yang dioperasikan ada dua, tetapi
deduktif. tambahan bilangan adalah merupakan
Matematika mempelajari operasi unair karena elemen yang
tentang keteraturan, tentang struktur dipoerasika hanya satu. Visi
yang terorganisasikan, konsep-konsep pendidikan matematika masa kini
matematika tersusun secara hirarkis, adalah penguasaan konsep dalam
berstruktur dan sistematika, mulai dari pembelajaran matematika yang
konsep yang paling sederhana sampai digunakan untuk menyeklesaikan
pada konsep paling kompleks. Dalam masalah-masalah. Sedangkan visi
matematika objek dasar yang pendidikan matematika masa depan
dipelajari adalah abtraks, sehingg adalah memberikan peluang
disebut objek mental, objek itu mengembangkan pola pikir, rasa
merupakan objek pikiran. Objek dasar percaya diri, keindahan, sikap objektif
itu meliputi: Simbol, merupakan suatu dan terbuka.
lambang dari suatu objek atau National Research Council
pernyataan. Konsep, merupakan suatu (NRC, 1989:1) dari Amerika Serikat
ide abstrak yang digunakan untuk telah menyatakan: “Mathematics is the
menggolongkan sekumpulan obejk. key to opportunity.” Matematika
Misalnya, segitiga merupakan nama adalah kunci ke arah peluang-peluang
suatu konsep abstrak. Dalam keberhasilan. Bagi seorang siswa,
matematika terdapat suatu konsep keberhasilan mempelajarinya akan
yang penting yaitu “fungsi”, membuka pintu karir yang cemerlang.
“variabel”, dan “konstanta”. Konsep Bagi para warganegara, matematika
berhubungan erat dengan definisi, akan menunjang pengambilan
definisi adalah ungkapan suatu keputusan yang tepat, dan bagi suatu
konsep, dengan adanya definisi ornag negara, matematika akan menyiapkan
dapat membuat ilustrasi atau gambar warganya untuk bersaing dan
atau lambing dari konsep yang berkompetisi di bidang ekonomi dan
dimaksud. Prinsip, merupakan objek teknologi. Selanjutnya disebutkan
Hasratuddin, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika
no reviews yet
Please Login to review.