Authentication
599x Tipe PDF Ukuran file 0.51 MB
Materi Pembelajaran Evolusi Kelas XII
A. Asal-usul Bumi dan Kehidupan
Adanya kehidupan pasti didahului oleh adanya bumi yang merupakan tempat
tinggal makhluk hidup. Berikut akan diuraikan mengenai teori asal usul bumi dan
asal usul kehidupan.
1. Teori Asal Usul Bumi
Berdasarkan penanggalan batu yang dibawa oleh misi Apollo dari bulan,
diketahui bahwa bumi telah berusia 4,5 milyar tahun. Sedangkan jagad raya
telah berumur kurang lebih 8-12 milyar tahun.
Bagaimanakah awal mula peristiwa terbentuknya bumi? Para pakar geologi
dan astronomi berpendapat bahwa bumi terbentuk dari bermilyar-milyar
bintang yang tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut menyebabkan bintang-
bintang saling bertabrakan dan akhirnya terjadi ledakan. Ledakan tersebut
menyebabkan terbentuknya gas dan debu hingga membentuk kabut yang
sangat tebal. Semakin lama kabut tersebut akan mengalami kondensasi hingga
akhirnya meledak dan menghasilkan bintang-bintang dan planet-planet
termasuk bumi. Teori ini dikenal dengan Teori Kabut/Nebula.
Teori lain mengungkapkan bahwa pada awalnya benda-benda yang ada di
angkasa mengalami pemanasan dan membentuk satu volume. Karena
pemanasan tersebut disertai tekanan, maka terjadi ledakan yang maha dahsyat.
Ledakan tersebut menghasilkan bintang yang berasal dari kondensasi gas dan
debu hasil ledakan. Bintang tersebut selanjutnya meledak lagi dan terbentuklah
planet-planet termasuk bumi. Teori ini dikenal dengan Teori Big Bang.
Pada waktu pertama kali terbentuk, bumi masih dalam keadaan sangat
panas. Setelah mengalami berbagai proses, akhirnya bumi mendingin dan
terbentuklah lapisan-lapisan bumi. Barulah kemudian samudera, sungai dan
danau terisi air.
2. Teori Asal-usul Kehidupan
Pertanyaan tentang asal usul kehidupan merupakan suatu pertanyaan yang
memerlukan jawaban kompleks. Oleh karenanya, para ahli melakukan berbagai
usaha untuk menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan peradaban pada masanya. Diantara berbagai teori yang
diajukan antara lain:
a. Teori Abiogenesis
Teori Abiogenesis disebut juga Teori Generatio Spontanea, merupakan teori
tentang asal usul kehidupan yang pertama kali muncul. Generatio
spontanea berarti penciptaan yang terjadi secara spontan. Artinya bahwa
kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Teori
ini diajukan oleh Aristoteles pada tahun 384-322 SM. Aristoteles
menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi
secara spontan. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles berdasarkan
pengamatan adanya larva lalat yang muncul secara tiba-tiba pada daging
yang busuk. Aristoteles berkesimpulan bahwa larva lalat tersebut berasal
dari daging yang busuk.
Pada tahun 1713-1781 John Needham melakukan percobaan dengan
mengisi beberapa labu tertutup dengan kaldu daging, kemudian
dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih. Selanjutnya labu tersebut
1
ditutup dan disimpan pada suhu kamar. Setelah beberapa hari, ternyata
semua labu menjadi keruh yang menunjukkan bahwa di dalam labu sudah
berisi mikrobia. Berdasarkan hasil percobaannya, Needham menyimpulkan
bahwa mikrobia yang menyebabkan kekeruhan dalam labu berasal dari
kaldu daging yang disiapkan. Berdasarkan percoban tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kehidupan berasal dari benda mati.
b. Teori Biogenesis
Meskipun mendapat dukungan dari Needham, Teori Abiogenesis juga
mendapat bantahan dari ahli-ahli lain seperti Francesco Redi (1627-
1697), Lazarro Spallanzani (1729 – 1799) dan juga Louis Pasteur (1822 –
1895). Para ahli tersebut masing-masing memiliki pendapat yang berbeda
berdasarkan hasil pengamatannya, namun secara umum mereka
mengungkapkan bahwa kehidupan berasal dari kehidupan.
Francesco Redi melakukan percobaan dengan memasukkan daging ke
dalam dua stoples. Stoples yang satu ditutup dengan kertas dan yang
lainnya dibiarkan terbuka. Kedua stoples tersebut dibiarkan selama
berhari-hari. Setelah diamati terbukti bahwa pada stoples yang dibiarkan
terbuka didapati adanya larva lalat, sedangkan pada stoples yang tertutup
tidak terdapat larva lalat. Menurut Redi, hal ini terjadi karena stoples yang
dibiarkan terbuka telah dimasuki telur lalat yang kemudian menetas
menjadi larva lalat.
Para ahli pendukung Teori Abiogenesis tidak menerima percobaan yang
dilakukan Redi, dengan alasan bahwa larva lalat tidak dapat tumbuh pada
stoples yang ditutup rapat karena tidak adanya sirkulasi udara untuk
pernapasan. Untuk mempertahankan gagasannya, Redi melakukan
percobaan yang kedua dengan meletakkan daging pada stoples yang
ditutup kain kassa dengan tujuan agar terjadi sirkulasi udara. Setelah
dibiarkan beberapa hari, ternyata banyak larva lalat yang tumbuh pada
permukaan kain kassa dibandingkan pada daging. Hal ini terjadi karena
banyak telur lalat yang tertahan pada kain kassa. Larva lalat yang tumbuh
pada daging berasal dari telur lalat yang jatuh, sehingga jumlahnya lebih
sedikit.
Lazarro Spallanzani (1729-1799) mencoba memperbaiki percobaan yang
dilakukan Needham yakni dengan memanaskan labu yang berisi kaldu
dalam waktu yang lebih lama hingga mendidih. Labu tersebut ditutup
dengan cara melelehkan leher labu, kemudian ditutup sehingga benar-
benar rapat. Hasilnya air kaldu tetap jernih, yang berarti bahwa tidak
terdapat mikrobia meskipun dibiarkan sampai beberapa hari. Berdasarkan
percobaanya, Spallanzani menyimpulkan bahwa kehidupan bukan berasal
dari air kaldu.
2
Louis Pasteur (1822–1895) melakukan percobaan dengan menggunakan
labu yang ujungnya kecil dan tertekuk, berbentuk huruf S seperti leher
angsa yang panjang seperti pada gambar.
Dengan cara seperti itu, mikrobia dan debu tidak dapat masuk ke dalam
gelas karena akan tertahan pada dasar leher, sedangkan udara tetap dapat
masuk ke dalam labu. Setelah leher angsa tersebut dipecahkan pada bagian
yang melengkung, dalam sehari kaldu tersebut berubah warna menjadi
keruh karena di dalamnya telah ditumbuhi mikrobia.
Louis Pasteur telah membuktikan kelemahan Teori Generatio Spontanea
dan menyimpulkan bahwa di udara terdapat mikrobia yang dapat masuk ke
dalam media gelas/stoples jika terdapat lubang untuk masuk. Dari
bantahannya tersebut, Louis Pasteur merumuskan Teori Biogenesis yaitu
omne vivum ex ovo (kehidupan berasal dari telur), omne ovum ex vivo
(telur berasal dari kehidupan) dan omne vivum ex vivo (kehidupan berasal
dari kehidupan sebelumnya).
Meskipun penelitian Pasteur dan Spallanzani telah menggugurkan Teori
Abiogenesis, namun mereka belum dapat menjelaskan Teori Biogenesisnya
tersebut secara ilmiah. Akibatnya muncul dilema dalam memahami asal
usul kehidupan pada waktu itu. Pada akhirnya, muncul teori baru yang
dikemukakan oleh Alexander Ivanovich Oparin seorang ahli biokimia pada
tahun 1936. Teorinya mendapat dukungan dari ahli-ahli lain dan dikenal
dengan istilah Teori Evolusi Biokimia yang merupakan teori modern
tentang asal usul kehidupan.
c. Teori Evolusi Biokimia
Teori ini menjelaskan asal usul kehidupan dari perubahan kimia di alam
yang dilanjutkan dengan evolusi biologi. Menurut Oparin, kehidupan
berasal dari benda mati yang selanjutnya mengalami perubahan (evolusi),
hingga terbentuklah kehidupan.
Ahli lain yang mendukung teori Oparin adalah seorang pakar genetika dari
Inggris yang bernama Haldane. Oparin dan Haldane membuat postulat
bahwa kondisi bumi yang primitif memungkinkan terjadinya reaksi kimia
untuk mensintesis senyawa organik dari prekusor anorganik yang terdapat
pada atmosfer dan lautan purbakala. Hal ini tidak dapat terjadi pada
kondisi bumi modern karena pada bumi modern terdapat banyak
kandungan atmosfer hasil fotosintetik. Oparin dan Haldane membayangkan
bahwa kondisi kimia bumi yang primitif kaya akan sumber daya energi
yang diperlukan untuk sintesis molekul organik dari bahan-bahan
anorganik.
Atmosfer bumi mengandung zat anorganik berupa uap air (H2O), amonia
(NH ), karbondioksida (CO ) dan metana (CH ). Zat-zat anorganik tersebut
4 2 4
kemudian berakumulasi membentuk primordial soup yang selanjutnya
menjadi awal mula terbentuknya zat organik sederhana (monomer).
Monomer-monomer yang sejenis akan menggabungkan diri membentuk
polimer, misalnya karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat.
Polimer-polimer tersebut kemudian bergabung menjadi senyawa kompleks
yang bersifat sementara, dan disebut sebagai protobion. Menurut Oparin,
protobion merupakan bentuk pertama kehidupan. Meskipun bentuk
pertama ini jelas lebih sederhana jika dibandingkan dengan organisme yang
ada saat ini, namun proses metabolisme, pertumbuhan,
perkembangbiakan, serta tanggapan terhadap lingkungan yang menjadi
3
ciri-ciri makhluk hidup telah ditunjukkan. Secara rinci menurut Oparin
dan Haldane, tahapan evolusi biokimiawi sampai terbentuknya organisme
pertama terjadi melalui empat tahapan, yaitu:
a. Sintesis abiotik (benda tak hidup) dan akumulasi molekul organic kecil
atau monomer seperti asam amino dan nukleotida.
b. Penyatuan monomer-monomer menjadi polimer, termasuk protein dan
asam nukleat.
c. Agregasi molekul yang diproduksi secara abiotik menjadi
droplet/tetesan yang disebut protobion yang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
d. Munculnya faktor hereditas yang diduga telah berlangsung sebelum
tahapan droplet atau tetesan.
Untuk memastikan kebenaran postulat Oparin dan Haldane, pada tahun
1953 Stanley Miller dan Harold Urey melakukan uji coba di laboratorium
untuk mensintesis molekul organik secara abiotik. Dengan menggunakan
alat khusus yang dibuatnya, Miller menciptakan simulasi kondisi bumi
primitif dengan menggunakan peralatan seperti pada gambar.
Atmosfer diciptakan dengan menyediakan gas-gas yang banyak terdapat di
bumi pada waktu awal mula pembentukannya. Gas-gas tersebut di
antaranya adalah H2O (uap air), H2 (hidrogen), CH4 (metana), dan NH3
(ammonia). Dengan menggunakan alat khusus yang dibuat oleh Miller dan
Urey, dihasilkan berbagai jenis asam amino dan senyawa organik lain yang
banyak terdapat di dalam tubuh organisme dengan melewatkan energi
listrik bertegangan tinggi pada perangkat alat tersebut sebagai pengganti
energi halilintar di bumi.
Dengan memodifi kasi susunan atmosfer pada percobaan Miller-Urey,
dihasilkan 20 jenis asam amino antara lain glisin, alanin, valin, prolin,
asam aspartat, dan asam glutamat serta beberapa jenis gula, lipid, basa
purin dan pirimidin yang terdapat dalam nukleotida (DNA dan RNA) dan
ATP (setelah ditambahkan fosfat ke dalam tabung reaksi). Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, terbukti bahwa zat organik dapat terbentuk dari
zat anorganik secara spontan.
Sebuah hipotesis penting yang juga telah diuji kebenarannya
dilaboratorium adalah bahwa bahan genetik yang pertama kali muncul
adalah RNA (asam ribose nukleat). Mengapa bukan DNA? Para ahli
berpendapat bahwa DNA strukturnya lebih kompleks dan stabil. Untaian
pendek RNA tersebut mampu mereplikasikan diri secara abiotik.
Hipotesis ini didukung oleh penelitian selanjutnya yang berhasil
menemukan bahwa RNA bersifat autokatalitik yang artinya RNA dapat
bekerja sebagai katalis dalam sel untuk membentuk RNA baru
yang sama dengan RNA asalnya. Dengan demikian, tanpa adanya enzim
dan DNA, molekul RNA mampu mereplikasikan diri. Selanjutnya, dari
replikasi-replikasi RNA tersebut terbentuklah DNA yang merupakan tempat
penyimpanan informasi genetik yang lebih stabil daripada RNA. Setelah
4
no reviews yet
Please Login to review.