Authentication
631x Tipe PDF Ukuran file 0.45 MB
Materi Pembelajaran BAB Sistem Peredaran Darah Kelas XI
Darah
Sangat berbahaya bila darah yang mengucur pada luka tidak segera membeku. Kita bisa
kekurangan darah, sehingga tubuh menjadi lemah. Selain itu, kuman yang merugikan
tubuh bisa masuk. Akibatnya, tubuh dapat mengidap penyakit.
Darah merupakan jaringan ikat khusus yang mengandung sel-sel dan berada dalam
matriks yang berbentuk larutan. Darah merupakan suspensi berwarna merah yang
terdapat di dalam pembuluh darah. Warna merah ini terkadang bisa berubah menjadi
warna merah tua. Akan tetapi, warna merah juga bisa menjadi warna merah muda.
Perubahan warna ini tergantung pada kadar oksigen (O2) dan kadar karbon dioksida
(CO ) yang terkandung di dalam darah. Di dalam tubuh, darah memiliki karakteristik,
2
o o
antara lain suhu darah antara 37 C sampai 38 C, dan pH darah antara 7,35 sampai
7,45 atau rata-rata 7,4. Pada tubuh laki-laki dewasa, volume darahnya mencapai 5
hingga 6 liter. Volume darah wanita dewasa antara 4 hingga 5 liter. Sementara pada
bayi, bila dibandingkan dengan manusia dewasa, jumlah darah yang dimiliki lebih
sedikit. Volume darah di dalam tubuh kita sekitar seperdua belas atau 8% dari berat
tubuh. Misalnya saja berat tubuh kita 50 kg, maka jumlah darah di dalam tubuh sekitar
4 liter. Bagi tubuh, darah memiliki beragam fungsi, antara lain mengangkut O dari
2
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan juga mengangkut sari-sari makanan dari usus
ke jaringan tubuh. Sebaliknya, gas karbondioksida (CO2) sisa metabolisme sel diangkut
darah dari jaringan tubuh menuju paru-paru untuk di keluarkan. Selain itu, darah
berperan dalam mengatur dan mengontrol temperatur tubuh. Selanjutnya, darah juga
berfungsi mengatur distribusi/penyebaran hormon, menutup luka, dan mencegah
infeksi.
a. Komposisi Darah
Darah tersusun oleh dua komponen. Dua komponen tersebut adalah plasma darah
dan sel-sel darah. Satu mm kubik darah yakni sebesar ujung peniti mengandung 5
juta sel darah merah, 8.000 sel darah putih, dan 350.000 keping darah.
1) Plasma Darah
Bagian darah yang cair disebut plasma darah. Komponen utamanya adalah air.
Di dalam plasma darah terlarut molekul-molekul berbagai ion, yang meliputi
glukosa sebagai sumber energi utama untuk sel-sel tubuh dan asam-asam
+
amino. Ionion ini terdapat banyak dalam plasma darah, misalnya natrium (Na )
dan klor (Cl-). Berbagai ion dan molekul tersebut diedarkan ke seluruh tubuh
sehingga ion yang lain juga ikut tersebar. Sekitar 7% plasma darah berupa
berbagai molekul protein. Molekul protein yang dimaksud misalnya 4% serum
albumin, 2,7% serum glubolin, dan 0,3% fibrinogen (lihat Tabel 5.1). Setelah
darah membeku oleh fibrinogen, yakni komponen untuk proses pembekuan
darah, bekuan tersebut akan mengkerut secara lambat. Sehingga keluarlah
suatu cairan bening yang disebut serum. Serum merupakan cairan darah yang
tidak mengandung fibrinogen. Selain berperan dalam pembekuan darah, protein
plasma juga berperan sebagai antibodi. Adanya antibodi ini menjadikan antigen
yang masuk dapat dikenali dan diikat. Antibodi merupakan zat yang berasal
dari glubolin di dalam sel-sel plasma. Untuk mempertahankan tubuh terhadap
penyakit, antibodi dapat bekerja melalui dua cara, yaitu secara langsung
menyerang penyebab penyakit dan dengan mengaktifkan sistem komplemen
terlebih dahulu, yang kemudian dilanjutkan merusak penyebab penyakit
tersebut. Sementara itu, antibodi dapat menggunakan berbagai cara untuk
melemahkan atau menyerang penyebab penyakit, seperti aglutinasi, presipitasi,
netralisasi, dan lisis. Aglutinasi merupakan proses penggumpalan antigen.
Proses terjadinya aglutinasi ditandai dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan
berstruktur besar berupa antigen pada permukaan bakteri-bakteri atau sel-sel
darah merah. Sementara presipitasi, yakni proses pengendapan antigen.
Presipitasi dicirikan dengan terbentuknya molekul besar di antara antigen yang
larut. Proses presipitasi misalnya saja antara racun tetanus dengan antibodi.
Akibat yang ditimbulkan, racun tetanus menjadi tidak larut dan mengendap.
Cara lainnya yakni netralisasi. Netralisasi merupakan proses penetralan racun.
Sifat antigen yang dimiliki antibodi akan menutupi berbagai tempat yang
dianggap toksik/racun dari berbagai penyebab penyakit. Selain cara tersebut,
untuk melemahkan antigen, antibodi dapat pula menggunakan cara lisis. Lisis
1
merupakan proses penguraian antigen yang berada pada membran sel
penyebab penyakit, akibatnya sel-sel tersebut rusak.
2) Sel Darah
Ada tiga tipe unsur yang terdapat dalam sel darah yakni sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Di antara
ketiga tipe tersebut, sel darah merah merupakan penyusun komposisi sel darah
yang paling banyak jumlahnya.
a) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Pada wanita normal, sel darah merah yang dimiliki berjumlah sekitar 4,5
juta dalam setiap milimeter kubik darah. Sementara pada laki-laki,
jumlahnya agak tinggi yakni berkisar 5 juta dalam setiap milimeter kubik.
Namun, jumlah ini dapat naik-turun yang bergantung pada berbagai faktor,
seperti ketinggian tempat seseorang hidup dan kesehatan seseorang. Sel
darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf, berdiameter kira-kira 7,5
μm, ketebalan tepi 2 μm, dan tidak mempunyai nukleus sehingga mudah
rusak. Tengah cakram memiliki ukuran yang lebih tipis daripada tepinya,
yakni berkisar 1 μm.
Kelebihan bentuk bikonkaf adalah mempercepat pertukaran gas-gas antara
sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah orang dewasa dibentuk oleh sel-
sel yang terletak pada sumsum tulang, terutama tulang rusuk, tulang dada
(sternum), dan tulang-tulang belakang (vertebra). Proses nya disebut
eritropoeisis. Pembentukan eritrosit tersebut diatur oleh hormon
glikoprotein yang dinamakan eritropoetin. Saat awal dibentuk, sel darah
merah bernukleus dan hemoglobin tidak terlalu banyak. Saat dewasa,
jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta molekul atau sekitar
90% bobot bersih sel. Hingga akhir proses sintesis hemoglobin, nukleus
akan keluar dari sel. Hemoglobin (heme: pigmen non protein, globin:
protein rendah) adalah protein pigmen yang memberikan warna merah pada
darah, yang terdiri atas rantai empat polipeptida sebagai tempat
melekatnya gugusan prostetik, heme. Setiap pusat heme terdapat atom besi
2+
(Fe ). Di dalam darah, hemoglobin akan mengikat oksigen (O ) dari paru-
2
paru dalam bentuk oksihemoglobin. Oksihemoglobin ini akan beredar ke
seluruh jaringan tubuh. Reaksi yang terjadi saat hemoglobin mengikat
oksigen (O2) adalah sebagai berikut.
2Hb + 4O → 4HbO
2 2 2
Setelah oksihemoglobin sampai pada sel-sel tubuh, terjadilah reaksi
pelepasan oksigen (O2) oleh Hb dengan persamaan berikut.
4HbO → 2Hb + 4O
2 2 2
Berdasarkan proses tersebut, ternyata reaksi antara hemoglobin dan
oksigen berlangsung secara reversibel. Reaksi ini dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh suhu, derajat keasaman (pH), dan tekanan oksigen baik
yang berada dalam paru-paru maupun jaringan tubuh.
Selain mengangkut oksigen, hemoglobin berperan juga dalam proses
pengangkutan karbondioksida (CO2) dari seluruh jaringan tubuh menuju
paru-paru. Kemudian, hemoglobin juga menjadi kontrol keseimbangan
asam dan basa. Masa hidup sel darah merah di dalam hanya sekitar 120
hari atau 4 bulan. Setelah itu, akan dirombak di dalam hati dan limpa.
Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin yaitu pigmen
hijau yang memberi warna pada empedu. Sedangkan zat besi hasil
penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, sehingga bisa digunakan
untuk membentuk sel darah merah baru. Kira-kira ada 200.000 eritrosit
yang dibentuk dan dirombak. Diperkirakan bahwa setiap detik tiga juta sel
2
darah merah mati, yang kemudian dibersihkan oleh hati dan limpa. Sel-sel
darah merah yang mati akan segera diganti oleh produksi sumsum tulang.
Sumsum tulang ini dapat memproduksi sel darah merah berkisar empat
atau lima kali lebih cepat daripada laju kerusakan selnya. Sehingga, ketika
kita mengalami pendarahan atau transfusi darah, sumsum tulang akan
segera menormalkan kembali jumlah sel darah yang ada dalam tubuh.
Namun demikian, apabila laju kerusakan sel darah merah lebih besar
daripada laju produksinya, konsentrasi sel darah merah dalam darah akan
turun. Akibatnya, kita dapat mengalami penyakit anemia. Untuk
mengatasinya, kita harus banyak makan makanan yang berupa hati atau
ekstrak hati dan vitamin B12 sehingga dapat merangsang pembentukan sel
darah merah.
b) Sel Darah Putih (Leukosit)
Di dalam darah, sel darah putih memiliki jumlah lebih sedikit dibandingkan
jumlah sel darah merah. Rasio keduanya kira-kira 1:700. Sel darah putih
berjumlah sekitar 4.000 sampai 11.000 butir untuk setiap mikroliter darah
manusia. Sel darah putih yang normal berumur sekitar 12 hari. Bentuknya
pun bervariasi, terutama saat melewati jaringan. Sedangkan ukurannya
lebih besar dari sel darah merah yakni sekitar 10 μm. Pada umumnya, sel
darah putih mempunyai inti bulat dan cekung. Sel-sel ini dapat bergerak
bebas secara amoboid, kemudian juga dapat menembus dinding kapiler,
sehingga disebut diapedesis. Sel darah putih sangat berperan untuk
melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Sel darahputih demikian
berperan sebagai antibodi.
Berdasarkan ada tidaknya granula dalam plasma, sel darah putih terbagi
atas granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel darah putih
yang memiliki plasma bergranula, misalnya basofil, neutrofil, dan eosinofil.
Sementara, agranulosit merupakan jenis sel darah putih yang bercirikan
plasma tak bergranula, seperti limfosit dan monosit. Neutrofil merupakan
jenis sel darah putih dengan plasma bergranula yang paling aktif dan
bermobilitas tinggi. Plasmanya bersifat netral dan terdapat bintik-bintik.
Selain itu, neutrofil bersifat fagosit (pemakan bakteri). Dari total
keseluruhan sel darah putih, jumlah neutrofil sekitar 50% hingga 70%.
Nukleusnya terdiri atas dua sampai lima lobus, sehingga seringkali disebut
leukosit polimorfonuklear. Diameter neutrofil sekitar 12 μm. Sebagian
besar granula neutrofil adalah lisosom, yang berisi beberapa macam enzim
dan bakteri zidal untuk menghancurkan bakteri. Pada setiap milimeter
kubik darah putih, neutrofil mengandung 3.000 sampai 7.000 butir.
Eosinofil adalah jenis sel darah putih dengan plasma bergranula yang
berukuran hampir sama dengan neutrofil. Plasma yang dipunyai bersifat
asam dan terdapat bintik-bintik biru yang bersifat fagosit. Volume eosinofil
berkisar 2% sampai 4% dari total keseluruhan sel-sel darah putih, atau
setiap mm3 darah mengandung 20 hingga 50 butir. Nukleus yang dimiliki
eosinofil tersusun atas dua lobi atau bilobus.
Eosinofil ini berperan dalam sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap
parasit multiseluler, semisal cacing parasit. Eosinofil juga sangat sensitif
terhadap kehadiran alergen yakni suatu senyawa yang menyebabkan alergi.
3
Sehingga, bila terjadi reaksi alergi pada tubuh seseorang, jumlah eosinofil
dalam darah akan meningkat. Jenis sel darah putih yang memiliki plasma
bergranula adalah basofil. Ukuran basofil lebih kecil daripada eosinofil
maupun neutrofil, yakni berdiameter sekitar 8 sampai 10 μm. Walau
begitu, eosinofil memiliki inti sel yang relatif besar. Setiap 1 milimeter kubik
darah mengandung 20 hingga 50 butir basofil, atau kurang dari 1% dari
jumlah keseluruhan sel darah putih. Sementara itu, jenis sel darah putih
yang tak bergranula pada membrannya terdiri atas monosit dan limfosit.
Monosit berjumlah sekitar 2 hingga 8% dari total keseluruhan sel darah
putih, atau tiap mm3 darah mengandung 1 butir. Kita bisa dengan mudah
mengenali monosit, sebab ukurannya cukup besar dan inti selnya juga
besar. Bentuknya oval atau seperti bentuk ginjal. Monosit kira-kira
berdiameter dua kali diameter sel darah merah, yaitu sekitar 15 μm.
Sebelum keluar menuju jaringan dan menjadi makrofaga, monosit akan
berada dalam peredaran darah selama 24 jam. Makrofaga merupakan
fagosit yang aktif terhadap senyawa-senyawa asing yang berukuran lebih
besar dari monosit. Di dalam darah, monosit termasuk jenis sel darah putih
yang mampu berumur panjang. Selain itu, monosit juga dapat bergerak
cepat dalam peredaran darah. Sedangkan limfosit, memiliki jumlah sekitar
20 hingga 30% dari jumlah sel darah putih, atau tiap mm3 darah
mengandung 1.500 sampai 3.000 butir. Limfosit dapat bergerak bebas dan
juga bisa membentuk zat antibodi. Pada smear darah, tampak bahwa
limfosit memiliki satu inti besar, berbentuk bundar, dan hampir menempati
seluruh isi sel. Limfosit berdiameter 8 hingga 12 μm. Limfosit biasanya aktif
keluar dari pembuluh darah menuju jaringan, terutama jaringan ikat dan
sistem limfatikus. Di dalam peredaran darah, limfosit terbagi atas tiga jenis,
yakni sel T, sel B, dan sel pembunuh (natural killer cell). Berbagai jenis
limfosit ini memiliki peran yang berbeda. Sel limfosit T berperan dalam
mekanisme pertahanan terhadap masuknya sel-sel asing ke dalam jaringan
tubuh. Sel limfosit T akan masuk ke dalam jaringan dan menyerang sel
asing secara langsung. Namun, ada kemungkinan juga sel limfosit T ini
dapat menghambat aktivitas limfosit lainnya. Sedangkan sel limfosit B
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh yang melibatkan produksi
dan distribusi antibodi. Sel B dapat berdiferensi menjadi sel plasma yang
berperan dalam sintesis dan sekresi antibodi. Sel pembunuh (natural killer
cells) berfungsi untuk mendeteksi dan menghancurkan sel-sel jaringan
yang abnormal. Sel ini berperan penting dalam pencegahan kanker. Di
dalam sumsum tulang, sel darah putih diproduksi dari hasil pembelahan
hemisitoblas. Hemisitoblas adalah sel induk mieloid dan sel induk limfoid.
Sel mieloid berkembang menjadi sel progenitor. Progenitor akan membelah
menjadi mielosid yang selanjutnya akan berkembang menjadi basofil,
eosinofil dan neutrofil. Sel monoblas akan berkembang menjadi monosit.
Sel induk limfoid hasil diferensiasi dari hemisitoblas akan berkembang
menjadi limfoblas, selanjutnya menjadi prolimfosit dan akhirnya menjadi
limfosit yang matang. Beberapa sel induk limfoid ada yang bermigrasi ke
dalam jaringan limfoid, semisal kelenjar limfa, kelenjar timus dan nodus
limfatikus, sehingga di dalam pelbagai jaringan tersebut terbentuk limfosit.
Proses ini dinamakan limfopoiesis.
c) Keping-Keping Darah (Trombosit)
Saat kita terluka, maka beberapa saat kemudian darah yang keluar akan
segera membeku. Mengapa ini bisa terjadi? Pada sel darah terdapat keping
darah atau trombosit. Trombosit ini berperan dalam proses pembekuan
darah. Bentuk trombosit yakni bulat kecil dengan diameter berukuran
antara 2 sampai 4 μm dan tidak memiliki inti sel. Trombosit diproduksi
dalam sumsum tulang dan berasal dari trombosit besar yang disebut
megakariosit. Jumlah trombosit pada sel darah berkisar antara 150.000
hingga 350.000 butir per milimeter kubik. Waktu trombosit aktif biasanya
tidak lama, kira-kira 8 hingga 12 hari. Setelah itu, trombosit akan mati dan
diambil oleh makrofaga jaringan. Kebanyakan trombosit yang diambil
makrofaga adalah trombosit yang berada pada limpa. Proses penyembuhan
luka terjadi saat suatu jaringan tubuh kita tersobek atau terluka. Akibat
yang ditimbukan yakni trombosit pada jaringan yang robek akan pecah dan
4
no reviews yet
Please Login to review.