Authentication
497x Tipe PDF Ukuran file 0.23 MB Source: lppm.mercubuana-yogya.ac.id
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010 ISSN : 2087-1899
ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA INGGRIS MAHASISWA
Hermayawati
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UMBY
hermayawati@yahoo.com
Abstract
This case study intended to analyse the higher graders’ English learning
dificulties of the Guidance and Counselling study program. This study mainly focused
on finding students’ difficulties in mastering English competency. It was conducted in
University of Ahmad Dahlan Yogyakarta by involving 50 students and a teacher as
the subjects. The researcher used both classical and individual approaches in
gathering both qualitative and quantitative data. The pocedures used context, input,
process, and product/CIPP-Evaluations Model for its benefit to increase teaching
quality. The data was analysed by using McDonough & McDonough Model, i.e.: (1)
exploration on both students’ learning processes and the results; (2) analysing the
results of exploration through questionaire, interviewing with students; (3) conducting
peer-debriefing, i.e. interviewing with other lecturers related to, the methods, syllabus
content, whether they have matched with the students’ needs. The findings showed
that students’ English learning difficulties for: (1) their sense of being-forced; (2) low-
mastery on the basic concept/intakes; (3) less-endorsement from their environment;
(4) forget factor; (5) having less-chance to practise. In reference with the findings, it
was suggested that teachers and institution should facilitate and give high motivation
for their students’ English learning process.
Keywords: learning, English, finding
Pendahuluan merupakan output dari jenjang
Kesulitan belajar bahasa Inggris pendidikan di sekolah menengah.
(BI) hingga saat ini masih banyak Selain itu, frekuensi
dialami oleh para mahasiswa, pembelajaran di perguruan tinggi juga
terutama di perguruan tinggi swasta kurang mendukung peningkatan
(PTS). Hasil pengamatan awal kualitas pembelajaran BI. BI umumnya
menunjukkan bahwa modal awal hanya diberikan di semester 2, dengan
(intakes) BI mereka amat rendah. frekuensi 2 Satuan Kredit Semester
Padahal, kualitas input tentu akan (SKS) per-minggu. Waktu
mempengaruhi baik proses maupun pembelajaran BI relatif kurang
hasil belajarnya. Kualitas intakes PT proporsional dengan kebutuhan
mahasiswa, apalagi BI merupakan
1
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010 ISSN : 2087-1899
salah satu kunci untuk mengatasi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu
berbagai persoalan lulusan di masa Pendidikan (BK FIP) Universitas
depan, yang semakin keras Ahmad Dahlan Yogyakarta yang
persaingannya. Penguasaan BI juga notabene adalah calon guru.
merupakan sarana guna mendongkrak Berdasarkan observasi intensif
sumber daya manusia Indonesia, yang yang dilakukan penulis pada awal
menurut Human Development Index semester, ada indikasi kualitas
termasuk kategori paling rendah di penguasaan BI mahasiswa amat
Asia. rendah. Sebagian besar ekspresi dan
Persaingan global di segala instruksi dosen dengan menggunakan
bidang menuntut peningkatan kualitas BI paling dasar pun sulit dipahami
sumber daya manusia (SDM) oleh sebagian besar mahasiswa,
termasuk dosen, sebagai ujung termasuk kesulitan dalam
tombaknya. Output perguruan tinggi pengembangan kompetensi
(PT) harus benar-benar berkualitas ketrampilan berbahasa membaca,
agar berdaya saing dan memiliki posisi menyimak, berbicara, dan menulis
tawar tinggi. Salah satu upaya untuk pada taraf dasar (elementary level).
mewujudkan hal tersebut di atas Padahal, mereka telah mempelajari BI
adalah dengan meningkatkan kualitas selama enam semester di sekolah
pembelajaran BI. Penguasaan BI akan menengah. Berdasarkan fenomena
membuka wawasan mereka terhadap inilah penulis menganalisis kesulitan
perkembangan ilmu pengetahuan dan belajar BI mahasiswa, yang
teknologi, termasuk pendidikan yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai
saat ini dapat diakses dengan mudah basis peningkatan mutu belajar.
dari berbagai sumber. Kesulitan belajar didasari oleh:
Peningkatan mutu pembelajaran (1) motivasi belajar; (2) intakes BI, (3)
BI dapat tercapai jika diketahui latar peranan dosen dan mahasiswa dalam
belakang kesulitan belajarnya. pembelajaran, (4) sarana prasarana,
Informasi tentang kesulitan belajar (5) materi pembelajaran, dan (6)
dapat digunakan sebagai dasar lingkungan belajar. Keenam ranah
penentuan tujuan, metoda, strategi, inilah yang merupakan variabel kajian
dan materi pembelajaran yang relevan penelitian.
dengan kebutuhan lulusan. Untuk itu, Sebagai basis kajian, penulis
diperlukan kajian mengenai latar merujuk beberapa teori dan hasil
belakang kesulitan belajar BI. penelitian terdahulu yang relevan.
Penelitian ini melibatkan mahasiswa
2
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010 ISSN : 2087-1899
Acuan teoretisnya menyangkut penghargaan diri (self-esteem),
berbagai konsep tentang motivasi keterlibatan emosional, keterhubungan
belajar, pembelajaran BI, peranan pembelajaran dengan daya pikir,
dosen dan mahasiswa dalam (representasi daya pikir melalui
pembelajaran, sarana/prasarana pendayagunaan indera penglihatan,
pembelajaran BI terstandar, materi asosiasi emosional, dan penggunaan
pembelajaran, dan lingkungan belajar daya suara dalam), penggunaan
yang ideal. bahasa secara komunikatif, dan materi
Motivasi ada dua jenis, yaitu pembelajaran yang mendorong
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi kreativitas pembelajar (Tomlinson &
intrinsik adalah suatu dorongan untuk Masuhara, 2004: 2-3).
melakukan sesuatu tanpa paksaan Sistem pembelajaran bahasa
(reinforcement) dan hadiah (rewards) modern idealnya berbasis analisis
dari siapapun. Motivasi ekstrinsik kebutuhan (AK). AK merupakan
adalah dorongan untuk melakukan prosedur pengumpulan informasi
sesuatu tergantung pada rewards. Jika tentang kebutuhan pembelajaran pada
seseorang menyadari dirinya memiliki tataran pembelajar tertentu, yaitu
motivasi intrinsik, hadiah dapat untuk merumuskan tujuan dan muatan
mengakibatkan pengaruh negatif pada pembelajaran (Richards, 2001b: 51-
performansinya (Gage & Berliner, 90; Gall, 2003: 557). Pada level
1984: 412-441). perguruan tinggi, AK berfokus pada
Pembelajaran (learning) adalah penguasaan keterampilan berbahasa
proses sadar yang melibatkan memori sesuai dengan bidang studi
seseorang terkait dengan informasi pembelajar. Berbagai aspek tersebut
yang sedang dipelajari, misalnya di atas melibatkan peran dosen dan
mengucapkan salam, menggunakan mahasiswa.
kaidah-kaidah bahasa, dan kosakata Dosen memiliki peran yang
(Tomlinson, 1998: 4). Pembelajaran sama terkait dengan asumsi tentang
bahasa dapat berupa pengetahuan bahasa dan pembelajaran bahasa
tentang sistem bahasa (language pada level pendekatannya
usage) dan penggunaan bahasa (Cunningsworth, 1995: 113; Richards
(language use). Pembelajaran bahasa & Rodgers, 2001: 27-29). Mayoritas
modern melibatkan lembaga, penerapan metode tergantung
pengajar, pembelajar, dan pengajaran sepenuhnya kepada dosen sebagai
(Richards, 2001b: 198) serta sumber pengetahuan dan
mengutamakan pengalaman belajar, pengarahan, katalisator, konsultan,
3
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010 ISSN : 2087-1899
pembimbing, dan model pembelajaran memfasilitasi pengembangan
dan pengembang pola-pola kemampuan komunikatif mahasiswa
interaksional antara dosen dan dalam menginterpretasi,
mahasiswa. Sistem perancangan mengekspresikan bahasa, dan
pengajaran sangat dipengaruhi oleh bernegosiasi antarmahasiswa; (2)
cara dosen memperlakukan membantu pemahaman wacana dan
mahasiswa sesuai dengan penerapan aktivitas berbahasa yang relevan
metode pembelajaran yang dipilihnya, dengan kebutuhan komunikatif
dengan cara merefleksikan respon antarpengguna bahasa; (3) memandu
tersurat dan tersirat terhadap berbagai minat serta melibatkan intelegensi dan
pertanyaan menyangkut kontribusi kreativitas mahasiswa; (4) melibatkan
mahasiswa dalam proses berbagai tipe teks dan media untuk
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan kompetensi melalui
jenis aktivitas yang dilakukan, berbagai macam aktivitas dan latihan
pengontrolan tingkat keberhasilan (Richards, 1995: 24-25).
belajar, penerapan berbagai pola Keberhasilan pengajaran bukan
pengelompokan mahasiswa, tingkat hanya dipengaruhi oleh kualitas
pengaruh pembelajaran mahasiswa dosen, melainkan juga dipengaruhi
lain, dan perannya sebagai prosesor, oleh eksistensi lembaga, motivasi
performer, inisiator, dan problem belajar mahasiswa dan proses
solver. pengajarannya. Kondusif tidaknya
Proses pembelajaran melibatkan lembaga, tergantung pada: tujuan dan
penyiapan materi ajar sebagai sarana misi lembaga; gaya kelola; sikap
untuk mewujudkan tujuan kebersamaan antarstaf; peran dosen;
pembelajaran dan akan merefleksikan sistem monitoring; fasilitas pendukung;
keputusan menyangkut tujuan utama sistem perencanaan kurikulum dan
pengadaan bahan ajar, yaitu pengajaran; kiat lembaga untuk
menyajikan isi, mempraktikkan, melakukan perubahan; dan
memfasilitasi komunikasi keterbukaan komunikasi. Kualitas
antarmahasiswa, dan mendorong output dan outcome tergantung pada
mahasiswa untuk belajar mandiri. peran mahasiswa dalam melakukan
Contoh materi ajar, yaitu buku teks, aktivitas belajarnya. Peran aktif
audiovisual, dan tayangan komputer mahasiswa tergantung pada tingkat
(computer display). motivasinya dalam belajar. Motivasi
Pada metodologi komunikatif, belajar yang tinggi akan mendukung
materi ajar berperan untuk: (1) peningkatan hasil belajar.
4
no reviews yet
Please Login to review.