Authentication
494x Tipe PDF Ukuran file 1.21 MB Source: www.staimaarifjambi.ac.id
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
1
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
1. Pemahaman Sosiologi Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi dibawah bimbingan orang lain tetapi juga memungkinkan secara
otodidak. Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan
kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan
sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola
kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Lingkungan social adalah tempat dimana masyarakat saling
berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama
maupun lingkungannya. Antara pendidikan dan perkembang-an masyarakat
dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Kemajuan masyarakat dan suatu
bangsa sangat di tentukan pembangunan sector pendidikan dalam penyiapan
sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
1
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Perilaku manusia pada hakekatnya hampir seluruhnya bersifat social,
yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya, hampir segala
sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain
2
dirumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya. Bahan
pelajaran atau isi pendidikan ditentukan oleh kelompok atau masyarakat
seseorang. Demikian pula kelompok atau masyarakat menjamin kelangsungan
hidupnya melalui pendidikan agar masyarakat itu dapat melanjutkan
1 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Rahagrasindo Perkasa, 2011), hlm.60
2 S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara:2010), hlm.10
2
eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai,
pengetahuan, keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan
memiliki setiap anggota.
Tiap masyarakat meneruskan kebudayaanya dengan beberapa
perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan, melalui interaksi social
dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi. Dalam arti ini
pendidikan dapat di artikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu
dengan anggota masyarakat lainnya, misalnya pada saat pertama kali bayi di
biasakan minum menurut waktu tertentu.
Dalam definisi ini tidak diadakan perbedaan antara orang tua dengan
anak, antara guru dengan murid. Yang diutamakan ialah adanya hubungan
yang erat antara individu dengan masyarakat. Belajar adalah sosialisasi yang
kontinyu artinya setiap individu dapat menjadi murid dan menjadi guru. Individu
belajar dari lingkungan sosialnya dan juga mengajar dan mempengaruhi orang
lain.
Dalam masyarakat primitive tidak ada pendidikan formal yang
tersendiri, setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus
menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan daripadanya pada saatnya
tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya.
Kemudian dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola
kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan
3
atau sosialisasi informal.
Bahasa, kebiasaan, makanan dan kepribadian fundamental sebagian
besar diperoleh melalui pendidikan Non formal. Orang yang berpendidikan
ialah orang yang telah bersekolah, melalui pendidikan terbentuklah kepribadian
seseorang boleh dikatakan seluruh kelakuan individu bertalian dengan atau
dipengaruhi orang lain. Maka karena itu kepribadian pada hakikatnya gejala
social. Aspek-aspek yang sama terdapat dalam kelakuan semua orang dalam
masyarakat dapat disebut kebudayaan masyarakat, kepribadian individu selalu
bertalian erat dengan kebudayaan lingkungan tempat iya tinggal.
3 Ibid, hlm.11
3
2. Faktor-Faktor Perkembangan Manusia
Seorang etnometodologis mempelajari bagaimana warga masyarakat
membentuk kebiasaan atau menyimpang dari kebiasaan yang merupakan
suatu realitas dan tertib social tertentu tujuan utamanya adalah untuk
mnegungkapkan latar belakang dari perilaku yang dianggap biasa. Tokoh-tokoh
etnometodologi adalah Harold Garfinkel, Harvey Sacks, Aaron V. Cicourel,
4
David Sudnow, Hugh Mehan Serta Houston Wood.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai-bagai factor yaitu:
a. Faktor Biologis Lingkungan Alamiah
Adalah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memberikan
tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan untuk
produksi bahan makan, hujan, matahari, dan sebagainya, demikian pula
adanya alat-alat, transportasi, perumahan, pakaian, dan sebagainya.
Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti laut untuk
menangkap ikan, berlayar, berdagang, padang rumput untuk beternak, dan
sebagainya. Walaupun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi orang dapat melepaskan diri dari pengaruh lingkungan dekat.
b. Faktor Biologis lingkungan Sosial Budaya
Perkembangan manusia lingkungan social. Semua orang hidup dalam
kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya
bahasa. Manusia mempelajari kelakuan dari orang lain dilingkungan
sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dilakukannya, bahkan apa yang
dipikirkannya dan dirasakannya bertalian dengan orang lain.
Aqidah atau ideologi memiliki pengaruh yang sangat signifikan
terhadap hal-hal tersebut, karena manusia dikendalikan dan diarahkan
5
oleh ideologi mereka sendiri . Anak yang dididik diluar masyarakat
manusia, seperti anak-anak yang dibesarkan ditengah-tengah serigala
4 Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi, (Jakarta timur : Yudistira, 1984), hlm.10
5 Syaikh Abdullah dan Syaikh Muhammad, Mukhtasar Aqidah Islam, (Surabaya : Pustaka Elba,
2016), hlm.295
4
no reviews yet
Please Login to review.