Authentication
318x Tipe DOC Ukuran file 0.07 MB Source: pasca.um.ac.id
Program Studi S2 MATSD 87
Kumpulan Abstrak Tesis
Semester Gasal 2008/2009
Pendidikan Matematika SD (MAT SD)
88 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Mengkonstruksi Pembelajaran Matematika Dengan Media Berdasarkan Hasil Diagnosis
Kesulitan Siswa Dalam Mempelajari Operasi Pecahan
Wahid Umar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pembelajaran dengan menggunakan media dalam
upaya membantu siswa kelas V SD Wahid Hasyim Malang mengatasi kesulitan dalam mempelajari operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda. Pembelajaran dirancang dengan berorientasi
pada teori Bruner, dimana siswa belajar pecahan dan operasinya melalui 3 tahapan penyajian yaitu: tahap
enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian
tindakan. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika (pengamat) dan 3 orang
siswa kelas V SD Wahid Hasyim Malang yang ditetapkan sebagai fokus dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, teknik tes, wawancara, dan cacatan lapangan. Data
yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan dalam 4 tindakan pembelajaran. Tindakan pembelajaran pertama tentang
konsep pecahan. Tindakan pembelajaran kedua tentang konsep pecahan senilai. Tindakan pembelajaran
ketiga tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda dengan penyebut
pecahan yang satu merupakan faktor dari penyebut pecahan yang lain. Tindakan pembelajaran keempat
adalah tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda dengan penyebut
pecahan yang satu bukan merupakan faktor dari penyebut pecahan yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya peneliti membantu siswa mengatasi kesulitan dalam
mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda telah berhasil. Subjek
penelitian memperoleh pemahaman yang baik dalam mempelajari materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan berpenyebut berbeda. Hal ini terlihat dari hasil tes formatif setiap akhir tindakan
pembelajaran yang menunjukkan peningkatan pemahaman mencapai rerata sebesar 94%.
Kata kunci: pembelajaran, pecahan dan operasinya, diagnosis kesulitan, media
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Berbantuan Bahan Manipulatif Yang
Dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan pada
Siswa SD Kelas IV
Maria Emanuela Ewo
Abstrak
Keluhan tentang kesulitan belajar masih banyak dijumpai, terutama pada mata pelajaran matematika
yang kebanyakan orang atau siswa menyebutnya sebagai momok. Kesulitan belajar yang timbul tidak
semata-mata karena materi yang sulit diterima siswa namun juga berkaitan dengan guru. Guru perlu
memperhatikan proses pembelajaran agar berlangsung dengan baik. Guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang banyak melibatkan siswa secara aktif dalam belajar baik
secara mental, fisik dan sosial. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah
pembelajaran kooperatif.
Pendekatan kooperatif model STAD berbantuan bahan manipulatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara aktif, kreatif dan
menyenangkan dalam menyelesaikan masalah matematika terutama menentukan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sehingga bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa.
Penelitian ini mengkaji bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif model STAD berbantuan
bahan manipulatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Untuk menjawab masalah ini, penelitian ini dirancang dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan pada siswa kelas IV SDK ST. Antonius Ende 2 Kabupaten Ende-NTT. Penelitian ini
menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, hasil tes belajar siswa sebagai instrumen pengumpul-
an data.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa penerapan kooperatif model STAD berbantuan bahan
manipulatif dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami materi penjumlahan dan
87
Program Studi S2 MATSD 89
pengurangan pecahan. Hal ini dapat dilihat pada (1) hasil kerja sama kelompok, diketahui bahwa semua
anggota kelompok sudah dapat menentukan penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan
bahan manipulatif, (2) melalui wawancara peneliti dengan subyek penelitian, diperoleh bahwa siswa sudah
dapat menentukan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang ada dalam LKS, walaupun masih ada
diantara siswa yang menjawab salah pada saat kuis, tetapi setelah diwawancarai subyek tersebut dapat
memahami dengan baik, (3) rata-rata skor kuis untuk seluruh siswa setiap tindakan mengalami kemajuan,
seperti pada siklus I adalah 85,76, pada siklus II dan siklus III masing-masing adalah 93,33. Adanya
peningkatan skor tes ini dapat diinterpretasikan bahwa siswa sudah mengalami peningkatan terhadap materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang disajikan dengan pembelajaran kooperatif model STAD
berbantuan bahan manipulatif.
Berdasarkan temuan ini, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan kepada guru matematika
SD sebagai berikut: (1) membantu siswa dalam menggunakan bahan manipulatif untuk memahami konsep
matematika karena siswa langsung terlibat secara fisik dan mental (2) memberikan penghargaan berupa
pujian atau bentuk penghargaan lainnya, (3) mencoba pembelajaran kooperatif model STAD berbantuan
bahan manipulatif sebagai suatu alternatif pembelajaran, secara khusus pada Pokok Bahasan Pecahan.
Kata kunci: pembelajaran, STAD, bahan manipulatif
Meningkatkan Kemampuan Estimasi pada Penjumlahan Bilangan Cacah melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas V SD
Nasrun
Abstrak
Pentinganya matematika dalam berbagai aspek kehidupan menuntut pembelajaran matematika yang
lebih baik dan sesuai dengan dunia nyata. Berkenaan dengan perhitungan, menaksir (estimasi) lebih sering
digunakan dibanding dengan perhitungan tepat. Walaupun menaksir (estimasi) dalam pemakaiannya, namun
menaksir (estimasi) belum tertera dengan jelas dalam kurikulum matematika sekolah dasar. Oleh karena itu
guru juga masih belum optimal dalam memperkenalkan pada siswa secara eksplisit dalam kegiatan
pembelajaran matematika. Dari hasil studi penjajakan diperoleh bahwa sebagaian besar siswa belum dapat
menaksir (estimasi) dengan baik.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kemampuan menaksir (estimasi) siswa sebelum
mengikuti pembelajaran, (2) Mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam menaksir
(estimasi) penjumlahan hasil operasi penjumlahan bilangan cacah (3) Secara pragmatis peneliti menerapkan
Pembelajaran berbasis masalah dalam menaksir (estimasi) di sekolah dasar yang masih belum optimal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Data
penelitian diperoleh dari hasil tes, pengamatan, dan wawancara dengan subjek penelitian. Adapun sumber
data adalah siswa kelas V SD Negeri Sumbersari III Malang dengan subjek penelitian 3 orang siswa yang
penentuannya didasarkan pada (a) kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal menaksir (estimasi)
penjumlahan bilangan cacah, (b) atas pertimbangan guru yang diwawancarai berdasarkan tingkat kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, (c) keterbatasan waktu penelitian karena mendekati ujian semester. Teknik analisis
data dilakukan melalui dua tindakan : (1) Pembelajaran menaksir (estimasi) rentang (range) dan pembulatan
(rounding) pada penjumlahan bilangan cacah, (2) Pembelajaran menaksir (estimasi) muka-akhir (front-end)
dan pembulatan (rounding) pada penjumlahan bilangan cacah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa belum memiliki strategi strategi tertentu untuk
menaksir (estimasi). Kesulitan yang dialami siswa dalam menaksir (estimasi) antara lain adalah masih terkait
dengan algoritma, belum bisa memilih angka yang lebih mudah diingat, dan belum bisa menentukan angka
terdekat dari suatu angka acuan yang dikehendaki, serta siswa belum bisa mendeteksi kesalahan dari suatu
perhitungan. Kemampuan menaksir (estimasi) dapat meningkat dengan mengarahkan siwa untuk memahami
masalah, serta memberi alasan setiap kali mereka menaksir (estimasi).
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru matematika SD agar menaksir (estimasi)
diperkenalkan lebih banyak dalam setiap kesempatan yang ada, bahkan sangat penting untuk mendeteksi atau
mengecek apakah hasil pekerjaan yang diperoleh itu sudah tepat. Untuk meningkatkan kemampuan menaksir
(estimasi) salah satu alternative yang dapat dilakukan mengarahkan siswa untuk menemukan pendekatan/
strategi lain yang lebih khusus.
Kata kunci: menaksir (estimasi) range, Front-End, dan rounding. pembelajaran berbasis masalah
90 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Trapesium Dengan Menggunakan
Pendekatan Open-Ended
Samuel Iggo Leton
Abstrak
Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.
Namun keluhan tentang kesulitan belajar masih banyak dijumpai. Khususnya pada mata pelajaran
matematika yang kebanyakan orang atau siswa menyebutnya sebagai momok. Kesulitan belajar yang timbul
tersebut tidak semata-mata karena tingkat kesulitan materi bagi siswa tetapi juga karena cara penyampaian
materi oleh guru. Ada berbagai model pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Guru diharapkan dapat memilih salah satu model pembelajaran yang juga merupakan fokus
kajian penelitian ini adalah open-ended.
Pendekatan Open-ended merupakan suatu metode yang dapat memberi keleluasan kepada siswa
untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga bermanfaat untuk
meningkatkan cara berpikir siswa . Dalam pendekatan ini siswa dihadapkan pada permasalahan yang
selesaiannya tidak perlu hanya satu, sehingga diharapkan kreativitas siswa dapat berkembang. Pendekatan
Open-ended juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa kreatif dan akhirnya diharapkan siswa
dapat berpikir logis dan kritis.
Penelitian ini mengkaji sebagai berikut. (1) bagaimana menerapkan langkah-langkah penerapan
pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan siswa
memahami materi trapesium dan layang-layang? (2) Apakah pendekatan open-ended dalam pembelajaran
matematika efektif digunakan untuk mengajarkan materi trapesium dan layang-layang? Untuk menjawab
masalah ini, penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian tindakan kelas serta dilaksanakan di siswa
kelas V SDK Don Bosco IV Kota Madya Kupang. Penelitian ini menggunakan lembaran observasi, angket,
hasil tes belajar siswa dan catatan harian sebagai instrumen dalam pengumpulan data.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) penerapan langkah-langkah pendekatan open-ended
dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami materi trapesium dan layang-layang. Hal
ini dapat dilihat pada rata-rata hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada siklus I, rata-rata hasil yang dicapai
yaitu 6, 43. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar yang dicapai yaitu 7,12 dimana mengalami peningkatan
sebesar 0,69. Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I yaitu 62,5% dan pada
siklus II yaitu 87,5% dimana mengalami peningkatan sebesar 25%. Rata-rata kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran pada siklus I sebesar 2,65 dan pada siklus II sebesar 3,35 juga mengalami
peningkatan sebesar 0,7. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus sebesar 2,3 dan pada siklus II sebesar 3,41
dimana juga mengalami peningkatan. Dari siklus I ke siklus II sebesar 1,21. (2) Karena kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran termasuk dalam kategori efektif,
respon siswa terhadap pembelajaran adalah positip dan ketuntasan secara klasikal tercapai maka pendekatan
open-ended efektif digunakan untuk mengajarkan materi trapesium dan layang.
Berdasarkan temuan penelitian ini, diberikan beberapa saran sebagai berikut; (1) siswa hendaknya
mempelajari luas bangun datar khususnya trapesium dan layang-layang menggunakan temuan siswa sendiri
dengan berbagai cara atau metode dalam memanipulasi alat peraga. (2) Kegiatan pembelajaran hendaknya
mendukung siswa untuk aktif membangun pengetahuannya. (3) Guru hendaknya menciptakan suasana
pembelajaran matematika yang menyenangkan, dialogis dan demokratis. Pembelajaran matematika dengan
menerapkan langkah-langkah pendekatan open-ended dapat menjadi alternatif untuk menciptakan
pembelajaran matematika yang menyenangkan, dialogis dan demokratis. (4) Guru perlu menjaga alokasi
waktu dalam melaksanakan tahap-tahap pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah pendekatan
open-ended, agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Kata kunci: langkah-langkah pendekatan open-ended, trapesium dan layang-layang, siswa sekolah dasar.
no reviews yet
Please Login to review.