Authentication
JOKO KENDIL-DAMAR WULAN
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang wanita dengan anak laki-lakinya. Anak itu mempunyai bentuk fisik
yang aneh. Badannya mirip dengan periuk. Karena itulah orang menyebutkan Joko Kendil*.
Walaupun tubuh Joko tidak normal, ibunya mencintainya apa adanya. Ia juga tak pernah menyesali nasib
anaknya. Apa pun yang diminta Joko, ia selalu berusaha mengabulkannya.
Joko tumbuh sebagai anak yang bahagia. Ia dikenal sebagai anak yang jenaka. Tapi kadang-kadang Joko
juga nakal. Ia sering ke pasar, lalu ia duduk di dekat pedagang. Pedagang mengira, Joko itu sebuah
periuk. Sehingga ia menaruh sebagian makanannya di atas tubuh Joko. Ia juga sering menyelinap ke
pesta. Orang menyangka Joko itu periuk biasa, sehingga orang itu menaruh makanan di sana. Kemudian
dengan diam-diam Joko pulang dan membawa makanan untuk ibunya.
Ibu Joko marah melihat kenakalan Joko. Ia menyangka Joko mencuri. Joko lalu menjelaskan, kalau semua
orang menyangka dirinya periuk. Ibunya pun tertawa mendengarnya.
Ketika Joko tumbuh dewasa, tubuh Joko tetap mirip periuk. Tapi yang mengherankan, Joko justru
meminta ibunya mencarikan istri untuknya. Tidak tanggung-tanggung, Joko menginginkan putri raja
sebagai istrinya. Tentu saja Ibunya kaget sekali. “Ingat Joko, kita ini orang miskin. Lagi pula, apakah kau
tidak menyadari bentuk tubuhmu?” tanya Ibunya. “Jangan khawatir, Ibu. Percayalah, semuanya akan
baik-baik saja. Sekali lagi, saya minta tolong, agar Ibu melamar putri raja untuk dijadikan istriku,” ujar
Joko menghibur Ibunya.
Dengan hati penuh keraguan, Ibu Joko pergi menghadap Raja. Raja mempunyai tiga putri yang cantik. Ibu
Joko mengungkapkan keinginan anaknya pada Raja. Raja sama sekali tidak marah mendengar penuturan
Ibu Joko. Sebaliknya, Raja meneruskan lamaran itu pada ketiga putrinya.
Putri Sulung mengatakan, ”Saya tak sudi, Ayahanda. Saya menginginkan suami yang kaya raya.” Putri
Tengah mengatakan, ”Suami yang saya inginkan? Seorang raja seperti Ayahanda.” Berbeda dengan ketiga
kakaknya, Putri Bungsu justru menerima pinangan itu dengan senang hati. Raja sangat heran. Tapi karena
Putri Bungsu sudah setuju, ia tak dapat mencegah pernikahan itu.
Sayangnya, Putri Bungsu selalu diejek kedua kakaknya. “Suamimu berjalan mirip bola menggelinding,”
ejek Putri Sulung. “Suamimu mirip tempayan air,” ejek Putri Tengah. Putri Bungsu sedih. Tapi ia berusaha
sabar dan tabah.
Suatu hari, Raja mengadakan lomba ketangkasan. Tapi Joko tidak bisa ikut. Ia mengatakan pada Raja,
badannya sakit. Lomba ketangkasan itu diikuti banyak orang penting seperti para pangeran dan
panglima. Mereka berlomba naik kuda dan menggunakan senjata. Tiba-tiba datang seorang ksatria
gagah. Ia sangat tampan dan tangkas menggunakan senjata.
Putri Sulung dan Putri Tengah senang sekali melihatnya. Mereka jatuh cinta pada ksatria itu. Ia kembali
mengejek adiknya, karena terburu-buru menikahi Joko Kendil.
Putri Bungsu pun berlari ke kamarnya sambil menangis. Di sana ia melihat sebuah kendi. Karena kesal, ia
membanting kendi itu hingga berkeping-keping.
Ksatria gagah itu masuk ke dalam kamar Putri Bungsu. Ia mencari kendi, tapi kendi itu sudah hancur. Lalu
ia melihat Putri Bungsu menangis tersedu-sedu. “Ada apa istriku?” tanyanya. Tentu saja Putri Bungsu
kaget. Bukankah suaminya adalah Joko Kendil? Lalu ksatria itu menceritakan dirinya yang sebenarnya. Ia
sebenarnya Joko Kendil, suaminya. Ia selama ini harus memakai pakaian dalam bentuk kendi. Tapi ia
dapat kembali menjelma menjadi ksatria kalau seorang putri mau menikah dengannya.
Begitu tahu kalau ksatria tampan itu Joko Kendil, betapa menyesalnya Putri Sulung dan Putri Tengah.
Sebaliknya dengan Putri Bungsu, ia menjadi sangat bahagia bersama Joko Kendil yang telah menjelma
menjadi pria yang rupawan.
DAMAR WULAN
Damar Wulan adalah pahlawan dalam cerita Jawa yang muncul dalam seputar cerita yang
digunakan dalam wayang KRUCIL, serta Langendriya (sendratari perempuan) dan ketoprak.
Cerita ini menceritakan pertikaian antara kerajaan Majapahit dan Blambangan , di mana
Damar Wulan memperoleh kemenangan. Kisah ini yang sangat populer terutama di Jawa Timur.
Damar Wulan legenda yang dikaitkan dengan kerajaan Majapahit di era Ratu Suhita, yang pada
saat itu sedang berperang dengan Blambangan. Namun, nama-nama karakter Damar Wulan
( "sinar bulan") dan Menak Jingga ( "kesatria merah ") menyatakan bahwa mungkin
memasukkan unsur-unsur mitos matahari-bulan yang lebih tua . Sulit dipastikan kapan cerita ini
pertamakali dituturkan dan oleh siapa.
Cerita Singkat
Darmawulan Anjasmara
by E park
Damar Wulan lahir berdarah pangeran, keponakan dari perdana menteri, Patih Logender, tetapi
dibesarkan di pertapaan kakeknya. Menuruti nasihat kakeknya, ia pergi ke istana Majapahit
mencari pekerjaan. Sepupu-sepupunya, Layang Seta dan Layang Kumitir, menganiayanya
sesampainya Damar Wulan di sana.
Patih Logender, yang tidak menginginkan Damar Wulan bersaing dengan anak-anaknya sendiri,
menetapkan dia sebagai pemotong rumput dan penjaga kuda istana. Meskipun tidak mengenakan
pakaian indah, wajahnya masih terlihat sangat tampan. Desas-desus tentang ketampanannya ini
akhirnya sampai pada pendengaran Putri Anjasmara, anak Patih Logender. Putri Anjasmara
menemui Damar Wulan dengan diam-diam dan mereka jatuh cinta dan mereka berhubungan
secara sembunyi-sembunyi. Suatu malam, Layang Seta dan Layang Kumitir mendengar suara
dari dalam kamar saudarinya. Mereka mendobrak masuk dan mencoba untuk membunuh Damar
Wulan, tapi Damar Wulan mampu mengalahkan mereka. Layang Seta dan Layang Kumitir
melarikan diri dan mengadu pada ayah mereka, yang kemudian memerintahkan Damar Wulan
untuk dihukum mati. Puteri Anjasmara memohon belas kasihan untuk kekasihnya. Akhirnya
Patih Logender memutuskan tidak jadi menghukum mati Damar Wulan, melainkan dia
memenjarakan pasangan itu.
Sementara itu, Menak Jingga telah menulis surat kepada Ratu Kencana Wungu untuk
meminangnya. Ketika Ratu Kencana Wungu menolak pinangannya, Menak Jingga marah dan
menyatakan perang terhadap kerajaan Majapahit. Dia berhasil dalam menyerang daerah
sekeliling kerajaan Majapahit, dan akhirnya kerajaan Majapahit merasa terancam oleh pasukan
Menak Jingga secara langsung.
Dalam keadaan tertekan, Ratu Kencana Wungu mengumumkan bahwa siapa pun yang
membunuh Menak Jingga dan berhasil memenggal kepalanya akan menjadi suaminya. Khawatir
bahwa tidak ada penyelamat yang muncul, ia menerima wahyu bahwa seorang ksatria muda
bernama Damar Wulan dapat mengalahkan Menak Jingga. Dia memerintahkan Patih Logender
membebaskan Damar Wulan dari penjara dan mengirimnya untuk melawan Menak Jingga.
Damar Wulan, disertai oleh para pengikutnya Sabdapalon dan Nayagenggong, berangkat menuju
ke Blambangan. Hari sudah malam saat mereka tiba di sana, Damar Wulan menyelinap masuk ke
dalam taman dan berhasil menguping percakapan di paviliun antara dua selir Menak Jingga yang
bernama Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Setelah cukup menguping, Damar Wulan masuk ke
paviliun dan memperkenalkan dirinya. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan terpesona melihat
ketampanannya dan mereka memutuskan untuk mengabdi kepadanya. Pada saat yang sama,
Menak Jingga memutuskan untuk mengunjungi selir-selir tersebut, dan menemukan Damar
Wulan sedang ada di sana dengan mereka. Tanpa dapat dihindari lagi Menak Jingga dan Damar
Wulan berkelahi, tapi Damar Wulan tidak mampu mengalahkan Menak Jingga. Damar Wulan
terluka parah dan pingsan seakan sudah mati.
Menak Jingga meninggalkannya dan memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk menjaga tubuh
Damar Wulan. Namun, prajurit-prajurit jatuh tertidur, dan kedua selir menyeret tubuh Damar
Wulan ke tempat tersembunyi, dan berhasil menyadarkannya dari pingsan. Lalu mereka
mengungkapkan rahasia kekebalan Menak Jingga kepada Damar Wulan, yaitu senjata sakti gada
Wesi Kuning milik Menak Jinggo yang disembunyikan di balik bantalnya. Jika Menak Jingga
dipukul di sebelah kiri dahinya dengan gada ini, ia akan mati. Mempertaruhkan hidup mereka
demi kekasih mereka, para selir ini berhasil mencuri gada Wesi Kuning saat Menak Jingga
sedang tidur.
Keesokan harinya pertempuran kedua antara Menak Jingga dan Damar Wulan terjadi, di mana
Damar Wulan berhasil memenggal kepala raja. Berhasil membawa kemenangan, ia kembali ke
Majapahit, tapi Layang Seta dan Layang Kumitir menyergapnya di luar istana, membunuhnya
dan membawa kepala Menak Jingga ke hadapan Ratu Kencana Wungu.
Namun, seorang pertapa menghidupkan kembali Damar Wulan, dan sang ratu mendengar cerita
sesungguhnya. Dalam pertempuran terakhir, Damar Wulan mengalahkan Layang Seta dan
Layang Kumitir , lalu dinobatkan menjadi Raja Majapahit. Ratu Kencana Wungu
mengijinkannya untuk tetap memiliki Puteri Anjasmara, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan
sebagai istri-istrinya.
Cerita alternatif
Dalam kesenian wayang Banyuwangi dan Janger, penggambaran Menak Jinggo
berlawanan dengan penggambarannya dalam Serat Damarwulan. Menak Jinggo
digambarkan berwajah rupawan, disukai banyak wanita, arif bijaksana, dan pengayom
rakyatnya. Menak Jinggo memberontak karena Ratu Kencana Wungu tidak memenuhi
janjinya untuk menjadikannya sebagai suami, setelah Menak Jinggo mampu
menaklukkan pengacau Kebo Markuet yang mengamuk di Majapahit. Meskipun akhirnya
ia dikalahkan Damar Wulan, Menak Jinggo tetaplah dianggap sebagai tokoh yang
dihormati.
Sanusi Pane, salah seorang sastrawan Pujangga Baru pernah menulis naskah drama
Damar Wulan, yang diberinya judul Sandyakala Ning Majapahit (Penerbit Balai
Poestaka, Batavia, 1933.). Meskipun demikian, akhir ceritanya sama sekali berbeda
dengan Serat Damarwulan yang dijadikan dasar pembuatannya. Dalam versi Sanusi Pane,
nasib Damar Wulan berakhir menyedihkan. Damar Wulan dituduh berkhianat dan tidak
dinikahkan dengan Ratu Kencana Wungu. Ia pun akhirnya dihukum mati, dan setelahnya
Majapahit ditumbangkan oleh pasukan dari Kerajaan Demak Bintara.
no reviews yet
Please Login to review.