Authentication
433x Tipe PDF Ukuran file 0.29 MB Source: sc.syekhnurjati.ac.id
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN
MINAT BELAJAR SISWA
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan
Menurut Howard Gardner sebagaimana di kutip dalam buku Agus
Efendi, 2005 mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
Sedangkan menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri
dari tiga komponen: 1 kemampuan mengarahkan pikiran dan atau
tindakan, 2 kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut
telah dilakukan, dan 3 kemampuan mengkritik diri sendiri. (Agus Efendi,
2005: 81).
Sedangkan menurut Feldam mendefinisikan kecerdasan sebagai
kemampuan memahami dunia, berfikir secara rasional, dan menggunakan
sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan.
Dalam pengertian ini kecerdasan terkait dengan kemampuan memahami
lingkungan atau alam sekitar, kemampuan penalaran atau berfikir logis,
dan sikap bertahan hidup dengan menggunakan sarana dan sumber-sumber
yang ada. (Hamzah B. Uno, 2006: 59)
Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan menusia yang
lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan
konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Gardner
tidak memandang “kecerdasan” manusia sebagai skor tes standar semata,
namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai: (1) kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi di kehidupan manusia, (2)
kemampuan untuk meghasilkan persoalan-persoalan baru untuk
diselesaikan, (3) kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
2
menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya
seseorang.
Dari beberapa pengertian kecerdasan di atas dapat dijelaskan bahwa
kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan
persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
b. Pengertian Emosi
Emosi (emotion) merupakan susasana kesadaran dari pada individu
emosi lebih kompak dari pada perasaan dan emosi dapat timbul dari
kombinasi beberapa perasaan. Dengan kata lain, perasaan merupakan
bagian dari pada emosi. Emosi dapat didefinisikan sebagai “Stirred up or
aroused state of the human organization” (emosi merupakan sesuatu
keadaan yang bergejolak dalam diri manusia). (Usman Efendi & Juhaya,
1989: 81)
Menurut Crow & Crow sebagaimana dikutip dalam buku Usman
Efendi dan Juhaya (1989: 81) yang berjudul Pengantar Psikologi
mengartikan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada
diri individu yang berfungsi/berperan sebagai inner adjustment
(penyesuaian dalam diri) terhadap lingkungan untuk mencapai
kesejahteraan dan keselamatan individu.
Emosi berasal dari kata e yang berarti energi dan motion yang berarti
getaran. Emosi kemudian bisa dikatakan sebagai sebuah energi yang terus
bergerak dan bergetar. Emosi dalam makna paling harfiah didefinisikan
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi yang merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan bilogis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan bertindak. (Goleman, 1997:
154)
3
Menurut Chaplin sebagaimana dikutip oleh Walgito (1994),
merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme
mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya,
dan perubahan prilaku. Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh
situasi tertentu. Menurut L. Crow & A. Crow, emosi yaitu pengalaman
yang afektif yang disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh,
dimana keadaan mental dan fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-
luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
(Djaali, 2007: 37)
Menurut Kaplan dan Saddock, emosi adalah keadaan perasaan yang
kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan dan prilaku yang
berkaitan dengan affect dan mood. Affect merupakan ekspresi sebagai
tampak oleh orang lain dan affect dapat berfariasi sebagai respons terhadap
perubahan emosi, sedangkan mood adalah suatu perasaan yang meluas,
meresap dan terus-menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan
oleh individu dan juga dilihat oleh orang lain. (Djaali, 2007: 37)
Menurut Goleman, emosi adalah perasaan dan pikiran yang khasnya,
suatu keadaan biologis dan psikologis, suatu rentangan dari
kecenderungan untuk bertindak. Menurut kamus The American College
Dictionary, emosi adalah suatu keadaaan efektif yang disadari dimana
dialami perasaan seperti kegembiraan (joy), kesedihan, ketakutan, benci
dan cinta (Djaali, 2007: 37)
c. Pengertian Kecerdasan Emosional
Menurut Hamzah (2006: 68) Kecerdasan emosional merupakan
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir berempati dan
berdoa’a.
4
Kecerdasan emosi yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali,
mengolah, dan mengontrol emosi agar anak mampu merespon secara
positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini.
(Riana Mashar, 2011: 60)
Pendapat lama menunjukan bahwa kualitas intelegensi, kecerdasan
dalam ukuran intelektual atau tataran kognitif yang tinggi dipandang
sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar
atau meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun baru-baru ini telah
berkembang pandangan lain yang mengatakan bahwa faktor yang paling
dominan mempengaruhi keberhasilan (kesuksesan) hidup seseorang,
bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual,
tetapi oleh faktor kemantapan emosional, yang oleh ahlinya, yaitu Daniel
Goleman disebut Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)
(Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2005: 239)
Pandangan lama mempercayai bahwa tingkat intellegensi (IQ) atau
kecerdasan intelektual merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
mencapai prestasi belajar atau dalam meraih kesuksesan dalam hidup,
akan tetapi menurut pandangan kontemporer, kesuksesan hidup seseorang
tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient-
IQ) melainkan juga oleh kecerdasan emosi (Emotional Intelligence-EI
atau Emotional Quotient-EQ). (Desmita, 2005: 169-170)
Menurut Goleman sebagaimana dikutip oleh Desmita (2005: 170),
kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain. Banyak orang yang cerdas, dalam arti
terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, sehingga dalam
bekerja menjadi bawahan orang ber-IQ lebih rendah tetapi uggul dalam
keterampilan kecerdasan emosi.
no reviews yet
Please Login to review.