Authentication
441x Tipe PDF Ukuran file 2.27 MB Source: repository.uksw.edu
Perilaku Konsumen
6 dan Elastisitas
6.1. Perilaku konsumen
Pilihan terbaik konsumen
Seseorang yang mengkonsumsi suatu barang tertentu terus menerus, semakin
lama manfaat tambahan (marginal utility) semakin lama akan semakin
berkurang. Berdasarkan kenyataan inilah ada Law of diminishing marginal utility
yang di-kenal dengan Hukum Gossen I. Didalam kenyataan, seseorang akan
selalu berupaya untuk meningkatkan manfaat total (total utility) dari barang
yang dikonsumsinya. Manakala marginal utility barang yang dibeli terlalu
rendah, adalah rasional kalau kemudian konsumen membeli barang lain
ketimbang menambah pembelian jenis barang yang pertama.
Dengan demikian, konsep total utility dan marginal utility menjadi sangat
penting untuk memahami dan meramalkan perilaku konsumen, terutama
dengan membandingkan harga barang yang dikonsumsi. Dengan memban-
dingkan marginal utility dari barang yang dibeli dan dikonsumsi, konsumen
yang rasional akan berupaya untuk memaksimumkan kepuasannya (maximum
satis-faction). Apabila pilihan terbaik ini telah tercapai, kon-sumen mencapai
titik keseimbangan (consumer equili-brium) karena konsumen tidak lagi ingin
merubah kombinasi barang yang dikonsumsi.
Bagaimana mencapai titik keseimbangan konsumen
Untuk mencapai titik keseimbangan konsumen, konsumen harus
mengalokasikan pendapatannya sehingga nilai marginal utility per satuan
moneter (rupiah) untuk setiap barang sama.
MU MU MU MU
A B C N
——— = ———— = ———— = ……….. = ————
P P P P
A B C N
6. Perilaku Konsumen dan Elastisitas|59
Dengan anggaran atau pendapatan tertentu, kalau marginal utility per rupiah
yang dibelanjakan untuk tambahan konsumsi dua barang tidak sama, konsumen
dapat meningkatkan meningkatkan kepuasannya dengan membeli barang lebih
banyak barang tertentu dan mengurangi pembelian barang yang lain.
Kalau diketahui:
MU MU
A B
——— > ————
P P
A B
Kenyataan di atas menunjukkan konsumen belum mencapai kepuasan
maksimum. Untuk memaksimalkan kepuasan konsumen dapat melakukan :
a. Memperkecil ruas kanan. Yang dilakukan konsumen dengan membeli barang
A lebih banyak untuk menurunkan MU . Ingat berlakunyaLaw of diminishing
A
marginal utility.
b. Memperbesar ruas kiri. Yang dilakukan konsumen dengan mengurangi
pembelian B untuk meningkatkan MU .
B
c. Dengan asumsi konsumen hanya membeli dua jenis barang A dan B, harga
barang A dan B tertentu serta pendapatan konsumen tertentu, untuk
memaksimumkan kepuasan, konsumen akan menambah pembelian barang
A dan mengurangi pembelian barang B.
Hubungan Law of demand dengan Law of diminishing marginal utility
Hukum permintaan menyatakan kalau harga naik, jumlah barang yang diminta
akan berkurang dan sebalik-nya. Mengapa demikian? Misalkan konsumen
meng-konsumsi pisang dan jagung bakar mentega. Harga pisang goreng satu
buah Rp. 1.000,- sedangkan jagung bakar mentega Rp. 1.500,-. Dalam keadaan
keseimbangan marginal utility dua jenis barang tersebut: pisang 5.000 util
sedangkan jagung bakar mentega 7.500 util. Dengan demikian berdasarkan
rumus di atas, keseimbangan konsumen dapat dinyatakan:
5.000 7.500
————— = ————— = 5.
1.000 1.500
Karena musim panen, harga pisang turun menjadi Rp. 625,-, ceteris paribus.
Sekarang untuk pisang:
60|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko
MUpisang 5.000
------------ = -------------- = 8 > 5, sehingga tidak tercapai
Ppisang Rp. 625,- keseimbangan konsumen.
Dengan kenyataan di atas, untuk memaksimalkan ke-puasan konsumen akan
memperkecil ruas kanan de-ngan menurunkan MU . Untuk memperkecil
pisang
MU konsumen akan menambah pembelian pisang, ceteris paribus. Ingat
pisang
Law of diminishing marginal utility berlaku untuk pembelian pisang yang lebih
banyak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, dengan berlakunya Law of diminishing
marginal utility, kalau harga barang tertentu turun, jumlah pembeliannya akan
bertambah.
6.2. Surplus Konsumen
Biasanya konsumen selalu berupaya agar jumlah yang harus dibayar untuk
suatu baranglebih rendah dibandingkankesediaannya untuk membayar. Seba-
gai contoh segelas dawet harganya Rp. 1.000,-.Jika nilai dawet tersebut bagi
konsumen kurang dari Rp. 1.000,- , konsumen tidak akan membelinya.
Sebaliknya, jika konsumen sebenarnya bersedia membayar Rp. 1.500,- untuk
satu gelas dawet, tetapi dalam kenyataan hanya membayar Rp. 1.000,-, akan
terdapat selisih Rp. 500,- yang merupakan surplus konsumen (consumer sur-
plus). Selisih moneter antara kesediaan membayar untuk memperoleh suatu
barang dengan harga yang se-benarnya harus dibayar oleh konsumen disebut
sebagai surplus konsumen (consumer surplus).
Surplus konsumen dilukiskan dalam Grafik 6. 1.
P
P
1
O Q1 Q
Grafik 6.1 Surplus konsumen
6. Perilaku Konsumen dan Elastisitas|61
Bidang yang dibawah kurva permintaan sampai kuantitas Q (bidang dan )
1
menunjukkan kesediaan membayar konsumen. Sedangkan jumlah yang
sebenarnya dibayar oleh konsumen hanyalah bidang , (P x Q ), sehinggaa
1 1
bidang a merupakan surplus konsumen.
Satuan pertama dari barang/jasa yang dikonsumsi memberikan kepuasan
yang lebih tinggi.
Pada saat cuaca panas, konsumen membutuhkan air es untuk memuaskan
rasa hausnya. Konsumenbersedia membayar Rp. 3.000,- untuk gelas pertama,
Rp. 2.000,- untuk gelas kedua dan Rp. 500,- untuk gelas ketiga. Keadaan ini
sesuai dengan hukum permintaan. Kalau harga air es Rp. 1.000,-, konsumen
akan membeli gelas pertama dan gelas kedua. Untuk itu konsumen akan
memperoleh surplus.. Gelas ketiga tidak lagi dikonsumsi karena kalau
mengkonsumsi gelas ketiga akan mengurangi surplus konsumen. Pertanyaannya
berapa besarnya surplus konsumen ?
Kesediaan membayar menunjukkan nilai/manfaat barang tersebut bagi
konsumen. Sejalan dengan hukum Gosen I, maka :
Gelas pertama air es marginal utilitynya senilai Rp 3.000,-
Gelas kedua air es, marginal utilitynya senilai Rp 2.000,-
Gelas ketiga air es, merginal utilitynya senilai Rp 500,-.
Dengan harga air es Rp. 1.000,- adalah rasional kalau konsumen stop pada
konsumsi gelas kedua dengan total surplus Rp. 3.000,-. Kalau meneruskan
mengkonsumsi gelas ketiga surplus konsumen akan berkurang sebesar Rp. 500,-
Catatan : Dalam, ilmu ekonomi dikenal paradoks mutiara dan air.
“Tak satu barangpun lebih berguna daripada air ; tetapi air sulit dipertukarkan
dengan barang lain …………. Sebaliknya mutiara mempunyai nilai penggunaan yang
langka; namun diperlukan barang-barang lain dalam jumlah yang besar untuk
dipertukarkan (Adam Smith Wealth of Nations, 1776)”.
Paradoks klasik mutiara dan air memperlihatkan ketidak-serasian antara nilai
tukar dan nilai pakai. Nilai tukar adalah kemampuan suatu satuan barang
atau jasa ditukarkan dengan barang lain, biasanya dinyatakan berdasarkan
satuan moneter. Nilai tukar dapat diketahui dari harga pasar yang tergantung
pada penawaran dan permintaan. Ketersediaan mutiara yang langka menye-
babkan harga mutiara tinggi sedangkan kelimpahan persediaan air
62|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko
no reviews yet
Please Login to review.