Authentication
233x Tipe PDF Ukuran file 0.52 MB Source: media.neliti.com
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol.2, No.2,Mei-Agustus2016 © STKIP PGRI Banjarmasin MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PBL M. Saufi, M. Royani Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin Saufi_yondaime@yahoo.co.id, hmroyanii@gmail.com Abstrak: Penelitian ini berjudul “Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal dan Kepercayaan Diri Siswa melalui Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)”. Kecerdasan interpersonal termasuk dalam jenis kecerdasan majemuk. Tidak semua siswa yang memiliki kecerdasan ini. Oleh karena itu, seorang guru perlu untuk memahami dan mengembangkan potensi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal ini. Kecerdasan interpersonal juga berhubungan erat dengan emosi seseorang sehingga kecerdasan ini berhubungan erat dengan kepercayaan diri siswa. Penelitian dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan setara dengan model pembelajaran yang berbeda. Kelas pertama merupakan kelas eksperimen diberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaranproblem based learning (PBL), sedangkan kelas keduamerupakan kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran konvensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dan kepercayaan diri siswa. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran PBL mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional ditinjau dari kecerdasan interpersonal dan kepercayaan diri siswa. Kata kunci: problem based learning (PBL), kecerdasan interpersonal, kepercayaan diri. Masalah klasik yang selalu matematika diajarkan bertujuan untuk dihadapi dan terus diupayakan membantu melatih pola pikir semua siswa pemecahannya pada pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan berpikir matematika adalah masih banyaknya siswa logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, mengalami kesulitan belajar yang serta mempunyai kemampuan bekerjasama berakibat kurang maksimalnya prestasi (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006). belajar matematika. Tetapi pada dasarnya, Namun kebanyakan siswa tidak menyukai 106 107 M. Saufi, M. Royani belajar matematika karena siswa faktor intelektual (kecerdasan) emosional memandang matematika sebagai bidang siswa terlibat dalam kegiatan studi yang paling sulit. pembelajaran. Dalam kelas misalnya, banyak Masalah lain yang terjadi pada siswa yang respect terhadap matematika, siswa adalah siswa tidak percaya dengan akan tetapi banyak juga yang tidak. Hal ini hasil karyanya sendiri, misalnya dapat terlihat dari suasana di dalam kelas menyontek pekerjaan teman jika diberi ketika kegiatan belajar mengajar tugas atau ujian dengan dalih bahwa dia matematika berlangsung. Ada anak yang tidak mampu (pesimistis), tidak berani benar-benar memperhatikan penjelasan bertanya dan mengemukakan pendapat jika gurunya di depan, ada anak hobinya diberi kesempatan, takut menghadapi menggambar di dalam kelas, ada yang ulangan, grogi saat tampil di depan kelas, sering mengobrol dengan temannya, ada masih terjadi beberapa siswa yang kurang juga yang pendiam dan juga ada yang bertanggung jawab, misalnya siswa akan biasa-biasa saja tetapi anak ini sangat mengerjakan pekerjaan sekolahnya jika disenangi oleh teman-temannya.Yang jadi waktu sudah sangat mepet, mudah cemas permasalahan adalah apakah siswa yang dalam menghadapi situasi, dan grogi jika termasuk dalam golongan-golongan menghadapi lawan jenis. Hal demikian tersebut memang tidak respect terhadap juga mesti segera diberikan perhatian agar matematika. Guru tidak boleh men-judge siswa mampu percaya dengan dirinya bahwa apa yang mereka lakukan itu salah sendiri. karena akan merusak kecerdasan yang Percaya diri harus ditanamkan dimilikinya. Oleh karena itulah sangat dalam diri siswa karena dengan percaya penting bagi seorang guru untuk diri diharapkan siswa mampu untuk memahami jenis-jenis kecerdasan yang percaya akan kemampuan diri sendiri, dimiliki oleh siswa, sehingga ketika siswa sehingga tidak membutuhkan pujian, memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa guru tersebut dapat mengembangkan dan hormat dari orang lain. Siswa diharapkan mengarahkannya ke hal yang positif. mempunyai kendali diri yang baik, Ada banyak jenis-jenis kecerdasan, mempunyai cara pandang positif terhadap salah satunya adalah kecerdasan orang lain, diri sendiri, dan situasi di luar interpersonal. Kecerdasan interpersonal dirinya. lebih mengedepankan bekerja sama dengan Dalam pola pembelajaran saat ini orang lain. Kecerdasan interpersonal juga anak-anak dituntut untuk menjadi lebih berkaitan dengan faktor interpersonal, aktif dari pembimbing atau pendidiknya, salah satunya adalah kecemasan (anxiety). namun tidak jarang masih banyak siswa Ketika siswa merasa cemas, maka akan yang belum bisa mengikuti model memungkinan kecerdasan pembelajaran semacam ini. Ada banyak interpersonalnya terganggu. Selain itu hal- faktor mengenai hal itu, salah satunya hal yang perlu diperhatikan yang dapat adalah kepercayaan diri. Ini dikarenakan membuat siswa menjadi cemas antara lain, dalam dunia pendidikan khususnya bagi seperti guru yang otoriter, sulit para siswa kepercayaan diri adalah kunci berkonsentrasi, sulitnya materi yang menuju kehidupan yang berhasil dan diberikan oleh guru, dll. Dengan demikian, bahagia. Kepercayaan diri juga adalah Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 2, Mei - Agustus 2016 Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal dan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Efektivitas Model Pembelajaran PBL 108 kunci motivasi diri. Tingkat kepercayaan cantik; bebas dari pengaruh-pengaruh diri yang baik memudahkan pengambilan sosial; berdiri sendiri; dan struktur yang keputusan dan melancarkan jalan untuk saling berhubungan. mendapatkan teman, membangun Matematika dikarakteristikan hubungan, dan membantu kita sebagai sebuah alat untuk menyelesaikan mempertahankan kesuksesan dalam masalah, tiang penyokong ilmu pembelajaran ataupun pekerjaan. Sehingga pengetahuan dan teknologi, dan secara tidak langsung hal ini akan menyediakan jalan untuk memodelkan mempengaruhi prestasi akdemik siswa. situasi yang nyata. Hal tersebut Misalkan saja ketika seorang siswa yang berdasarkan pada Chambers (2008c: 8) pendiam mendapat tugas untuk presentasi. yang mengatakan “Mathematics is Di mana hal ini juga dapat diposisikan bagi characterized as, a tool for solving siswa yang mendapat tugas, bahwa dalam problems, the underpinning of scientific presentasi tersebut dia adalah pemimpin and technological study, providing way to dalam forum diskusi itu. Tentunya bagi model real situations. Berdasarkan hal di siswa yang pasif hal ini tidak mudah dan atas, dapat disimpulkan bahwa matematika membutuhkan perjuangan-perjuangan adalah ilmu pengetahuan tentang logika tersendiri. Tidak lepas dari itu, berarti dan alasan yang digunakan sebagai alat tanpa kepercayaan diri seseorang memiliki untuk menyelesaikan masalah dan sebagai resiko kegagalan ataupun kurang optimal penyokong ilmu pengetahuan dan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. teknologi. Berbanding terbalik dengan siswa yang Berdasarkan uraian di atas, peneliti memiliki kepercayaan diri tinggi, mereka menarik kesimpulan bahwa pembelajaran cenderung berani tampil. Berdasarkan latar adalah serangkaian kegiatan yang belakang tersebut, peneliti ingin direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi melakukan penelitian yang berjudul oleh guru, sehingga terjadi proses interaksi “Mengembangkan Kecerdasan antar siswa, siswa dengan pendidik, siswa Interpersonal dan Kepercayaan Diri Siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan melalui Efektivitas Model Pembelajaran belajar untuk mencapai target belajar yaitu Problem Based Learning (PBL)”. adanya perubahan pengetahuan pada Matematika merupakan salah satu siswa. Pengalaman siswa yang ada dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. proses interaksi meliputi mengamati, Matematika merupakan merupakan salah menanya, mengumpulkan informasi, satu cabang ilmu yang berkaitan erat mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. dengan dunia nyata. Chambers (2008a: 7) Setiap pendidikan pasti melibatkan menyatakan, “Mathematics is objective pemecahan masalah atau rencana untuk facts; a study of reason and logic; a system menyelesaikan masalah, misalkan pada of rig our, purity and beauty; free from perhitungan matematika (apa persamaan societal influences; self-contained; and dari ini?), pada sains (mengapa dan interconnected structures.” Hal ini berarti bagaimana hal itu terjadi?), dan lain-lain. matematika adalah fakta-fakta objektif; Ketika seorang guru merumuskan masalah, sebuah studi tentang alasan dan logika; memberikan fakta, dan prosedur sebuah sistem di sekitar yang murni dan penyelesaian masalah kepada siswa tanpa Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 2, Mei - Agustus 2016 109 M. Saufi, M. Royani memberikan kesempatan kepada siswa memecahkan masalah, atau untuk untuk mengembangkan nalar dan membuat suatu produk, yang dapat penyelidikan mereka, siswa-siswa dinilai dalam satu atau lebih pengaturan mungkin mengingat materi tersebut tetapi budaya. tidak akan benar-benar mengerti atau tidak Selanjutnya terdapat definisi dapat mengaplikasikan materi tersebut. kecerdasan(intelligence) yang diambil dari Problem Based Learning (PBL) pendapat Vernon (Skemp, 1971: 16) adalah menyediakan struktur untuk membantu kumpulan dari rencana skemata atau siswa dalam pembelajaran. mental yang dibangun individu melalui Barrows dan Tamblyn (Delisle, interaksi dengan lingkungan hidupnya, 1937a: 3) mengatakan bahwa “Problem sepanjang keadaan atau kondisinya Based Learning (PBL) is the learning that memungkinkan. Lebih lanjut menurut results from the process of working toward Skemp (1971: 16) kecerdasan memiliki the understanding or resolution of a dua makna yang bernilai. Makna yang problem”. Dengan kata lain PBL adalah pertama adalah suatu “innate potential” pembelajaran yang menghasilkan proses atau potensi bawaan. Makna kedua, fungsi pemahaman atau penyelesaian suatu dari otak, yang mana dalam masalah. Proses-proses tersebut sebagai perkembangannya otak dapat menentukan berikut: (1) The problem is encountered sebagian maupun secara keseluruhan dari first in the learning sequence, before any level rata-rata kematangan (kedewasaan) preparation or study has occurred; (2) The seseorang. problem situation is presented to the Dari beberapa pengertian di atas, student in the same way it would present in dapat disimpulkan bahwa kecerdasan reality; (3) The student works with the merupakan kemampuan yang dimiliki oleh problem in a manner that permits his seseorang untuk melihat suatu masalah ability to reason and apply knowledge to be dalam kehidupan, lalu menyelesaikan challenged and evaluated, appropriate to masalah tersebut atau membuat sesuatu his level of learning; (4) Needed areas of yang dapat berguna bagi orang lain. learning are identified in the process of Menurut Howard Gardner (1983), work with the problem and used as a guide sang penemu Multiple Intelligences yang to individualized study; (5) The skills and berasal dari Harvard University ada salah knowledge acquired by this study are satu tipe kecerdasan yang disebut dengan applied back to the problem, to evaluate multiple intelligences atau kecerdasan the effectiveness of learning and reinforce majemuk. Teori tentang multiple learning; and (6) The learning that has intelegence atau kecerdasan majemuk ini occurred in work with the problem and in menjelaskan cakupan potensi manusia. individualized study is summarized and Teori ini telah memberikan sumbangan integrated into the student’s existing yang cukup besar bagi dunia pendidikan, knowledge and skills (Delisle, 1937b: 3-4). yang sebelumnya lebih banyak Menurut Gardner (1983) “An memberikan fokus perhatian hanya pada intelligence is the ability to solve problems, sisi language dan logical-mathematical or to create products, that are valued intelligence. within one or more cultural settings”. Kecerdasan interpersonal termasuk Kecerdasan adalah kemampuanuntuk salah satu jenis kecerdasan majemuk.Teori Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 2, Mei - Agustus 2016
no reviews yet
Please Login to review.