Authentication
289x Tipe PDF Ukuran file 0.21 MB Source: digilib.esaunggul.ac.id
Etika dan Pendekatan Penelitian dalam Filsafat Ilmu Komunikasi (Sebuah Tinjauan Konseptual dan Praktikal)
ETIKA DAN PENDEKATAN PENELITIAN DALAM FILSAFAT
ILMU KOMUNIKASI (SEBUAH TINJAUAN KONSEPTUAL DAN
PRAKTIKAL)
Muslim
FIKOM – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta 11510
muslim@plasa.com
ABSTRAK
Tulisan singkat ini dibuat berangkat dari fenomena-fenomena masih dan sering dijumpainya
sejumlah indikasi yang merefleksikan kecurangan-kecurangan dalam kegiatan suatu pene-
litian, terutama di kalangan pemula, baik di lingkungan akedemik maupun peneliti. Tujuan
makalah ini, yakni mencoba berupaya mengatasi perbuatan yang tidak etis di dalam suatu
penelitian. Oleh Karena itu makalah ini disampaikan dengan cara konseptual dan praktikal
dengan membagi beberapa aspek dalam etika penelitian, diantaranya adalah: (1) Peneliti;
(2) Subjek yang diteliti; (3) Komunitas disekitar peneliti. (4) Pendekatan penelitian dalam
filsafat ilmu komunikasi; (5) dan Kedudukan Etika Penelitian dalam Filsafat Ilmu
Komunikasi
Kata Kunci: Etika, pendekatan penelitian, etika penelitian
Pendahuluan suatu ketika seorang peneliti dihadapkan pada
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu suatu situasi dan ia harus memutuskan sesuatu
berinteraksi secara terus menerus terhadap diri apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan
sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. berpikir mengenai baik dan buruknya, untung dan
Dalam berinteraksi dengan manusia lain ada ruginya, serta boleh atau tidaknya tindakan itu ia
peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah lakukan. Pada saat itulah mekanisme peralatan
dibuat oleh diri sendiri maupun norma yang telah rohaniah seorang peneliti berjalan. Jika seorang
disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis peneliti dihadapkan pada pertanyaan, “Bolehkah
mau pun peraturan yang tidak tertulis. Salah satu seorang peneliti melakukan apapun demi ilmu
bentuk peraturan adalah etika. Ada etika pengetahuan?” Jawabnya, boleh saja, sejauh itu
bagaimana seorang anak berperilaku kepada bertujuan untuk mengembangkan ilmu penge-
orang tuanya, Ada etika yang mengatur bagai- tahuan. Seyogyanya seorang peneliti harus berfikir
mana seorang dosen mengajar dengan baik dan secara ilmiah. Berpikir ilmiah menurut
benar kepada mahasiswanya, begitu pula maha- Poedjawijatna sebagaimana yang dikutip oleh
siswa berperilaku kepada dosennya, dan ada etika Vardiansyah (2005) ada empat cara berfikir ilmiah
bagaimana polisi harus memperlakukan seorang diantaranya adalah (1) Objektif; (2) Metodis;
pelaku kriminal kejahatan. Ketidaktahuan seorang (3) Sistematis;. dan (4). Universal. Sementara itu
akan etika inilah yang sering lalai membuat menurut Jacob (2004), peneliti dalam melak-
benturan-benturan. Atau, mereka tahu, namun sanakan seluruh kegiatan penelitian harus
masing-masing memakai etika yang berbeda. memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude)
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan serta menggunakan prinsip-prinsip etika pene-
yang paling agung dan sempurna, yang dilengkapi litian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam
dengan peralatan jasmaniah dan rohaniah. Salah penelitian tidak memiliki risiko yang dapat meru-
satu yang membedakan manusia dengan mahluk gikan atau membahayakan subjek penelitian,
yang lainnya adalah manusia diberikan akal, budi, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek
dan hati nurani, selain seperangkat naluri. Bila
Jurnal Komunikologi Vol. 4 No. 2, September 2007 82
Etika dan Pendekatan Penelitian dalam Filsafat Ilmu Komunikasi (Sebuah Tinjauan Konseptual dan Praktikal)
sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan terus mendalami pengetahuan guna mengetahui
martabat kemanusiaan. pola penyampaian pesan dan kepemimpinan
Suatu ketika anda sebagai seorang peneliti dalam organisasi mafia tersebut?
diminta untuk melakukan suatu penelitian menge- Etika penelitian membenarkan seorang
nai pola penyampaian pesan dalam transaksi jual- peneliti untuk membiarkan kejadian tersebut.
beli narkoba yang ada di dalam suatu jaringan Sekali lagi disini kita bicara mengenai cara berpikir
mafia narkotika di Kampung Bali, Tanah Abang, yang ilmiah, tanpa mencampur adukkan pada segi
Jakarta. Yang anda akan teliti adalah bagaimana moralitas dan agama. Bila seorang peneliti sudah
seorang gembong narkotika dalam menyam- mencampur adukkan etika moral dan etika agama
paikan pesan terhadap anak buahnya dalam dengan etika penelitian, maka ceritanya akan men-
transaksi jual beli narkoba. Anda melakukan jadi lain. Mungkin ia melakukan langkah untuk
suatu pengamatan terlibat, dan anda bergabung segera melapor pada polisi, sehingga ia dapat
menjadi anggota mafia tadi. Suatu hari anda tahu menyelamatkan anggota polisi yang tertangkap,
bahwa hari ini akan dilakukan transaksi jual beli dan dalam kondisi ini etika agamalah yang lebih
narkotika. Pada saat transaksi kali ini gembong berperan, dibandingkan dengan etika penelitian.
narkotika atau pemimpin mafia tersebut akan Dengan demikian, maka kita mengambil suatu
turun sendiri untuk melakukan transaksinya. Di kesimpulan bahwa etika sesungguhnya membantu
satu sisi, anda menyadari bahwa anda masih peneliti untuk menentukan tindakan apa yang
belum menemukan informasi bagaimana pola harus diambil, demikian hanya dengan etika
mekanisme terjadinya penyampaian pesan dari penelitian.
kelompok tersebut untuk dijadikan data Lantas apa yang dimaksud dengan etika?
penelitian anda. Apa yang anda lakukan saat itu? Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, adat
Melaporkan ke polisi agar dapat menagkap gem- kebiasaan. Dari kata ini terbentuklah istilah etika
bong mafia yang selama ini sulit mereka tangkap? yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan
Atau membiarkan saja transaksi berlangsung, filsafat moral. Kata “moral” berasal dari bahasa
sehingga anda dapat mengamati bagiamana tran- latin: mos (jamak:mores), yang berati kebiasaan,
saksi dilakukan? adat. Jadi etimologis kata “etika” sama dengan
Di sinilah etika akan berperan dalam kata “moral”. Keduanya berarti adat kebiasaan.
menentukan tindakan apa yang seorang peneliti (Vardiansyah, 2005). Menurut Kamus Besar
ambil. Etika penelitian akan mengarahkan seo- Bahasa Indonesia (1999) etika adalah ilmu ten-
rang peneliti untuk tetap membiarkan transaksi tang apa yang baik dan apa yang buruk dan
berlangsung, sehingga ia dapat mengembangkan tentang hak dan kewajiban. Menurut pandangan
ilmu pengetahuan mengenai pola penyampaian Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat
pesan dan kepemimpinan pada kasus tersebut. merupakan refleksi filsafati atas moralitas masya-
Namun dalam kasus ini, mungkin seorang pene- rakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat
liti tidak akan berpikir berkali-kali untuk meng- moral. Etika membantu manusia untuk melihat
ambil suatu keputusan. Etika penelitian yang ia secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat.
ketahui dengan mudah bisa ia jalankan. Lalu Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih
bagaimana dengan kejadian lain, pada waktu yang menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterap-
lain, suatu ketika pemimpin mafia itu menemukan kan dalam kegiatan penelitian. Etika menurut
bahwa ada anggotanya yang ternyata seorang Johanesen (2001) merupakan kajian umum dan
polisi yang menyamar? Saat itu maka pemimpin sistematik tentang apa yang seharusnya menjadi
mafia memutuskan untuk membunuh anggota prinsip benar dan salah yang praktis, spesifik,
polisi tadi. Apa yang akan ia lakukan? Melaporkan disepakati bersama, dan dialihkan secara kultural.
pada polisi agar mereka dapat menangkap gem- Sementara itu etika penelitian menurut Cooper &
bong mafia, sekaligus menyelamatkan anggota Pamela (2003) sebagaimana yang dikutip oleh
mereka yang tertangkap, atau mencegah sedapat Sangun (2005): “ethics are norms or standards of
mungkin agar pimpinan mafia menghalangi behavior that guide moral choices about our behavior and
niatnya membunuh? Atau membiarkan saja keja- our relationship with others. The goal is to ensure that no
dian pembunuhan itu, sehingga si peneliti bisa one is harmed or suffers adverse consequences from research
83 Jurnal Komunikologi Vol. 4 No. 2, September 2007
Etika dan Pendekatan Penelitian dalam Filsafat Ilmu Komunikasi (Sebuah Tinjauan Konseptual dan Praktikal)
activities”. Jadi, etika adalah sebuah cabang ilmu menyangkut bahasan mengenai persoalan meto-
filsafat yang membahas mengenai nilai dan norma delogi. Sementara itu dalam elemen aksiologi
moral yang menentukan perilaku si peneliti maka esensi kajiannya adalah menyangkut soal
terhadap penelitiannya. Mengapa perlu etis? Para bagaimana kemanfaatan ilmu komunikasi itu
peneliti menghadapi berbagai masalah dalam dalam kaitannya dengan kesejahteraan umat
membina karir mempublikasikan hasil penelitian, manusia (Vardiansyah, 2005).
meningkatkan pengetahuan membangun kewi- Melihat ketiga elemen yang menjadi objek
bawaan. Adanya masalah dan tekanan tersebut, kajian filsafat ilmu di atas, maka jika dikaitkan
ditambah dengan kurangnya kesadaran mereka, dengan bagaimana sejarah lepasnya ilmu dari
bisa menyebabkan peneliti mengambil jalan induknya yang bernama filsafat serta dikaitkan
pintas yang tidak etis. Pada umumnya, perilaku dengan fenomena ke ilmuan pada masa XX
tidak etis disebabkan oleh kurangnya kesadaran dapat kiranya ditafsirkan kalau kedua masa
dan keinginan yang kuat dari peneliti untuk tidak dimkasud, masing-masing menunjukkan feno-
mengambil jalan pintas. Dengan demikian, jelas mena-fenomena yang berbeda akan peran ketiga
bahwa kegunaan etika penelitian memang diper- elemen filosofis tadi terhadap munculnya
lukan untuk melindungi kepentingan semua pihak fenomena etika penelitian.
yang terlibat dalam penelitian, dan mereka yang Pada masa-masa upaya perjuangan ilmu
menggunakan hasil-hasil penelitian. Bagaima- melepaskan diri dari filsafat, persoalan etika pene-
nakah menumbuh kembangkan peneliti yang litian itu secara relatif lebih dikarenakan elemen
beretika? Perilaku etis dapat dikembangkan dan ontologi dan elemen epistomologi. Asumsi demi-
terus dikembangkan oleh peneliti melalui ber- kian, paling tidak dapat dibuktikan dari bagai-
bagai kegiatan. Di antaranya adalah: (1) Mengikuti mana kaitannya upaya pihak Gereja di Eropa
pelatihan yang profersional; (2) Peranan profe- waktu itu untuk melarang para ilmuan meng-
sional peneliti; (3) Dari adanya kontak/hubungan gunakan ajaran Aristoteles dalam menemukan
personal dengan peneliti yang lain. Siapakah kebenaran ilmu filsafat yang pada dasarnya ber-
peneliti yang berperilaku etis ? mereka adalah tentangan dengan ajaran Kristiani. Sehinga
peneliti yang: (1) berorientasi kepada peran pro- akhirnya pada waktu itu banyak yang protes ter-
fesional mereka; (2). Melaksanakan etos saintifik; hadap Para oknum Gereja, maka lahirlah agama
(3) Berinteraksi secara reguler dengan peneliti Kristen Protestan. Ajaran Kontroversial dimak-
yang lain. (Sangun: 2005). sud yaitu terkait dengan Gereja jaman Ortodox
Katolik pada saat itu, yakni mengenai dua hal.
Pertama, dunia berada dalan keabadian. Kedua,
Kedudukan Etika Penelitian dalam Fil- hanya ada satu jiwa bagi seluruh bangsa manusia.
safat Ilmu Komunikasi (Bertens. 2001).
Untuk mengetahui bagaimana kiranya Sementara pada masa-masa awal abad
kedudukan etika penelitian itu dalam konteks XX, saat di mana ilmu telah resmi terlepas dari
filsafat ilmu, maka salah satu cara yang dapat induknya, maka muncul kembali persolan etika
dilakukan adalah melalui pemhaman tentang apa penelitian itu tampak cenderung lebih dikare-
itu obyek kajian dari filsafat ilmu sebagai salah nakan persoalan yang yang berhubungan dengan
satu cabang dari ilmu filsafat (Salam: 1995). elemen aksiologis ilmu. Fenomena Dehumanisme
Ada tiga elemen utama yang menjadi yang banyak bermunculan sebagai akses negatif
objek kajian filsafat ilmu. Ketiganya adalah dari upaya pengembangan ilmu ketika itu,
menyangkut ontologi, epistomologi, dan aksio- menyebabkan ilmuan mempertanyakan kembali
logi. Secara esensial elemen ontologi memfo- tentang makna hakiki dari tujuan dan kegunaan
kuskan telaahnya pada apa yang menjadi objek ilmu bagi kesejahteraan umat manusia Bangsa
kajian ilmu komunikasi. Epistomologi membahas Yahudi yang banyak dijadikan korban praktek
tentang bagaimana cara ilmu komunikasi dalam pengembangan ilmu kedokteran di Jerman, dinilai
berupaya memperoleh kebenaran akan obyeknya. sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan
Maka selain dengan prinsip berfikir korespodensi ilmu karena merendahkan derajad kemanusiaan.
dan koherensi, tercakup pulalah di sini Demikian halnya dengan fenomena korban bom
Jurnal Komunikologi Vol. 4 No. 2, September 2007 84
Etika dan Pendekatan Penelitian dalam Filsafat Ilmu Komunikasi (Sebuah Tinjauan Konseptual dan Praktikal)
atom yang diledakkan di Hirosima dan Nagasaki, sementara tujuan dan kegunaan penelitian mere-
juga dinilai menjadi contoh tidak relevan dengan fleksikan unsur aksiologi. Maka bagi kubu bebas
praktek penggunaan ilmu. nilai, dalam pelaksanaannya tentu tidak merasa
Fenomena pengembangan dan penerapan perlu menerapkan faktor nilai kedalam proses
ilmu pengetahuan yang dilatar belakangi penelitiannya. Karena nilai yang dimkasud hanya
menempatkan manusia dalam posisi negatif dianggap sebagai pengekang kebebasan nilai-nilai
dimasa-masa awal abad XX itu menyebabkan itu sendiri dalam menjalankan ilmu guna mencari
kalangan ilmuan terseret dalam perdebatan soal sebuah kebenarannya. Contoh kelompok tersebut
value atau nilai dalam ilmu pengetahuan. Secara diantaranya berkaitan dengan aktifitas penelitian
kasar, perdebatan ini akhirnya berujung pada cloning manusia yang mendapat reaksi keras dari
terbentuknya dua kubu ilmuan dalam konteks banyak pihak. Lain bagi kubu ilmuan yang tidak
kedudukan nilai dalam ilmu, yaitu: Pertama, kubu bebas nilai, faktor nilai itu sangat penting
ilmuan tidak bebas nilai. Dan, Kedua. Kubu peranannya dalam menjaga sikap dan perilaku
ilmuan bebas nilai. Kelompok pertama mempu- amoral, baik menurut ukuran nilai agama, sosial,
nyai paradigma bahwa nilai perlu ada dalam dan norma-norma msyrakat yang lainnya baik
upaya ilmu mencarai kebenaraannya. Bagi kubu yang tertulis dan tidak tertulis. Penelitian peng-
tersebut, ilmu bertujuan semata-mata hanya kloningan manusia, bagi kubu tidak bebas nilai
untuk mencari dan menemukan kebenaran, dianggap sebagai sebuah riset yang seyogyanya
sedangkan penggunaannya itu tersusun rapi tidak perlu dilakukan karena disamping bisa
dalam diri manusia. Karena faktor nilai menjadi menurunkan hakikat harkat kemanusia itu sendiri,
diperlukan hanya akan mempengaruhi kesuksesan juga dinilai lebih banyak mudaratnya dari pada
ilmu dalam mencari dan mencapai kebenarannya. manfaatnya bagi kehidupan umat manusia. Oleh
Sementara itu kubu kedua, yang bebas nilai, Karena itu, menurut kubu ini, biayanya puluhan
kalangan ilmuan tersebut beranggapan bahwa juta dollar untuk permanusia kloning itu,
masalah nilai bisa diabaikan dalam ilmu karena dianggap sebagai tindakan penghamburan uang
bisa menyebabkan ilmu itu menjadi jauh atau lari yang hanya dapat memenuhi kepentingan sedikit
dari tujuannya semula, yakni mensejahterakan orang saja, yakni seklompok ilmuan bebas nilai
ummat manusia. Pemanfaatan para tahann akan jauh lebih baik, jika biayanya sebanyak itu
bangsa yahudi di Jerman yang digunakan sebagai dilakukan untuk membiayai kehidupan manusia
bahan praktek pengembangan ilmu kedokteran asli saja masih banyak kualitasnya yang jauh dari
misalnya sangat dikecam oleh kubu tidak bebas harapan. Ada yang busung lapar karena kurang
nilai, sebab dianggap bukan mensejahterakan gizi, kurang pendidikan dan lain sebagainya.
melainkan justru membuat manusia menjadi hina
dan menderita.
Dengan kemunculan dua kubu ilmuan Aspek-aspek Dalam Etika Penelitian
dalam memandang posisi dan kedudukan nilai Lalu apa saja yang diatur oleh etika
dalam ilmu pengetahuan kiranya ini menandakan penelitian. Menurut Milton (1999) ada empat
kalau dikalangan sesama ilmuan itu sendiri, tidak aspek utama yang perlu dipahami oleh seorang
terdapat kesepakatan menyangkut soal peran nilai peneliti yaitu: (1) Respect for human dignity: meng-
dalam ilmu pengetahuan. Terbaginya kalangan hormati harkat dan martabat manusia. (2) Respect
ilmuan kedalam dua kubu ini, berimplikasi ter- for privacy and confidentiality: menghormati privasi
hadap konsekwensi penerapan nilai didalam dan kerahasiaan subyek penelitian. (3) Respect for
proses menemukan suatu kebenaran secara justice and inclusiveness: keadilan dan inklusivitas dan
ilmiah, yang secara tradisi dilakukan lewat (4) Balancing harms and benefits: memperhitungkan
aktifitas riset atau penelitian ilmiah. manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Semen-
Penelitian pada dasarnya adalah refleksi tara itu menurut Singleton (1997) setidaknya ada
atas penerapan tiga elemen pokok ilmu secara tiga aspek yang terkait dengan etika penelitian.
filosofis yaitu, masalah pokok sebagai cerminan Ketiganya meliputi peneliti itu sendiri, subyek
aspek ontologis, metodelogis penelitian sebagai yang diteliti serta komunitas di sekitar peneliti.
mencerminkan sebagai aspek epistomologis,
85 Jurnal Komunikologi Vol. 4 No. 2, September 2007
no reviews yet
Please Login to review.