Authentication
213x Tipe PDF Ukuran file 0.13 MB Source: media.neliti.com
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al. CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH CALVING INTERVAL AT LACTATING DAIRY CATTLE IN BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TENAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO CENTRAL JAVA a b b Yuli Prasetiyo , Madi Hartono , dan Siswanto a TheStudent of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University b TheLecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347 ABSTRACT The aim of this research are to know calving interval and factor´s at lactation dairy cattle in BBPTU-HPT th th Baturraden Purwokerto Central Java. This research was conducted on April 29 -- May 13 2014 to on 151 heads lactating dairy cattle. This research used sensus method, data obtained was real data that present and accuread in BBPTU-HPT Baturraden. Analysis data used regression analysis with SPSS (Statistik Packet for Social Science). The result showed that the calving interval at lactating dairy cattle in BBPTU-HPT Baturraden is 14.80 ± 3.36 months. Factor that effect calving interval at lactating dairy cattle in BBPTU- HPT Baturraden from the herds man level are the number of cattle that maintain positively associated with factor value 0.177 and the distance between the cow shed with office that negatively assosiated with factor value 0.243. factor that efect calving interval on dairy cattle at the level of cattle are the age dairy cattle that positively associated with factor value 0,247;, periode lactation that negatively assosiated with factor value 0,287;, mating partus that positively associated with factor value 0,057;, lactating period that positively associated with factor value 0,904;, and dry priod that positively associated with factor value 0,961. (Keywords: Calving interval, Lactating dairy cattle, Factors and value) PENDAHULUAN peningkatan populasi sapi perah dan produksi susu. Peningkatan tersebut dapat ditempuh Perkembangan dan kemajuan teknologi melalui perbaikan secara eksternal dan internal. yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan Salah satu faktor internal adalah efisiensi mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat reproduksi pada sapi perah tersebut. Reproduksi yang ditandai dengan peningkatan kebutuhan pada ternak perah sangat erat hubunganya dengan protein hewani. Meningkatnya kesejahteraan dan perkembangan populasi dan kemampuan produksi tingkat kesadaran masyarakat tentang pemenuhan susu. gizi khususnya protein hewani juga turut Pengukuran efisiensi kinerja reproduksi meningkatkan angka permintaan produk pada sapi perah dapat dilakukan dengan peternakan. Salah satu produk peternakan sebagai mengukur calving interval. Calving interval sumber protein hewani adalah susu yang merupakan jumlah hari atau bulan antara dihasilkan oleh sapi perah. Sapi perah merupakan kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya salah satu penghasil protein hewani, yang dalam yang sangat berpengaruh terhadap efisiensi pemeliharaanya selalu diarahkan pada reprodusi sapi perah. Menurut Sudono et al., peningkatan produksi susu. 2003, calving interval yang bermasalah dan dapat Sapi perah adalah salah satu hewan ternak merugikan para peternak adalah >14 bulan. penghasil susu, tingginya produksi susu yang dihasilkan mampu menyuplai sebagian besar kebutuhan susu di dunia. Jika dibanding jenis MATERI DAN METODE ternak penghasil susu yang lain seperti kambing, domba dan kerbau, maka sapi perah mempunyai Penelitian dilaksanakan pada 29 April -- kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan 13 Mei 2014, pada ternak yang ada di BBPTU- susu yang terus meningkat dari tahun ke tahun. HPT Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. Upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi Alat dan bahan yang digunakan dalam susu dalam negeri dapat dicapai melalui penelitian ini adalah sapi perah laktasi, kuisioner 54 Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al. untuk anak kandang, kuisioner ternak yang ada di Analisis Data BBPTU-HPT, Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi. Sebelum dilakukan Teknik Pengambilan Data analisis data, dilakukan pengkodean terhadap data ternak dan anak kandang untuk memudahkan Metode penelitian yang dipakai adalah metode analisis yang kemudian diolah dalam program sensus. Data yang digunakan adalah data primer SPSS (statistik packet for social science) dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara (Sarwono, 2006). mengamati ternak dan manajemen pemeliharaan Variabel dengan nilai P dikeluarkan dari sapi perah laktasi serta melakukan wawancara penyusunan model kemudian dilakukan analisis kepada anak kandang. Data sekunder adalah data kembali sampai didapatkan model dengan nilai P yang diperoleh dari rekording. Pengambilan data menggunakan cara sensus dengan mendata semua sapi perah laktasi yang memiliki nilai calving HASIL DAN PEMBAHASAN interval di BBPTU-HPT Baturraden. Gambaran Umum Peternakan di BBPTU-HPT Variabel Yang Digunakan Baturraden Variabel yang digunakan dalam penelitan Dari hasil sensus yang dilakukan diperoleh ini adalah variabel dependent dan independent. 8 perawat ternak dengan jumlah sapi perah laktasi Variabel dependent yang digunakan adalah nilai 151 ekor. Data perawat ternak menunjukkan calving interval pada sapi perah laktasi, bahwa sebanyak 4 orang lulus SMA (50%), dan 4 sedangkan variabel independent adalah orang peternak lulus SD (50%). Perawat ternak pendidikan anak kandang, pernah mengikuti yang pernah mengikuti kursus sebanyak (100%). kursus, pengetahuan birahi dan perkawinan, cara Semua perawat ternak memelihara sapi sebagai perkawinan, waktu pemeriksaan kebuntingan pekerjaan utama (100%). Pada saat sapi, frekuensi pemerahan yang dilakukannya, dilaksanakanya penelitian, lama perawat ternak frekuensi pemberian hijauan, jumlah pemberian memelihara sapi perah laktasi rata-rata adalah hijauan, frekuensi pemberian konsentrat, jumlah 20,75±4,03 tahun. pemberian konsentrat, sistem pemberian air Para perawat ternak memiliki pengetahuan minum, jumlah pemberian air minum, letak cara beternak secara turun-temurun sebanyak 2 kandang, bentuk dinding kandang, bahan lantai perawat ternak (25%), sedangkan 6 perawat kandang, luas kandang perekor, umur sapi, ternak (75%) mengetahui cara beternak dari periode laktasi sapi, produksi susu yang belajar. Semua perawat ternak mengetahui cara dihasilkan per hari, lama waktu kosong sapi, skor mengawinkan dan birahi pada sapi perah laktasi kondisi tubuh sapi, jumlah perkawinan yang laktasi (100%). Pemeriksaan kebuntingan pada menghasilkan kebuntingan, penyusuan secara ternak dilakukan oleh semua perawat ternak. langsung oleh pedet secara langsung hingga sapih, Ternak diberi hijauan 2 kali/hari dengan umur penyapihan pedet, lama masa laktasi sapi, jumlah pemberian hijauan sebanyak 50 lama masa kering sapi, penyakit-penyakit kg/ekor/hari. Pemberian konsentrat dengan reproduksi yang dialami sapi. frekuensi 2 kali/hari dengan jumlah 10 kg/ekor/hari. Sistem pemberian air minum secara Pelaksanaan Penelitian takterbatas (adlibitum). Bentuk dinding kandang yang digunakan yaitu Dalam penelitian ini langkah pertama yang terbuka. Letak kandang 10,77±5,33 meter dari dilakukan dalam pengumpulan data adalah kantor dengan luas kandang 5,60 m2/ekor. Bahan melakukan sensus terhadap sapi perah betina lantai kandang tersebut terbuat dari karpet. Bahan produktif yang ada di BBPTU-HPT Baturraden. atap kandang yang digunakan adalah asbes. Data-data yang dibutuhkan diperoleh dengan cara pengisian kuisioner kepada perawat ternak dan Gambaran Umum Ternak Di BBPTU-HPT melihat catatan yang ada di BBPTU-HPT Baturraden Baturraden. Pengisian kuisioner dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung Dari 151 ekor sapi perah laktasi yang terhadap anak kandang dan melihat rekording disensus, rata-rata calving interval (CI) yaitu yang ada, dan mengamati manajemen 14,80±3,36 bulan. Rata-rata umur sapi yang pemeliharaan sapi perah yang ada dilokasi dipelihara adalah 4,37±1,65 tahun dengan rata- penelitian. rata produksi susu perhari 11,89±6,98 liter. Kondisi tubuh sapi perah dengan skor 2 yaitu 30 ekor (19,87%), skor kondisi tubuh 3 yaitu 121 55 Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al. ekor (80,3%). Sapi perah laktasi yang berada pemberian air minum, bentuk dinding kandang, pada laktasi ke- 2 sebanyak 112 ekor (74,17%), bahan lantai kandang, bahan atap kandang, dan laktasi ke- 3 sebanyak 20 ekor ( 13,25 %), laktasi luas kandang perekor tidak memengaruhi CI di ke-4 sebanyak 8 (5,30%), laktasi ke-5 sebanyak 3 BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto. (1,99%), laktasi ke-6 sebanyak 4 (2,65%), laktasi ke-7 sebanyak 3 ekor (1,99%), dan laktasi ke-8 Jumlah sapi yang dipelihara sebanyak 1 ekor (0,66%), dengan rata-rata berada pada laktasi ke 2,54±1,18. Lama waktu Jumlah sapi perah laktasi yang dipelihara kosong sapi perah laktasi selama 5,58±2,95 bermakna ( P = 0,000) dan berasosiasi positif bulan. Kejadian service per conception (S/C) terhadap calving interval, dengan besar faktor yang terjadi sebesar 2,11±1,24. Panjang masa 0,177 yang berarti semakin banyak jumlah sapi laktasi 11,01±1,17 bulan dengan lama kering perah laktasi yang dipelihara maka akan 3,79±3,12 bulan. Penyapihan dilakukan secara memperpanjang lama calving interval. Rata-rata langsung setelah induk beranak. Kasus penyakit jumlah sapi perah laktasi yang dipelihara setiap reproduksi yang terjadi antara lain adalah retensio perawat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah secundinae sebanyak 2 ekor (1,32%), abortus 18,88±7,74 ekor/perawat ternak. Hasil ini sebanyak 2 ekor (1,32%), dan endometritis berbeda dengan hasil penelitian Hartono (1999) sebanyak 11 ekor (7,28%). bahwa semakin banyak jumlah sapi yang dipelihara maka selang beranak dapat Faktor-faktor Perawat Ternak yang diperpendek. Hal ini dikarenakan peternak sangat Memengaruhi Calving Interval memperhatikan ternaknya karena peternak telah merasakan hasil dari memelihara ternak di Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BBPTU-HPT Baturraden perawat ternak kurang panjang CI pada sapi perah laktasi di BBPTU- termotivasi untuk merawat ternak dengan jumlah HPT Baturraden adalah 14,80± 3,36 bulan. Hal banyak karena perawat ternak digaji perbulan ini menunjukkan bahwa CI pada sapi perah laktasi tidak berdasarkan hasil yang diperoleh. Apabila di Baturraden berada dalam kondisi yang jumlah ternak yang dipelihara lebih sedikit, maka merugikan. Menurut Sudono et al.,2003, CI perawat ternak akan lebih memperhatikan ternak yang bermasalah dan dapat merugikan para yang dipelihara dengan baik. Dengan demikian peternak adalah lebih dari 14 bulan. Hasil secara tidak langsung siklus reproduksi akan penelitian ini menunjukkan bahwa dari 151 ekor menjadi lebih baik seperti dalam hal deteksi birahi sapi perah laktasi yang disensus hanya 59 ekor yang lebih terawasi sehingga nilai S/C nya DWDXVDSLSHUDKODNWDVL\DQJ&,Q\D menjadi lebih rendah, penanganan penyakit- bulan. Hasil ini ternyata lebih kecil dibandingkan penyakit reproduksi yang lebih cepat, dan secara dengan asumsi bahwa CI di BBPTU-HPT tidak langsung akan dapat memperpendek calving Baturraden lebih dari 14 bulan adalah 55,7%. interval. Faktor-faktor yang memengaruhi CI pada tingkat perawat ternak di BBPTU-HPT Letak kandang dari kantor Baturraden adalah jumlah sapi yang dipelihara berasosiasi positif dengan besar faktor 0,177, dan Letak kandang dari kantor mempunyai letak kandang yang berasosiasi negatif dengan makna (P = 0,00) dan berasosiasi negatif pada besar faktor 0,243. Persamaan regresi yang calving interval, dengan besar faktor 0,243 yang didapat pada tingkat perawat ternak adalah: berarti semakin jauh kandang tersebut didirikan Ó = 15,676 + 0,177(JMLSAPI) ± 0,243 dari kantor maka calving interval akan semakin (LTKKDG) pendek. Jarak letak kandang dari kantor di lokasi penelitian adalah 18,50 ± 5,73 meter. Letak Keterangan : kandang yang terpisah dengan kantor akan Ó : nilai duga calving interval mempermudah terjadinya sirkulasi udara dan JMLSAPI : jumlah sapi yang dipelihara proses fisiologis dapat berjalan normal dan LTKKDG : letak kandang dari kantor kejadian stress pada sapi dapat dicegah sehingga tidak mengganggu siklus reproduksi. Pada tingkat perawat ternak, umur perawat Menurut Sudono et.al. (2003), kandang ternak, pendidikan perawat ternak, lama kerja yang baik harus memiliki siklus udara yang cukup perawat ternak, pernah mengikuti kursus, dan mendapat sinar matahari serta tidak lembab. pengetahuan beternak, pengetahuaan birahi dan Keadaan kandang yang terpisah akan perkawinan, cara perkawinan, pemeriksaan memudahkan penanganan ternak dan deteksi kebuntingan, lama thawing, frekuensi birahi sehingga meningkatkan tingkat konsepsi pemerahaan, frekuensi pemberian hijauan, jumlah yang berakibat jarak beranak semakin pendek. pemberian hijauan, frekuensi pemberian konsentrat, jumlah pemberian konsentrat, sistem 56 Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 7-14, Feb 2015 Yuli Prasetyo et al. Faktor-faktor Ternak Yang Memengaruhi pertumbuhan pada saat bunting sehingga terjadi Calving Interval: persaingan untuk mendapatkan makanan dengan fetus, akibatnya setelah melahirkan waktu Faktor-faktor yang memengaruhi CI pada kosongnya lebih panjang. tingkat ternak adalah umur yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,247, periode laktasi Periode laktasi yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,287, perkawinan postpartus yang berasosiasi Periode laktasi bermakna ( P = 0,013) dan positif dengan besar faktor 0,059, lama laktasi berasosiasi negatif terhadap calving interval yang berasosiasi positif dengan besar faktor dengan besar faktor 0,287. Hal ini bermakna 0,904, dan lama waktu kering berasosiasi positif bahwa semakin banyak periode laktasi seekor sapi dengan besar faktor 0,961. maka calving interval akan semakin pendek. Persamaan regresi pada tingkat ternak Pada saat dilakukan penelitian rata-rata periode yang didapat adalah : laktasi sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden adalah 2,54. Panjangnya CI di BBPTU-HPT Ó = 0,869+0,247( UMUR)± 0,287(PERLAK) + Baturraden dikarenakan sebagian besar sapi 0,059 (PKWNPOSTPART) + 0,904 tersebut berada pada laktasi kedua. Hal ini sesuai (LAMLAK) + 0,961 (KERING) dengan pendapat Werth et al., (1995), bahwa calving interval paling lama ditemukan pada sapi Keterangan : laktasi pertama dan kedua, dan selang beranak Ó : nilai duga calving interval paling singkat pada sapi laktasi ke lima dan ke UMUR : umur ternak enam. Hal ini disebabkan sapi yang bunting pada PERLAK : periode laktasi periode laktasi pertama dan kedua masih dalam PKWNPOSTPART : perkawinan kembali fase pertumbuhan sehingga terjadi persaingan setelah beranak untuk mendapatkan makanan dengan fetus, LAMLAK : lama masa sapi laktasi sedangkan pada periode laktasi ke lima dan KERING : lama masa kering sapi keenam fertilitas akan meningkat dan akan turun setelah periode ke enam. Faktor produksi susu, lama waktu kosong, Berdasarkan penelitian Nieuwhof et al. skor kondisi tubuh, service perkonsepsi dan (1989) di Amerika serikat menunjukkan bahwa gangguan reprodusi tidak memengaruhi panjang rata-rata selang beranak sapi Holstein pada laktasi CI pada sapi perah laktasi yang ada di BBPTU- pertama adalah 394,2 hari, menurun menjadi HPT Baturraden. 392,8 hari pada laktasi kedua, kemudian meningkat lagi pada laktasi ketiga menjadi 394,6 Umur ternak hari, 398,1 hari pada laktasi keempat, 400,4 hari pada laktasi kelima, dan pada laktasi keenam Umur ternak bermakna (P = 0,007) dan meningkat menjadi 404,7 hari. berasosiasi positif terhadap calving interval dengan besar faktor 0,247. Hal ini bermakna Perkawinan postpartus bahwa semakin tua umur ternak maka akan memperpanjang calving interval. Rata-rata umur Perkawinan postpartus bermakna ( P = sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden 0,036) berasosiasi positif terhadap calving adalah 4,37±1,65 tahun. Calving interval akan interval dengan besar faktor 0,059. Hal ini semakin panjang pada ternak sapi yang sudah tua. bermakna bahwa semakin lambat perkawinan Panjangnya calving interval tersebut dikarenakan yang dilakukan setelah beranak maka calving terjadinya penurunan fungsi organ-organ interval akan semakin panjang. Perkawinan reproduksi dalam memproduksi hormon-hormon postpartus di BBPTU-HPT Baturraden rata-rata reproduksi sehingga menyebabkan penurunan adalah 3,51 ± 1,74 bulan. Berdasarkan penelitian fertilitas (Pohan dan Talib, 2004). Kurniawan (2009) di Koperasi peternakan Menurut Van Denmark dan Salisbury Bandung Selatan lamanya perkawinan postpartus (1950), pada sapi betina fertilitas akan meningkat yaitu 2,98±0,85 bulan. secara terus menerus sampai umur 4 tahun dan Lamanya perkawinan postpartus ini akan melambat sampai umur 6 tahun, dan pada kemungkinan disebabkan perawat ternak kurang akhirnya akan menurun secara bertahap apabila memperhatikan munculnya birahi pada sapi yang induk tersebut semakin tua. Berdasarkan dipelihara karena jumlah sapi yang dipelihara penelitian Werth et al. (1995) bahwa sapi-sapi cukup banyak, sehingga pengamatan terhadap yang berumur 4 tahun mempunyai selang beranak munculnya estrus banyak yang tidak teramati lebih pendek apabila dibandingkan dengan sapi- sehingga pelaksanaan IB tidak tepat dan tidak sapi yang bunting pada umur 2 dan 3 tahun. Sapi terjadi kebuntingan. Apabila perkawinan setelah yang berumur 2 tahun masih mengalami beranak terlambat berarti harus menunggu siklus 57
no reviews yet
Please Login to review.