Authentication
476x Tipe PDF Ukuran file 0.23 MB Source: a-research.upi.edu
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA
“Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia”
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL
MENGGUNAKAN BIOFLOKULAN DENGAN METODE SISTEM
FLOW SKALA LAB BAGIAN HULU DAN HILIR.
Oleh:
Omay Sumarna, Ijang Rohman, Irfan Ariefianto
Khalid Muharam, Dini Mardini, Rini Herawati
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FPMIPA UPI BANDUNG
ABSTRAK
Pengolahan limbah cair industri tekstil dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
unit operasi, yaitu unit operasi kimia, fisika, dan biologi. Agar diperoleh kualitas efluen
yang baik, maka pengolahan limbah cair harus dilakukan secara terpadu dengan
menggabungkan beberapa unit operasi. Model instalasi pengolahan limbah tipe-A yang
digunakan pada pengolahan ini telah menggabungkan unit operasi kimia, biologis, dan
kimia-fisika pada tahap pengolahan primer, sekunder, dan tersiernya. Pada penelitian ini,
alum digunakan sebagai koagulan dan BIOFLOK-DD dan BIOFLOK-DYT digunakan
sebagai flokulan untuk mengolah limbah PT.CAGM pada tahap pengolahan primer yang
ada di bagian hulu. Bagian hilir terdiri dari tahap pengolahan sekunder dan tersier,
dimana metode lumpur aktif digunakan pada pengolahan sekunder. Dosis alum dan
BIOFLOK-DD yang berhasil dioptimasi masing-masing sebesar 200 ppm dan 1% dengan
debit flokulan 1 ml/menit. Sedangkan dosis alum dan BIOFLOK-DYT optimum yang
diperoleh berturut-turut adalah 50 ppm dan 0,2%. Limbah cair hasil olahan primer
dengan BIOFLOK-DD maupun dengan BIOFLOK-DYT menunjukan bahwa limbah
tersebut telah memenuhi kriteria limbah layak buang. Pada pengolahan skunder, waktu
aerasi optimum yang dibutuhkan oleh mikroba untuk mendegradasi polutan dalam limbah
yaitu sebesar 24 jam, baik untuk efluen yang diolah dengan BIOFLOK-DD maupun
BIOFLOK-DYT. Secara umum, sistem instalasi pengolahan limbah yang digunakan pada
penelitian ini sangat efektif digunakan dalam pengolahan limbah cair PT.CAGM.
Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004 1
1. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Air merupakan materi yang
vital dalam menjalankan hidup ini sehingga penggunaan air tidak lepas dari semua bidang
kehidupan. Konsumsi air di segala bidang, khususnya bidang industri, pertanian, dan rumah
tangga, terus meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk dan kebutuhan
manusia.
Indonesia sekarang ini sedang berkembang menuju perubahan menjadi negara
industri. Salah satu industri yang cukup vital di negara ini adalah industri tekstil. Industri
tekstil Indonesia menghasilkan serangkaian produk yang dapat melengkapi kebutuhan tekstil
dalam dan luar negeri. Menjamurnya industri tekstil di Indonesia di satu sisi dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk
dan mengurangi jumlah pengangguran karena industri tekstil tersebut dapat membuka lahan
pekerjaan baru bagi masyarakat.
Di sisi lain, pembangunan industri tekstil yang kebanyakan terletak di daerah aliran
sungai (DAS) telah menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar dan lingkungan.
Kebanyakan industri tekstil di Indonesia belum mengoptimalkan instalasi pengolahan
limbahnya, kebanyakan industri tersebut membuang limbahnya pada DAS. Hal tersebut
tentu saja dapat mengurangi kualitas lingkungan, khususnya air dan tanah.
Permasalahan yang timbul akibat buangan limbah industi tersebut umumnya meliputi
masalah Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total
Suspended Solid (TSS), dan logam berat seperti Co, Cr, dan Zn yang berada dalam
konsentrasi yang sangat tinggi dan bahkan melebihi konsentrasi ambang batas yang
diperbolehkan menurut KEPMENKLH No.4 th. 2002. Oleh karena itu, sebelum dibuang ke
DAS, limbah industri tersebut harus diolah sehingga konsentrasi COD, BOD, TSS, dan
logam berat menjadi turun.
Pengolahan limbah cair industri tekstil meliputi pengolahan secara fisika, kimia, dan
biologi. Pengolahan limbah secara kimia yaitu pengolahan limbah cair dengan menggunakan
zat-zat kimia untuk mengurangi kadar padatan terlarut dan logam berat. Contoh proses
pengolahan secara kimia adalah pengendapan dengan cara koagulasi dan flokulasi. Koagulan
Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004 2
yang digunakan pada saat koagulasi adalah alum, FeCl, dan Fe (SO ) . Sedangkan flokulan
3 2 4 3
yang biasa digunakan dalam proses flokulasi berupa flokulan sintetik (KPE, APE, dan NPE).
Pengolahan limbah cair secara kimia biasanya dilakukan melalui proses koagulasi-
flokulasi. Koagulan / flokulan yang biasa digunakan dalam proses ini pada awalnya berupa
bahan sintetik. Penggunaan polimer sintetik sebagai flokulan hingga saat ini masih banyak
digunakan karena kemampuannya meningkatkan efisiensi penurunan turbiditas hingga
69 % (Turkman et al., 1991). Namun, pembuatan polimer yang cukup rumit dan memerlukan
teknologi tinggi, menyebabkan harganya mahal. Kelemahan ini mendorong untuk
ditemukannya flokulan jenis baru yang lebih murah.
Berkaitan dengan kebutuhan akan flokulan, tim riset pengusul penelitian ini
sebelumnya telah berhasil menemukan enam produk flokulan alam (disebut, bioflokulan),
yaitu: BIOFLOK-DYT, BIOFLOK-TAD, BIOFLOK-SIKA, BIOFLOK-DD, dan BIOFLOK-
TR. Dua bioflok tersebut, yaitu BIOFLOK-DYT, BIOFLOK-TAD tengah digunakan di
beberapa industri tekstil di Jawa Barat.
Penggunaan bioflokulan sebagai pengganti flokulan sintetik perlu diketahui
bagaimana efektifitasnya apabila digunakan dalam suatu sistem pengolahan air mengalir,
mengingat dalam prakteknya, berbagai industri mengolah limbahnya dalam suatu instalasi
pengolahan secara menyeluruh. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah diperolehnya
kondisi optimum pengolahan limbah industri tekstil dengan menggunakan sistem flow skala
lab bagian hulu dan hilir, sehingga diperoleh hasil olahan limbah dengan kualitas yang layak
untuk dikonsumsi kembali oleh industri dan masyarakat. Metode kerja untuk mencapai target
tersebut menyangkut konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Data yang diperoleh secara batch tidak dapat diaplikasikan secara langsung ke dunia
industri, melainkan harus ditunjang oleh data-data yang diperoleh dari penelitian dengan
metode flow system skala lab atau skala pilot. Pada penelitian ini, BIOFLOK-DD dan
BIOFLOK-DYT telah digunakan sebagai flokulan dalam pengolahan limbah cair PT.CAGM.
2. TELAAH KEPUSTAKAAN
Untuk mengontrol dan mengawasi kualitas lingkungan, khususnya air sungai di
Indonesia, pemerintah melalui KEPMENKLH No. 4 Thn 2002 telah mengeluarkan
keputusan bahwa kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sungai harus memenuhi
Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004 3
standar tertentu. Adapun parameter yang harus diukur kadarnya untuk limbah cair pabrik
tekstil adalah:
§ Zat organik terlarut (yang menyebabkan turunnya harga DO)
§ Padatan tersuspensi (TSS/TS)
§ Zat organik trace (contoh fenol)
§ Logam berat, ( contoh Cr) dan sianida
§ Warna dan turbiditas
§ Floating material (oil dan grease)
Polutan yang ada pada limbah cair pabrik tekstil biasanya berupa koloid dan zat
terlarut. Namun akibat berbagai proses pada produksi tekstil, hampir kebanyakan polutan
berada dalam bentuk koloid. Cara yang umum digunakan untuk mengatasi partikel limbah
dalam bentuk koloid adalah proses destabilasi koloid, sehingga partikel-partikel tersebut
dapat dipisahkan dari badan air. Pada dasarnya jenis koloid dapat dikategorikan sebagai
koloid hidrofob dan koloid hidrofil. Koloid hidrofob berperan dalam penampakan warna
pada permukaan air, hal ini disebabkan oleh bagian R-NH atau R-OH dari partikel koloid
2
tersebut. Bagian-bagian yang elektronegatif mengakibatkan terjadinya ikatan hydrogen
dengan molekul air. Permukaan yang elektronegatif tersebut saling menolak dan
menghalangi terjadinya pembentukan agregat. Sedangkan koloid hidrofil berasal dari adanya
partikel-partikel mineral yang terhidrolisis, sehingga pada permukaan koloid terkonsentrasi
muatan negatif yang saling menolak dan mencegah terjadinya agregat. Pada dasarnya koloid
tidak pernah 100% hidrofob dan tidak pula 100% hidrofil.
Salah satu cara destabilisasi koloid adalah pentralan muatan listrik melalui
penambahan suatu koagulan sehingga terjadi penggabungan partikel-partikel koloid menjadi
agregat-agregat yang lebih besar. Koagulasi merupakan proses agregasi yang terjadi akibat
adanya gaya elektrostatik antara partikel-partikel koloid yang memiliki muatan yang
berlawanan. Adapun tujuan dari proses koagulasi adalah untuk memisahkan partikel-partikel
koloidal yang melayang-layang dalam air sehingga membentuk agregat yang dapat
mengendap. Beberapa koagulan yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah
tawas, garam besi dan kapur yang amat efektif untuk mengendapkan partikel koloidal yang
berasal dari logam berat; Besi(III) klorida yang dapat terhidrolisis menjadi Fe(OH)3 dapat
mengikat 92% koloidal arsen, seng, nikel, mangan dan raksa.
Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004 4
no reviews yet
Please Login to review.