Authentication
303x Tipe PDF Ukuran file 0.70 MB Source: digilib.uns.ac.id
ppeerrppuuststaakakaaann..uunns.s.aac.c.iidd ddiiggiilliibb..uunns.s.aac.c.iidd
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C dan
16
sodium atau potasium. Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses
saponifikasi yang merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida pada minyak
melalui reaksi dengan basa dan akan menghasilkan produk samping yaitu gliserin.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft
soap). Lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah lemak hewan,
sedangkan minyak yang digunakan antara lain minyak kelapa dan minyak kelapa
sawit (Barel dkk., 2009).
Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:
Trigliserida Alkali Gliserin Sabun
(Swern, 1979)
Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan metode proses dingin (cold
process) dan proses panas (hot process). Perbedaan kedua proses tersebut terletak
pada ada dan tidaknya proses pemanasan setelah reaksi penyabunan terjadi.
Pemanasan yang dilakukan ditujukan untuk mempercepat penghilangan sisa alkali
sehingga memperpendek waktu curing. Sabun yang dihasilkan dengan metode
proses dingin memerlukan waktu curing 2-4 minggu. Sedangkan sabun yang
dihasilkan dengan metode proses panas dapat digunakan setelah 1 jam (Dana,
2016).
ccoommmmiitt ttoo uusserer
4
4
ppeerrppuuststaakakaaann..uunns.s.aac.c.iidd ddiiggiilliibb..uunns.s.aac.c.iidd
Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua
sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat
non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun,
yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang
menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes
sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap
tersuspensi (Fessenden & Fessenden, 1986).
II.2 Sabun Mandi
Sabun mandi merupakan sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses
saponifikasi atau netralisasi dari lemak, minyak, wax, rosin atau asam dengan
basa organik atau anorganik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (SNI, 2016).
Berikut tabel syarat dan mutu sabun mandi berdasarkan SNI 3532:2016.
Tabel II.1 Syarat dan Mutu Sabun Mandi
No Kriteria Uji Mutu
(% Fraksi massa)
1 Kadar air Maks. 15,0
2 Total lemak Min. 65
3 Bahan tak larut dalam etanol Maks. 5,0
Alkali bebas
Maks. 0,1
4 (dihitung sebagai NaOH)
5 Asam lemak bebas
(dihitung sebagai Asam Oleat) Maks. 2,5
6
Kadar klorida Maks 1,0
7
Lemak tidak tersabunkan Maks. 0,5
(SNI, 2016)
II.3 Minyak Nabati
Minyak nabati berasal dari bahan baku seperti kelapa, kelapa sawit,
ccoommmmiitt ttoo uusserer
jagung, kedelai, biji bunga matahari, dan sebagainya. Kandungan utama dari
5
ppeerrppuuststaakakaaann..uunns.s.aac.c.iidd ddiiggiilliibb..uunns.s.aac.c.iidd
minyak nabati adalah asam lemak, yang terdiri dari asam lemak jenuh (asam
palmitat, asam stearat) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat atau Omega 9 dan
asam linoleat atau Omega 6) (Utami, 2013).
Setiap jenis asam lemak memberikan sifat yang berbeda dalam sabun yang
terbentuk. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik
untuk pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk
kekerasan dan daya detergensi. Penggunaan asam lemak rantai panjang C dan
16
C18 akan menghasilkan sabun batangan dengan struktur yang lebih kompak dan
dapat mencegah atau memperlambat disintegrasi sabun saat terpapar air
sedangkan asam lemak dengan rantai pendek yang memiliki kelarutan yang tinggi
berperan dalam kemampuan sabun untuk menghasilkan busa.
Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat
dilihat pada Tabel II.2.
Tabel II.2 Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun
Asam Lemak Karakteristik Sabun
Asam laurat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
(C H COOH) lembut
11 23
Asam ricinoleat Melembabkan, menghasilkan busa yang stabil dan
(C H O ) lembut
18 34 3
Asam palmitat
Keras, menghasilkan busa yang stabil
(C H COOH)
16 31
Asam stearat
Keras, menghasilkan busa yang stabil
(C H COOH)
17 31
Asam oleat
Melembabkan kulit
(C H COOH)
17 33
Asam linoleat
Melembabkan kulit
(C H COOH)
17 31
ccoommmmiitt ttoo uusserer
6
ppeerrppuuststaakakaaann..uunns.s.aac.c.iidd ddiiggiilliibb..uunns.s.aac.c.iidd
Minyak nabati yang dipakai dalam pembuatan sabun antara lain sebagai berikut.
1) Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Komposisi asam lemak pada minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel
II.3.
Tabel II.3 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa Sawit
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam miristat (C H COOH) 1,1-2,5
13 27
Asam palmitat (C H COOH) 40-46
16 31
Asam stearat (C H COOH) 3,6-4,7
17 31
Asam oleat (C H COOH) 39-45
17 33
Asam linoleat (C H COOH) 7-11
17 31
Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang sangat umum
digunakan sebagai bahan pembuat sabun padat. Minyak kelapa sawit dapat
menghambat busa yang dihasilkan oleh sabun jika digunakan terlalu
banyak. Oleh karena itu, sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa
sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa sehingga jika minyak kelapa
sawit akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak
kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Sifat fisika-kimia
minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel II.4.
Tabel II.4 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit
Karakteristik Nilai
o
Specific gravity, 15 C 0,900
Bilangan iod 48-56
Bilangan penyabunan 196-205
Indeks bias 1,4565-1,4585
ccoommmmiitt ttoo uusserer
7
no reviews yet
Please Login to review.