Authentication
Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit 2010
di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah
TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS1)
M. Anang Firmansyah
Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah
Jl. G. Obos km 5 Palangka Raya, HP.081353738525, e-mail:anang.firmansyah75@yahoo.com
Ringkasan
Pengelolaan lingkungan dewasa ini harus dilakukan secara ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Penggunaan bahan-bahan penyubur tanah
dan tanaman alami dari bahan-bahan organik yang dahulunya menjadi
limbah saat ini mulai dihargai. Kompos merupakan salah satu jalan keluar
yang mudah untuk mengganti sebagian kebutuhan pupuk kimia yang makin
mahal dan mencemari lingkungan. Pengomposan TKS (Tandan Kosong
Sawit) merupakan cara untuk meningkatkan dan menyehatkan tanah dan
tanaman kelapa sawit, serta mencegah berkembangbiaknya kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros) di perkebunan kelapa sawit. Pemberian bioaktivator
dapat mempercepat dan meningkatkan mutu kompos. Kadar hara TKS
meningkat jika dilakukan pengomposan, pada 100 kg TKS menjadi 100 kg
kompos TKS terjadi peningkatan hara setara pupuk Urea dari 1,74 menjadi
5,09 kg; setara pupuk SP-36 dari 0,61 menjadi 1,97 kg, dan untuk setara
pupuk KCl dari 4,83 menjadi 11,65 kg.
------------
Kata Kunci: oil palm, kompos, tandan kosong sawit
PENDAHULUAN
Kompos adalah proses yang dihasilkan dari pelapukan (dekomposisi)
sisa-sisa bahan organik secara biologi yang terkontrol (sengaja dibuat dan
diatur) menjadi bagian-bagian yang terhumuskan. Kompos sengaja dibuat
karena proses tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami, karena di
alam kemungkinan besar terjadi kondisi kelembaban dan suhu yang tidak
cocok untuk proses biologis baik terlalu rendah atau terlalu tinggi.
1) Disampaian pada Pelatihan Pembuatan Bokhasi Tandan Kosong Kelapa Sawit
bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sukamara Provinsi
Kalimantan Tengah di Desa Bangun Jaya / SP3, Kecamatan Balai Riam, Kabupaten
Sukamara pada hari Selasa, 5 Oktober 2010.
1
Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit 2010
di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah
Dewasa ini juga ditemukan istilah fermentasi, istilah ini umumnya
digunakan dalam proses pembuatan bokhasi. Istilah tersebut jika diartikan
secara harfiah adalah proses yang khusus digunakan untuk menghasilkan
bahan-bahan seperti asam organik dan alkohol. Istilah fermentasi
nampaknya dipakai oleh para pembuat bokhasi untuk membedakan dengan
pengomposan yang umumnya memakan waktu lama, sedangkan fermentasi
hanya membutuhkan waktu sangat singkat. Berdasarkan pemahaman diatas
maka kita pengguna atau pembuat kompos harus tahu bahwa fermentasi
untuk pembuatan bokhasi adalah bagian dari proses pengomposan.
Sebagaimana Metting (1993) mengartikan bahwa penggunaan istilah
fermentasi untuk pembuatan kompos merupakan kata lain untuk proses
pelapukan bahan organik.
Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran jelas pada para
pengguna baik petugas teknis lapangan, penyuluh, dan juga para petani
dalam pemanfaatan limbah organik untuk pembuatan kompos yang efektif.
MIKROBA KOMPOS
Menurut Rao (1994) mikroba yang berperanan dalam proses
pengomposan ada dua jenis yang dominan, yaitu: bakteri dan jamur. Jenis-
jenis bakteri penting yang mempengaruhi proses pengomposan dapat
dikelompokkan berdasarkan asal bakteri, kebutuhan oksigen, suhu, dan jenis
makanannya. Berikut ini kelompok bakteri tersebut:
2
Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit 2010
di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah
1. Bakteri berdasarkan asalnya:
a. Autokton adalah bakteri asli, contoh Arthrobacter dan Nocardio.
b. Zimogar adalah bakteri pendatang, contoh Pseudomonas dan
Bacillus.
Jumlah bakteri autotrof seragam dan tetap karena berasal dari
bahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang
ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan
meningkat namun akan menurun lagi jika bahan organik tersebut
habis.
2. Bakteri berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen (O2):
a. Anaerobik, yaitu bakteri yang berkembang biak tanpa O .
2
b. Aerobik, yaitu bakteri yang berkembang biak dengan O2.
c. Anaerobik Fakultatif, yaitu bakteri yang mampu berkembang
biak tanpa atau dengan O .
2
3. Bakteri yang dikelompokkan berdasarkan suhu:
o
a. Psikrofil, bakteri yang optimal berkembang di suhu < 20 C.
o
b. Mesofil, bakteri yang berkembang optimal di suhu 15 – 45 C.
c. Termofil, bakteri yang berkembang optimal di suhu 45 – 65 oC.
Contohnya: Bacillus Sp.
d. Superthermofil, bakteri yang berkembang optimal > 70oC.
Contohnya: B. Stearothermophilus (Sutedjo et al. 1991).
4. Bakteri yang dikelompokkan berdasarkan makanannya:
a. Autotrof, bakteri yang dapat menyusun makanannya sendiri.
3
Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit 2010
di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah
b. Heterotrof, bakteri tergantung pada makanan yang tersedia.
c. Fotoautotrof, bakteri memperoleh energinya dari sinar matahari.
Mikroorganisme yang dominan dalam pengomposan setelah bakteri adalah
jamur (fungi), umumnya jamur dapat berkembang di lingkungan asam,
kebanyakan bersifat aerobik, dan perkembangannya akan menurun jika
kelembaban terlalu tinggi.
Bahan organik tanaman yang digunakan untuk kompos umumnya
terbagi 2 macam, yaitu:
1) Bahan organik yang memiliki kandungan N (Nitrogen) tinggi dan
Karbon (C) tinggi, contohnya pupuk kandang, daun legume (gamal,
lamtoro, kacang-kacangan) atau limbang rumah tangga.
2) Bahan organik yang memiliki kandungan N rendah dan C tinggi,
contohnya dedaunan yang gugur, jerami, serbuk gergaji, bagian
tanaman yang tua (TKS = tandan kosong kelapa sawit).
Limbah Bahan organik yang memiliki kandungan N tinggi dan C tinggi jika
akan dicampur dengan bahan yang memiliki N rendah dan C tinggi untuk
dibuat kompos, maka perbandingannya adalah 1 : 4. Dan selama proses
pengomposan diusahakan suhu diatur pada kisaran 60-65oC, maka kompos
akan memiliki proses yang sempurna (Tan, 1994). Laju pengomposan akan
menurun pada suhu diatas 70oC, dan optimal pada suhu antara 40 – 50oC
Sutedjo et al. (1991).
Suhu pengomposan menentukan mutu kompos yang dihasilkan, jika
pembuatan kompos tidak menimbulkan panas menunjukkan aktivitas mikroba
4
no reviews yet
Please Login to review.