Authentication
481x Tipe PDF Ukuran file 0.18 MB Source: media.neliti.com
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 63-72)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS PROBLEM SOLVING
MATERI ELASTISITAS UNTUK SISWA KELAS X SMA/MA
1 2 3
Dwi Sari Ida Aflaha , Suparmi dan Sarwanto
1
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
dsia_fisbil@yahoo.co.id
2
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
suparmi@yahoo.com
3 Program Studi Ilmu Fisika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
sar1to@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui prosedur pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis
problem solving yang layak untuk siswa SMA/MA pada materi elastisitas; (2) kelayakan modul pembelajaran
fisika berbasis problem solving pada materi elastisitas; (3) efektivitas modul fisika berbasis problem solving
pada materi elastisitas terhadap hasil belajar di SMAN 3 Jombang. Penelitian ini merupakan penelitian dan
pengembangan (R&D) yang mengacu pada model yang dikemukakan oleh Thiagarajan, yang dilaksanakan
dari bulan Juli 2013 hingga Mei 2014. Kelayakan media divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, guru, dan
teman sejawat. Subjek Uji coba penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 3 Jombang tahun akademik
2013/2014 sebanyak 42 siswa dengan rincian 10 siswa sebagai subjek uji coba terbatas dan 32 siswa sebagai
subjek uji coba pemakaian. Modul disebarkan pada guru-guru fisika SMA. Data hasil penelitian berupa nilai
validasi modul oleh ahli, guru dan teman sejawat, respon keterbacaan siswa, nilai tes prestasi, respon siswa,
dan respon guru. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan: (1) langkah-langkah prosedur pengembangan
yang dilakukan menggunakan model 4-D yang diawali tahap 1 define yaitu melakukan studi literatur yang
meliputi analisis siswa, kurikulum dan materi, tahap 2 design yaitu pemilihan format modul, tahap 3 develop
yaitu desain awal modul, validasi produk, uji coba terbatas, perbaikan, uji coba luas. Pada uji coba terbatas
siswa tidak hanya membaca modul, tetapi juga melakukan kegiatan pembelajaran dalam modul, dan tahap 4
disseminate yaitu penyebaran modul pada guru fisika SMA. (2) penilaian modul fisika berbasis problem
solving dinyatakan layak dengan kategori sangat baik yaitu dengan nilai hasil validasi ahli 458, nilai hasil
validasi guru 468, nilai hasil validasi teman sejawat 461. Respon siswa pada uji coba kecil memperoleh 84%
dengan kategori sangat baik. respon siswa setelah uji besar 86% kategori sangat baik dan respon guru SMA
sebesar 94% kategori sangat baik. (3) Modul fisika berbasis problem solving efektif untuk meningkatkan
hasil belajar ditinjau dari skor rata-rata pretest 65,75 dan posttest 71,50 dengan nilai gain 16 dan gain
ternormalisasi sebesar 0,67 yang menunjukkan siswa mengalami peningkatan pada kategori sedang.
Sehingga pembelajaran dengan modul berbasis problem solving mendapat respon positif dalam pembelajaran
dan dapat memberikan motivasi belajar siswa serta sebagai tolak ukur bahwa siswa merasa senang dengan
produk yang dikembangkan.
Kata kunci : Fisika, Problem Solving, Elastisitas
Pendahuluan siswa menurun. Dalam pengajaran fisika
Faktor yang menyebabkan kurang diharapkan siswa benar-benar aktif, sehingga
berhasilnya pembelajaran fisika adalah akan berdampak pada ingatan siswa tentang
motivasi dan minat siswa. Metode yang yang dipelajari akan lebih lama bertahan.
banyak dijumpai dalam pembelajaran yang Suatu konsep mudah dipahami dan diingat
mengakibatkan siswa pasif adalah metode oleh siswa bila konsep tersebut disajikan
ceramah, karena sebagian besar proses melalui prosedur dan langkah-langkah yang
pembelajaran didominasi oleh guru, siswa tepat, jelas dan menarik.
hanya mendengarkan dan mencatat pokok dari Keaktifan siswa dalam belajar
penyampaian guru sehingga keaktifan siswa merupakan salah satu faktor yang
dalam mengikuti proses pembelajaran kurang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
yang mengakibatkan motivasi dan minat Salah satu kegiatan pembelajaran yang
63
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 63-72)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
menekankan berbagai kegiatan adalah dengan bantuan minimal dari guru, meliputi
menggunakan pendekatan problem solving perencanaan tujuan yang akan dicapai secara
dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang
dalam pembelajaran pada hakikatnya dibutuhkan, dan alat untuk penilaian, serta
merupakan cara yang teratur dan terpikir pengukuran keberhasilan siswa dalam
secara ideal untuk mencapai tujuan penyelesaian pelajaran.
pembelajaran. Dalam kenyataannya keaktifan Surahman cit. Prastowo (2012:2)
siswa masih rendah. Indikator yang ditemukan mengatakan bahwa modul adalah satuan
1) siswa cenderung kurang aktif dalam program pembelajaran terkecil yang dapat
pembelajaran fisika, karena guru kurang dipelajari oleh peserta didik secara
melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif 2) perseorangan (self instructional), setelah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan siswa menyelesaikan satu satuan dalam
masalah atau soal masih kurang, karena guru modul, selanjutnya siswa dapat melangkah
dalam tahap penyampaian materi maupun maju dan mempelajari satuan modul
dalam tahap pelatihan kurang membimbing berikutnya. Sedangkan modul pembelajaran,
sehingga pemecahan masalah dalam sebagaimana yang dikembangkan di
pembelajaran fisika kurang optimal 3) siswa Indonesia, merupakan suatu paket bahan
kurang aktif bertanya kepada guru tentang pembelajaran yang memuat deskripsi tentang
materi yang disampaikan. Diperlukan suatu tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk
upaya untuk mengatasi permasalahan yang pengajar atau instruktur yang menjelaskan
dihadapi siswa. Upaya yang dapat dilakukan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi
yaitu dengan pemilihan dan penggunaan peserta, lembaran kunci jawaban pada lembar
media yang tepat dalam pembelajaran. kertas kerja peserta, dan alat-alat evaluasi
Media pembelajaran mempunyai pembelajaran.
peran yang sama penting dengan faktor-faktor Selain pemilihan media yang tepat,
pendidikan yang lain, tetapi terkadang kurang pemilihan metode yang tepat dalam
mendapat perhatian dari guru. Padahal pengembangan modul menjadi salah satu hal
pemilihan media yang tepat juga dapat yang penting. Dalam pembelajaran fisika,
menentukan keberhasilan proses belajar- salah satu metode yang dianggap cukup
mengajar. Ada banyak media yang dapat efektif adalah metode problem solving. Modul
digunakan dalam pembelajaran, salah satunya fisika yang berbasis problem solving dapat
adalah modul. membantu siswa mengatasi masalah yang
Modul merupakan salah satu media dihadapi dalam belajar.
pembelajaran yang memegang peranan Problem solving merupakan metode
penting dalam proses pembelajaran dan pemecahan masalah atau suatu cara
dianggap tepat untuk membantu mengatasi menyajikan pelajaran dengan mendorong
masalah yang dihadapi siswa. Dengan adanya siswa untuk mencari dan memecahkan suatu
modul, siswa dapat lebih belajar terarah di masalah atau persoalan dalam rangka
rumah walaupun tidak ada guru. Modul yang pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini
disertai gambar dan contoh dalam kehidupan diciptakan oleh seorang berkebangsaan
sehari-hari diharapkan akan lebih menambah Amerika yang bernama John Dewey. Metode
motivasi siswa untuk belajar. Modul ini dinamakan problem method.
merupakan bahan ajar yang memiliki struktur Norwood (1995:231) mengemukakan
khas dan berbeda dengan bahan ajar lainnya, bahwa Problem solving didefinisikan sebagai
seperti buku teks. Pelaksanaan pembelajaran sebuah proses individu dalam menggunakan
dengan menggunakan sistem modul pada pengetahuan, keterampilan dan pemahaman
dasarnya menggunakan sistem belajar secara yang diperoleh sebelumnya untuk memuaskan
individual, namun dapat pula digunakan pada permintaan dari sebuah situasi yang aneh
sistem pembelajaran klasik. /tidak biasa. Siswa harus mensintesis yang
Kamus Besar Bahas Indonesia cit. telah dipelajarinya kemudian menerapkannya
Prastowo (2012), mengemukakan bahwa pada situasi yang baru dan berbeda.
modul diartikan sebagai program belajar Problem solving dapat digunakan
mengajar yang dapat dipelajari oleh siswa sebagai alternatif pendekatan pembelajaran
64
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 63-72)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
yang inovatif karena mampu mengoptimalkan pengamatan langsung, serta meggunakan
keterampilan proses dan meningkatkan angket kebutuhan terhadap guru bidang studi
prestasi belajar siswa. Arends (2008:42) fisika dan siswa di sekolah tempat penelitian.
pengajaran berdasarkan masalah merupakan Masalah yang ditemukan dijadikan
suatu pendekatan pembelajaran agar siswa dasar untuk merancang bahan ajar yang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir dan membantu siswa dalam belajar. Maka pada
keterampilan mengatasi masalah, mempelajari penelitian ini dikembangkan modul berbasis
peran orang-orang dewasa dan menjadi problem solving dengan berpedoman pada
pelajar yang mandiri. Dengan pendekatan kompetensi inti dan kompetensi dasar fisika
problem solving diharapkan siswa mampu kurikulum 2013, materi pokok pada
menyelesaikan masalah sehingga dapat pengembangan ini yaitu elastisitas.
menyusun, mengembangkan kemandirian, Meningkatkan pemahaman konsep dan
membentuk pengetahuan yang lebih matematis pada materi elastisitas serta
bermakna, dan percaya diri. Staton dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
Syaiful Sagala (2010:12) seharusnya mengaplikasikan konsep pada kehidupan
keberhasilan suatu program pengajaran diukur sehari-hari maka diperlukan pengembangan
berdasarkan tingkat perbedaan cara berpikir, modul yang memuat tentang konsep, besaran-
merasa dan berbuat para pelajar sebelum dan besaran elastisitas secara metematis serta
sesudah menerima pengalaman-pengalaman aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
belajar dalam menghadapi situasi yang serupa. Pengembangan modul tersebut diharapkan
Siswa yang telah berhasil dalam belajarnya dapat membantu proses belajar siswa menjadi
memiliki pola pikir dan perubahan tingkah terorganisir sehingga siswa lebih mudah
laku yang lebih baik. Siswa menjadi lebih memahami konsep yang diberikan melalui
mandiri dalam menyelesaikan masalah yang pengembangan modul, dan akan diperoleh
akan dihadapi dalam kehidupan. modul pembelajaran yang mampu menjawab
permasalahan yang dihadapi siswa.
Metode Penelitian 2. Perancangan (Design)
Desain penelitian mengikuti tahap- Desain produk merupakan tahap
tahap Research and Development (R&D) mengembangkan modul pembelajaran fisika
yang telah dikemukakan Thiagarajan (1974). berbasis problem solving, yang didalamnya
Tahap-tahap tersebut dituangkan dalam model menjabarkan materi dengan menggunakan
4D yang meliputi: (1) Pendefinisian tahapan-tahapan sesuai dengan tahapan
(Define), (2) Perancangan (Design), (3) problem solving. Modul fisika berbasis
Pengembangan (Develop), dan (4) problem solving berisi pemfokusan pada
Penyebaran (Desseminate). masalah yaitu fenomena dalam kehidupan
1. Pendefinisian (Define) sehari-hari sebagai tahapan awal, kemudian
Tahap pendahuluan penelitian penjabaran aspek secara fisika dari fenomena
bertujuan untuk menentukan dan di awal pembelajaran, rencana pemecahan
mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan masalah yang berisi kegiatan
pembelajaran di SMAN 3 Jombang, terutama perancangan/rencana penyelesaian masalah
pada kelas X. Termasuk mengidentifikasi dari siswa untuk menyelesaikan masalah
karakteristik siswa dan kondisi sekolah. dalam kegiatan problem solving, melakukan
Identifikasi potensi dan masalah yang ada eksperimen yaitu berisi kegiatan eksperimen
dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika yang melatih sikap ilmiah siswa,
fisika. Temuan-temuan yang diperoleh kejujuran, dan objektivitas siswa, dalam
dijadikan dasar langkah untuk perancangan kegiatan ini siswa menjalankan rencana
produk yang akan dibuat. penyelesaian masalah yang telah
Tahap pendahuluan dilakukan di direncanakan. Kegiatan ini diharapkan
SMAN 3 Jombang yang dijadikan tempat mampu membiasakan siswa terlibat dalam
penelitian sehingga dapat ditemukan masalah- proses penyelesaian masalah dalam kegiatan
masalah yang ada pada sekolah tersebut. problem solving. Kemudian dilanjutkan
Observasi dilakukan dengan wawancara baik mengevaluasi jawaban yaitu berisi kegiatan
pada guru fisika kelas X maupun pada siswa,
65
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 63-72)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
evaluasi jawaban pertanyaan/permasalahan untuk memperoleh saran terkait modul
yang ingin diselesaikan. Kegiatan ini pembelajaran yang dikembangkan.
dilakukan untuk mengetahui hasil yang Hasil uji coba terbatas memungkinkan
diperoleh telah sesuai, lengkap dan menjawab perlu adanya revisi. Hasil revisi berupa
masalah. Disetiap akhir pembelajaran terdapat produk draft III yang akan digunakan untuk
tes formatif yang bertujuan mengetahui uji coba diperluas.
seberapa besar konsep yang dikuasai siswa, Hasil revisi uji coba terbatas
dan terdapat pemahaman konsep yang berisi digunakan dalam proses pembelajaran pada
materi-materi terkait dengan pembelajaran. sampel lebih besar yaitu siswa-siswi kelas X .
3
Selanjutnya produk awal berupa draft 1 Uji coba besar atau pemakaian bertujuan
modul fisika berbasis problem solving untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
diserahkan kepada ahli untuk dilakukan kognitif/pengetahuan siswa setelah mengikuti
validasi. Validasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan
kesahihan atau kevalidan isi dan format modul modul fisika berbasis problem solving. Desain
dari sebuah instrumen berdasarkan kriteria yang digunakan dalam penelitian
tertentu. Proses validasi melibatkan ahli pengembangan modul fisika berbasis problem
materi dan media, guru fisika, dan teman solving ini adalah Pre Experimental Design
sejawat (peer review). Validasi ahli meliputi dengan bentuk One Group Pretest-Postest
ahli media dan ahli materi fisika. Validasi ahli Design.
materi dan media ini untuk mengetahui 4. Penyebaran (Desseminate)
kebenaran isi dan format modul fisika Penyebaran dilakukan ke beberapa
berbasis problem solving yang dikembangkan. guru fisika SMA di Jombang. Sehingga
Validasi guru meliputi dua guru, yaitu dua produk modul fisika berbasis problem solving
guru fisika SMA yang bertujuan untuk dapat tersebar dan digunakan oleh guru-guru
mengetahui kemungkinan keterlaksanan fisika SMA. Guru juga diminta mengisi
pembelajaran menggunakan modul fisika angket yang hasilnya sebagai respon guru
berbasis problem solving. Sedangkan validasi terhadap modul fisika berbasis problem
teman sejawat (peer review) terdiri dari dua solving.
mahasiswa. Validasi peer review bertujuan Subyek penelitian terdiri dari dua
untuk mengetahui keterbacaan materi dan golongan yaitu: subyek ahli/pakar yang terdiri
format. Validasi produk dilakukan dengan dari subjek analisis kebutuhan, ahli media,
menggunakan instrumen lembar validasi ahli materi, praktisi dan teman sejawat.
kegrafikan, lembar validasi kelayakan isi dan Subjek coba (user) dalam penelitian dan
lembar validasi kisi-kisi soal, setiap instrumen pengembangan ini yaitu peserta didik kelas X
terdapat penilaian serta kolom saran/koreksi. semester satu siswa SMA N 3 Jombang tahun
Hasil validasi ini menghasilkan produk draft pelajaran 2013/2014. Teknik penentuan
II modul fisika berbasis problem solving. sampel dilakukan dengan pertimbangan
tertentu, sampel ini lebih cocok digunakan
3. Pengembangan (Develop) pada penelitian deskriptif (Sugiyono, 2012).
Draft II yang dihasilkan, uji coba Jenis data yang dikumpulkan dalam
terbatas digunakan untuk mengetahui tingkat proses penelitian dan pengembangan ini
keterbacaan modul fisika berbasis problem adalah jenis data kualitatif dan data
solving yang dikembangkan. Hal ini menjadi kuantitatif. Data berupa hasil analisis
dasar yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan, data hasil validasi ahli, data hasil
kelemahan modul yang akan digunakan uji coba produk, dan uji coba pemakaian yang
sebagai acuan untuk refisi sehingga berupa masukan, tanggapan, kritik, saran,
didapatkan draf III yang siap diuji coba serta perbaikan terhadap produk. Data yang
pemakaian. Uji coba ini dilakukan oleh 10 diperoleh dalam tahap validasi dan uji coba
siswa kelas X2 yang diambil berdasarkan berfungsi untuk memberi masukan dalam
peringkat 1 sampai 10. Siswa membaca dan merevisi serta menilai kelayakan modul
mempelajari modul berbasis problem solving pembelajaran yang dikembangkan.
yang dikembangkan, kemudian mengisi Instrumen yang digunakan dalam
angket keterbacaan. Hal tersebut dilakukan penelitian ini berupa instrumen angket dan
66
no reviews yet
Please Login to review.