Authentication
270x Tipe PDF Ukuran file 0.24 MB Source: smartlib.umri.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Istilah komunikasi mengandung makna bersama-sama (common, commones; Inggris), berasal dari bahasa Latin communication yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Kata sifatnya adalah communis yang artinya bersifat umum atau bersama- sama, kata kerjanya adalah communicare yang artinya berdialog, berunding atau bermusyawarah. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan manusia untuk berinteraksi sosialnya (Wijaya, 2017). Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan, yang dimana selalu dilakukan saat berhubungan dengan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komunikasi yang terjalin antara perawat dan pasien disebut sebagai komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi (Suryani, 2005). Dikatakan lagi oleh Mundakir (2006), bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan. Selanjutnya Fatmawati (2010), mengatakan 6 7 pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan antara terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan. Oleh karena itu, komunikasi terapeutik merupakan hal penting dalam kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis untuk mengetahui apa yang dirasakan dan diinginkan pasien (Mubarak, 2012). 2. Tujuan Komunikasi Terapeutik Tujuan komunikasi terapeutik menurut Damaiyanti (2014), adalah: a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. c. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri. 3. Manfaat Komunikasi Terapeutik Manfaat komunikasi terapeutik menurut Anas (2014), adalah: a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan perawat-pasien. b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah, dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat. 8 4. Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik Menurut Mundakir (2006), untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan bersifat terapeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip berikut: a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut. b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai. c. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental. d. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut. e. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, amupun frustasi. g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya. h. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik. 9 i. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik. j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup. k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu. l. Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi. m. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia. n. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain. 5. Sikap Perawat dalam Berkomunikasi Sikap sebagai kehadiran perawat dalam berkomunikasi agar terapeutik klien mempunyai peran yang penting untuk tercapainya tujuan komunikasi/interaksi (hubungan). Sikap (kehadiran) yang harus ditunjukkan perawat dalam berkomunikasi terapeutik ada dua, yaitu sikap (kehadiran) secara fisik dan secara psikologis. Dalam kehadiran secara psikologis, ada dua dimensi, yaitu dimensi respons dan dimensi tindakan (Anjaswarni, 2016).
no reviews yet
Please Login to review.