Authentication
376x Tipe PDF Ukuran file 0.23 MB Source: repository.uma.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Komunikasi Persuasif
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Persuasif
Komunikasi dikatakan berhasil apabila komunikasi itu mampu mengubah
sikap dan tindakan seseorang secara sukarela, salah satu caranya dengan
menggunakan komunikasi persuasif (Susanto, 1993). Effendy (1998)
mengemukakan bahwa “komunikasi persuasif adalah suatu komunikasi yang
dilakukan dengan cara-cara persuasif, yakni mengandung ajakan atau himbauan.
Komunikasi persuasif berusaha mendorong atau merangsang seseorang berbuat
sesuatu seperti apa yang kita kehendaki.
Hal ini mengandung makna bahwa komunikasi persuasif itu merupakan
salah satu cara bagi seseorang untuk membujuk orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan dari pembujuk dan dengan senang hati tanpa
merasa dipaksa. Istilah persuasi bersumber dari bahasa latin, persuasion yang kata
kerjanya adalah komunikane yang berarti membujuk, mengajak atau merayu
(Effendy, 1998). Terdapat beberapa definisi tentang persuasi yang dikutip Malik
(1994), di antaranya:
1. Applbaum dan Anatol mendefinisikan persuasi sebagai proses komunikasi
yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja
atau tidak sengaja) melalui cara-cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh
respon tertentu dari individu atau kelompok lain.
11
UNIVERSITAS MEDAN AREA
12
2. Andersen membatasi definisi persuasi sebagai suatu proses komunikasi
interpersonal dimana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-
lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima. Jadi, secara sengaja
mengubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan oleh komunikator.
3. Miller mengatakan bahwa persuasi dapat dipandang sebagai segala upaya
untuk mempengaruhi orang, kelompok orang atau mayarakat,
4. Hardo mendefinisikan persuasi sebagai proses komunikatif untuk mengubah
kepercayaan, sikap, perhatian atau perilaku baik secara sadar maupun tidak
dengan menggunakan kata-kata dan pesan nonverbal.
Rakhmat (2007) mengemukakan “persuasif adalah proses komunikasi
untuk mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan
manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya
sendiri”. Menurut Malik (1994), komunikasi persuasif adalah suatu proses
komunikasi dimana terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya
berbuat dan bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan cara
membujuk tanpa memaksanya. Dengan demikian, komunikasi persuasif yang
dilakukan guru bertujuan untuk mempengaruhi pikiran dan tingkah laku siswa
agar berbuat sebagaimana yang dikehendakinya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Wijaya (1993) bahwa komunikasi persuasif bertujuan untuk mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok, untuk kemudian
melakukan tindakan/ perbuatan sebagaimana dikehendaki.
Guru dalam kegiatan belajar di kelas menggunakan komunikasi
persuasif untuk mempengaruhi pikiran siswa dengan memberikan berbagai materi
UNIVERSITAS MEDAN AREA
13
yang sesuai dengan kemampuan siswa, melalui proses interaksi di antara mereka.
Melalui interaksi komunikasi persuasif ini, guru terlibat secara penuh dalam
mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku siswanya agar
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan guru dalam belajar. Tujuan
demikian hanya dapat dicapai manakala seorang guru mampu menyampaikan
pesannya dengan pendekatan psikologis, dan pesan seperti itulah yang disebut
persuasif.
Persuasi yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek
afeksi, yakni hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui
cara ini, aspek simpati dan empati seseorang digugah, sehingga muncul proses
senang pada diri orang yang dipersuasi (Mar’at, 2000). Menurut Applbaum
(dalam Malik, 1994) terdapat beberapa karakteristik dan batas-batas yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan definisi persuasi, secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Semua situasi mengandung komunikasi simbolik, yaitu penyampaian dan
penerimaan isyarat-isyarat verbal atau nonverbal. Komunikasi manusia
melibatkan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Simbol-simbol verbal adalah
kata-kata yang menunjukkan benda, manusia, perasaan. Simbol-simbol verbal
tersebut dapat berupa simbol lisan maupun tulisan. Simbol non-verbal ialah
semua perilaku simbolik yang diperlihatkan oleh sumber atau penerima dalam
situasi persuasif.
2. Persuasi adalah sebuah proses yang kompleks. Persuasi merupakan proses
komunikasi dan segala sesuatu yang terjadi di dalam usaha mempengaruhi
UNIVERSITAS MEDAN AREA
14
sikap orang lain dengan cara penyampaian stimuli atau pesan yang bersifat
dinamis dan berkelanjutan.
3. Para komunikator pada umumnya berusaha mendapatkan respon tertentu dari
pendengar mereka.
4. Peranan komunikator dapat berganti dalam situasi persuasif. Misalnya ketika
seorang ayah meminta maaf atas kelakuan anaknya kepada tamu, maka si ayah
berkedudukan sebagai komunikator. Tetapi ketika anaknya menjelaskan arti
perilaku itu kepada ayahnya, maka ia menjadi sumber dan ayahnya menjadi
penerima.
5. Sebagian besar situasi persuasif melibatkan sedikitnya dua individu/
kelompok, seperti pengacara-juri, guru-siswa, orangtua-anak dan sebagainya.
6. Persuasi berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang merupakan
pelaku, baik sebagai sumber maupun sasaran persuasi dalam percakapan
dengan keluarga, teman-teman dan lain-lain.
7. Usaha-usaha persuasi tidak selalu berhasil.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa persuasi adalah suatu upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku
seseorang melalui cara-cara yang luwes, manusiawi, dan halus dengan akibat
munculnya kesadaran, kerelaan dan perasaan senang serta adanya keinginan untuk
bertindak sesuai yang dikatakan komunikator.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
no reviews yet
Please Login to review.