Authentication
339x Tipe PDF Ukuran file 0.36 MB Source: eprints.umm.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat hidup organisme beserta segala kondisi yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat ikut mempengaruhi tingkat
kehidupan maupun kesehatan dari organisme didalamnya (Sarkawi, 2017). Di
dalam lingkungan terdapat komponen-komponen yang saling mempengaruhi,
seperti curah hujan dan suhu tinggi yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman dan berpengaruh terhadap proses fisiologis (Wijaya et al., 2018). Adanya
tanaman dalam sebuah lingkungan dapat berpengaruh positif, karena tanaman
berfungsi dalam peresapan dan dapat membantu menahan jatuhnya air secara
langsung sehingga mampu menghambat dan mencegah erosi (Wardhani et al.,
2020). Menurut Martuti (2013), tanaman mempunyai kemampuan untuk
menyerap dan mengakumulasi zat pencemar serta dapat mengubah gas CO2
menjadi O2 melalui proses fotosintesis. Tidak hanya itu, tanaman juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti contohnya jagung (Zea mays) (Pasta
et al., 2015).
Di Indonesia sendiri, jagung (Zea mays) termasuk komoditas unggul yang
digunakan sebagai bahan pangan sumber karbohidrat kedua setalah beras (Habib,
2013). Jagung (Zea mays) juga digunakan untuk pakan ternak, dengan proporsi
penggunaan jagung oleh industri pakan ternak telah mencapai 50% dari total
kebutuhan nasional (Utomo, 2012). Pada tahun 2016 total penggunaan jagung
(Zea mays) di Indonesia sebanyak 23,84 juta ton namun yang dapat diproduksi
1
2
hanya sebesar 23,58 juta ton, dengan ini menunjukkan adanya defisit jagung (Zea
mays) sebesar 0,26 juta ton (Hudoyo & Nurmayasari, 2019). Pesatnya permintaan
jagung (Zea mays) tidak dibarengi dengan meningkatnya jumlah produksi, adapun
kendala yang dialami seperti pengalihan fungsi lahan pertanian, keterbatasan
penyediaan benih dan pupuk, serta semakin meningkatnya pencemaran
lingkungan (Panikkai et al., 2017).
Pencemaran lingkungan terjadi akibat dari lingkungan yang tidak dijaga
seperti pembuangan sampah yang tidak urus dengan baik maka akan
mengakibatkan pencemaran tanah (Hasibuan, 2016). Pencemaran tanah dapat
mengancam kehidupan organisme yang tumbuh diatasnya, dikarenakan tanah
merupakan bagian terpenting sebagai penunjang makhluk hidup di bumi
(Ramadhan, 2018). Menurut Muslimah (2017), pencemaran tanah dapat
disebabkan oleh limbah industri, limbah rumah tangga, limbah penambangan, dan
pestisida. Hal ini sesuai dengan Supriatna et al., (2021) yang menyatakan bahwa,
pestisida dan pupuk anorganik yang ada di tanah dapat mencemari tanah yang
kemudian akan terserap oleh tanaman sehingga dapat menjadi pencemar yang
masuk dalam tanaman.
Selain penggunaan pupuk dan pestisida, pencemaran tanah dapat terjadi
karena limbah industri. Industri yang menyumbang limbah paling banyak salah
satunya yaitu industri yang menggunakan Pb seperti industri baterai, industri pipa,
dan industri kabel (Haryanti et al., 2013). Apabila dalam limbah industri
terkandung Pb yang kemudian dibuang ke lingkungan sehingga masuk kedalam
tanah maka Pb tersebut dapat masuk dalam jaringan tanaman dan mengganggu
3
jalannya metabolisme (Ratnawati & Fatmasari, 2018). Selain dari limbah industri,
menurut Fitrianah et al., (2017) Pb juga berasal dari gas buangan kendaraan
bermotor yang terbang ke udara, kemudian jatuh ke tanah dan akan diserap oleh
tanaman melewati akar. Karena inilah tanaman yang ditanam di sawah seperti
jagung (Zea mays) rentan menyerap Pb yang akan berdampak pada tanaman itu
sendiri.
Pada penelitian terdahulu Gautam et al. (2018) yang menggunakan Vigna
radiata, diperoleh hasil bahwa tanah yang mengandung Pb dapat menghambat
pertumbuhan dan perkecambahan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Begitu pula
pada penelitian Winata et al., (2019) yang menggunakan Acacia mangium
didapatkan hasil bahwa pertumbuhan tinggi Acacia mangium mengalami
pertumbuhan terendah pada konsentrasi 450 mg Pb/kg dibanding pada konsentrasi
yang lebih rendah yaitu 300 dan 150 mg Pb/kg. Adapun penellitian Winata et al.
(2016) yang lain yang menggunakan tanaman semai samama didapatkan hasil
bahwa semakin bertambahnya konsentrasi Pb pada konsentrasi 300 dan 450 mg
Pb/kg membuat pertumbuhan tinggi dan diameter semai samama cenderung
semakin rendah dibanding pada konsentrasi 150 mg Pb/kg.
Penelitian terdahulu yang lain Ulfah et al., (2017), menggunakan tanaman
kiambang memperoleh hasil bahwa semakin banyak konsentrasi timbal (Pb) maka
semakin menurunkan kandungan klorofil. Menurut Sulistiana & Setijorini (2015),
meningkatnya kandungan Pb dalam daun mengakibatkan turunnya kandungan
klorofil, luas permukaan daun, dan jumlah stomata pada daun Swietenia
macrophylla. Adapun penelitian Irma (2016), memperoleh hasil bahwa perubahan
4
morfologi pada tanaman bayam yang disebabkan pemberian Pb yaitu munculnya
bercak-bercak putih pada daun, perubahan bentuk ujung daun menjadi tumpul,
tepi daun memperlihatkan lekukan-lekukan yang menjadikan tidak rata. Selain itu
pada penelitian Mei et al. (2015), yang menggunakan biji bunga matahari dan
tomat diperoleh hasil jika pemberian Pb berpengaruh nyata terhadap penurunan
panjang akar.
Pada saat tanaman memulai perkecambahan maka akan memasok nutrisi yang
maksimal, jika nutrisi yang diserap sudah tercampur dengan cemaran logam berat
timbal (Pb) maka dapat menyebabkan terganggunya proses perkecambahan
(Perwitasari et al., 2018). Lebih jauh lagi, dampak dari timbal jika masuk dalam
tubuh manusia maka dapat menyebabkan keracunan, hipertensi, hingga kerusakan
otak (Juwairiah, 2021). Sesuai dengan Hananingtyas (2017) yang menyatakan
bahwa timbal termasuk logam berat yang toksik karena bersifat kumulatif, dimana
toksisitasnya dapat berpengaruh negatif pada kesehatan manusia apabila terpapar
melebihi batas amannya.
Pada lahan pertanian, kontaminan logam berat yang umumnya masuknya
logam berat ke dalam tanah pertanian disebabkan oleh aplikasi pupuk fosfat dapat
menimbulkan dampak perubahan lingkungan biogeofisiknya, penurunan
produktivitas tanaman, dan mengurangi keamanan pangan (Priyadi et al., 2019).
Sesuai dengan Rasyad et al. (2008), yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk
yang mengandung logam berat untuk tanaman pertanian seperti padi dan jagung
dapat berbahaya yang akan mengganggu mutu lingkungan dan menurunkan
kualitas hasil pertanian. Di Kediri sendiri, lahan pertanian yang berada di daerah
no reviews yet
Please Login to review.