Authentication
353x Tipe DOCX Ukuran file 0.11 MB Source: sc.syekhnurjati.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Stres
2.1.1. Pengertian Stres
Stres (Stress) merupakan suatu keadaan ketika seseorang
mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang
mempengaruhi dirinya. Stres merupakan respon dari diri seseorang
terhadap tantangan fisik maupun mental yang datang dari luar
dirinya. (Nasrudin, Endin,2010: 183) Hal senada dikatakan oleh
Mc. Nerney dalam Grendberg (1984) menyebutkan “stres sebagai
reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan
merisaukan seseorang.”
Dengan arti lain stres adalah cara tubuh memberitahu
kepada kita bahwa tuntutan yang kita terima melebihi kemampuan
kita untuk mengatasinya. Stres juga merupakan suatu kondisi
psikofisik yang dialami seseorang saat menghadapi suatu
tantangan. (Jackman, Ann, 2006 : 82-84)
Berdasarkan studi para ahli, stres berkembang melalui tiga
tahapan yaitu, tahapan pertama tanda-tanda awal, tahapan resistensi
dan tahapan keletihan. Pada tahapan awal terjadi reaksi tertentu
seperti jantung berdebar dan perubahan nafas. Selanjutnya tahap
resistensi yang akan terjadi dua kemungkinan yaitu, Eustres yaitu
reaksi baik dalam menyikapi stres dan Distres adalah reaksi buruk
akibat kurangnya pertahanan dalam menyikapi gejala stres yang
datang. Tahap ketiga adalah tahap keletihan yang akan
mengakibatkan psikosomatik dan gangguan mental.(Jackman, Ann,
2006 : 80)
Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-
hari. Sarafino dalam Smet mendefinisikan stres sebagai suatu
10
11
kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan yang
bersal dari berbagai situasi dengan sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial individu (Smet, 1994 : 112). Clonninger
(1996) dalam buku manajemen emosi, mengemukakan bahwa stres
adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika
seseorang mendapatkan masalah atau tantangan atau banyak
pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan
dilakukan.(Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012 : 28)
Helmi (2000) dalam buku manajemen emosi,
mengemukakan bahwa ada Tiga komponen dalam stres yaitu,
stresor, proses (interaksi), dan respon stres. Stresor adalah situasi
atau stimulus yang mengancam kesejahteraan individu. Respon
stres merupakan mekanisme interaktif yang dimulai dari datangnya
stresor sampai munculnya respon stres. (Triantoro Safaria &
Nofrans Eka Saputra, 2012 : 27) Dari ketiga komponen itulah akan
muncul 4 reaksi stres, yaitu :
1. Reaksi psikologi berkaitan dengan aspek emosi seperti mudah
marah, sedih ataupun mudah tersinggung.
2. Reaksi fisiologis berkaitan dengan keluhan fisik seperti pusing,
nyeri tengkuk, nyeri lambung ataupun rambut rontok.
3. Reaksi kognitif biasanya tampak dalam gejala sulit
konsentrasi.
4. Reaksi prilaku dengan melakukan perilaku menyimpang,
seperti menghindar bertemu dengan temannya dan frekuensi
merokok meningkat.
Sedangkan sumber stres (stresor) itu sendiri adalah, Stres
bersumber pada diri sendiri, Stresor pekerjaan atau pendidikan,
Stresor pada lingkungan, Stresor antar teman sebaya.(Nasrudin,
Endin, 2010 : 192-194). Menurut Dadang Hawari, 2001
mengatakan bahwa stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap
12
stresor psikososial atau tekanan mental dan beban kehidupan.
(Sunaryo, 2004 : 215)
2.1.2. Teori Stres
Menurut Selye dalam teori sindrom adaptasi umum
(General Adaptation System, GAS) mengatakan bahwa terjadinya
stres berdampak pada 2 hal yaitu: (Triantoro Safaria dan Nofrans
Eka Saputra, 2012 : 30-37).
1. Dampak negatif stres
Fisiologis berupa keluhan sakit kepla, sembelit, diare,
sakit pinggang dan lain-lain.
Emosional berupa cemas, mudah marah, gugup, takut, dan
lain-lain.
Kognitif, berupa mudah lupa, melamun secara berlebihan,
dan lain-lain.
Interpersonal, berupa minder, agresif, kehilangan
kepercayaan diri, dan lain-lain.
Organisasional, berupa menurunnya produktifitas dan
menurunnya dorongan untuk berprestasi.
2. Dampak psikofisiologis dari stres
Reaksi stres pertama kali terjadi ketika stresor masuk yang
diterima oleh reseptor yang kemudian sistem simpatetik
dan kelenjar-kelenjar tubuh mulai mengeluarkan hormon,
dan jika ketegangan itu terus terjdi maka hormon-hormon
stres mulai meningkat, seperti adrenalin, noradrenalin, dan
kortisol. Dan jika ketegangan terus berlanjut, maka akan
berdampak negatif karena rusaknya sistem pertumbuhan di
dalam tubuh, yang menyebabkan timbulnya diabetes,
maag, hipertensi, jantung, dan lain-lain.
2.1.3. Gejala Stres
Kemampuan individu berbeda-beda dalam menghadapi
stres, dari sisi jenis klamin misalnya, wanita cenderung memiliki
13
level kortisol yang tinggi dalam aliran darahnya ketimbang pria.
Seseorang yang bersifat sensitif sejak dini maka akan mudah
sekali bereaksi menurunkan daya tahan tubuhnya sehingg rawan
sekali terjadi stres. Oleh karenanya perlu dicermati bahwa stres
dapat dikenali sebagai berikut : (Pangkalan Ide, 2008 : 13-15).
Tabel 2.1
Jenis Gejala Stres
N Jenis Gejala
o Fisik Psikologi Sikap
1 Sakit kepala Cemas Tidak nafsu makan
2 Gigi gemeretak Mudah jengkel Tidak sabar
3 Tenggorokan tegang dan Merasa Suka berdebat
kering terancam
4 Rahang mengejang Banyak pikiran Suka menunda-
nunda
5 Nyeri dada Merasa tak Konsumsi alkohol
berdaya
6 Sesak napas Merasa apatis Merokok secara
berlebihan
7 Jantung berdebar Merasa tidak Mengurung diri
berguna
8 Tekanan darah tinggi Merasa buta Mengabaikan
orientasi tanggung jawab
9 Nyeri otot Merasa tidak Hasil kerjanya
aman buruk
10 Gangguan pencernaan Sedih Tidak bersemangat
11 Sebelit /diare Defensif Mengabaikan
kebersihan
12 Suka Keringatan Pemarah Berubah dalam
kegiatan agama
13 Tangan dingin Hipersensitif Hubungan dengan
berkeringat sosial berubah
14 Cepat lelah Apatis
15 Insomnia
16 Sering sakit
Secara ilmiah orang yang mengalami ketidak seimbangan
zat di dalam tubuh karena adanya stressor atau tekanan, akan
no reviews yet
Please Login to review.