Authentication
320x Tipe PDF Ukuran file 0.65 MB Source: simdos.unud.ac.id
KARYA TULIS
GINGIVAL OVERGROWTH YANG DIPICU OLEH AMLODIPIN
Disusun Oleh :
NI KD FIORA RENA PERTIWI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
GINGIVAL OVERGROWTH YANG DIPICU OLEH AMLODIPIN : SEBUAH
LAPORAN KASUS
Taib H, Ali TBT, Kamin S
Abstrak
Pertumbuhan berlebihan dari jaringan gingiva (gingival overgrowth) banyak
ditemukan pada pasien-pasien yang menerima terapi farmakologis tertentu seperti
penyekat kanal kalsium, antikejang dan immunosupresan. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan meningkatkan jumlah bakteri dalam kavum
oral melalui pembentukan lokasi-lokasi retensi plak. Amlodipin merupakan suatu
agen penyekat kanal kalsium generasi ketiga yang dapat menyebabkan pertumbuhan
berlebihan dari jaringan gingiva, walaupun angka kejadiannya masih sangat terbatas.
Tatalaksana dari pertumbuhan jaringan gingiva yang berlebihan berfokus pada kontrol
inflamasi gingiva melalui regimen higienitas oral yang baik. Pada kasus-kasus yang
berat, eksisi bedah merupakan pilihan tatalaksana utama, yang diikuti dengan
prosedur higienitas oral yang ketat (Helda). Laporan kasus ini menjelaskan perawatan
gingival overgrowth pada pasien hipertensi yang mengonsumsi amlodipine.
Kombisani tindakan bedah dan CO laser digunakan dalam perawatan gingival
overgrowth. Tindakan dengan CO laser menghasilkan hemostastis yang baik dan
mengurangi rasa nyeri selama prosedur dan pasca operasi. Laporan kasus ini juga
menjelaskan perawatan periodontal tanpa perubahan obat dapat menghasilkan respon
klinis yang baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Pembesaran gingiva (gingival overgrowth) yang dipicu oleh obat seringkali
terlihat sebagai efek samping dari penggunaan beberapa pengobatan pada pasien yang
rentan. Pengobatan yang biasanya terlibat diantaranya antikonvulsan seperti fenitoin
yang digunakan untuk perawatan kejang-kejang pada pasien epilepsi, obat Calcium
Channel Blockers (CCB) seperti nifedipin untuk perawatan hipertensi atau angina
pectoris, imunosupresan seperti siklosporin A yang digunakan untuk perawatan guna
mencegah penolakan organ transplantasi yang diterima oleh pasien (Seymour et al.,
1996).
Banyak laporan yang membahas bahwa nifedipin memicu GO. Selama beberapa
tahun silam, terdapat peningkatan frekuensi penggunaan amlodipin yang juga
dilaporkan dapat memicu GO (Seymour et al., 1994). Baru-baru ini, Lafzi et al.
(2006) melaporkan kasus hiperplasia gingiva yang berkembang pesat pada pasien
yang mengonsumsi amlodipin 10 mg per hari dengan onset dua bulan. Amlodipin
yang merupakan turunan dihidropiridin adalah penyekat kanal kalsium generasi ketiga
yang memiliki jangka waktu lebih lama dan efek samping yang lebih rendah
dibandingkan dengan obat generasi pertama seperti nifedipin (Ellis et al., 1993).
Prevalensi GO pada pasien yang mengonsumsi amlodipin dilaporkan sebanyak 3.3%
(Jorgensen, 1997), angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
mengonsumsi nifedipin, yakni 47.8% (Nery et al., 1995).
Gambaran klinis GO biasanya menampilkan papilla interdental yang membesar
dan menghasilkan lobulated atau morfologi nodular (Hallmon and Rossmann, 1999).
Efek GO normalnya terbatas pada gingiva cekat dan margin gingiva serta sering
ditemukan pada bagian anterior. Secara histologis, GO akibat nifendipine merupakan
penebalan lapisan sel spunous, hiperkeratosis ringan hingga sedang, proliferasi
fibroblas dan fibrosis lamina propria (Hallmon and Rossmann, 1999). Dalam kasus
ini, kami menangani GO yang parah pada pasien hipertensi yang mengkonsumsi
amlodipin. Penatalaksanaannya terdiri dari prosedur kebersihan rongga mulut serta
kombinasi bedah gingivektomi dan perawatan laser CO2.
no reviews yet
Please Login to review.