jagomart
digital resources
picture1_Ekonomi Pdf 23437 | 31 Item Download 2022-07-30 16-28-02


 189x       Tipe PDF       Ukuran file 0.09 MB       Source: lp2m.um.ac.id


Ekonomi Pdf 23437 | 31 Item Download 2022-07-30 16-28-02

icon picture PDF Filetype PDF | Diposting 30 Jul 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
            JURNAL STUDI SOSIAL, Th. 6, No. 1, Mei 2014, 14-20
               Penguatan Identitas Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas
                  Nasional dan Bahasa Persatuan Jelang Penerapan Masyarakat
                                         Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
                                                    Aulia Luqman Aziz
                                        Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
                                                  aulialuqmanaziz@ub.ac.id
                     Abstract:  We will soon experience the actual globalization era. The realization of ASEAN Economic
                     Community (AEC) in 2015 will bring rapid flow of economic products, information, and people from South-
                     east Asian countries to Indonesia. Indonesian human resources are asked to prepare themselves for the
                     competition. One of the strongest capitals of Indonesians in facing AEC is their proficiency of Indonesian
                     language. The language has been declared, both in legal documents as well as in various national conferences
                     on languages, as the language of unity and the symbol of national identity, a language that is able to unite
                     1,128 ethnicities and 746 local languages. Nevertheless, recent phenomenon shows how Indonesians have
                     started forgetting their identities and have switched into English, due to social and economic reasons. AEC
                     has resulted in policies established by different institutions, endorsing English proficiency for survival in
                     global community. This has motivated Indonesians to learn English, out of fear of not being able to compete
                     in AEC, despite their imperfect Indonesian language. Nonetheless, a good proficiency in Indonesian will help
                     Indonesians face AEC with more confidence, and this will affect foreigners competing in Indonesian market.
                     This paper discusses empowerment strategies of Indonesian language among its native speakers in the dawn
                     of AEC 2015.
                     Keywords: Indonesian language, symbol of national identity, ASEAN Economic Community 2015
                     Abstrak: Arus globalisasi yang selama ini kita dengung-dengungkan, tak lama lagi akan segera
                     kita rasakan secara nyata. Dengan diterapkannya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN
                     (MEA) pada 2015 nanti, arus produk ekonomis, informasi, dan orang dari sekitar kawasan Asia
                     Tenggara diprediksi akan masuk ke Indonesia dengan deras. Sumber daya manusia Indonesia
                     diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan tersebut. Salah satu modal
                     masyarakat Indonesia untuk menghadapi MEA adalah penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa
                     ini telah ditetapkan, baik dalam Undang-undang maupun berbagai konferensi nasional
                     kebahasaan, sebagai bahasa persatuan dan lambang identitas nasional, sebuah bahasa yang
                     mampu mempersatukan 1.128 suku bangsa dengan 746 bahasa daerah yang beragam dari
                     seluruh penjuru tanah air. Akan tetapi, fenomena yang terjadi belakangan ini menunjukkan
                     bahwa orang Indonesia mulai lupa dengan identitas aslinya tersebut dan lebih gemar
                     menggunakan identitas orang lain, yakni Bahasa Inggris, dengan berbagai dalih sosial maupun
                     ekonomis. Dengan segera dijalankannya MEA, seolah-olah para penutur asli Bahasa Indone-
                     sia, dengan dorongan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh berbagai institusi, takut tidak
                     bisa bersaing dengan masyarakat asing bila tidak menguasai Bahasa Inggris. Di sisi lain,
                     penguasaan mereka terhadap bahasanya sendiri masih belum sempurna. Padahal, dengan
                     kemampuan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, masyarakat Indonesia dapat menghadapi
                     MEA dengan lebih percaya diri dan kokoh, dan turut aktif memengaruhi budaya bangsa-bangsa
                     lain yang akan masuk ke Indonesia, bukannya terpengaruh dan menjadi latah dengannya.
                     Makalah ini utamanya akan membahas strategi penguatan Bahasa Indonesia di antara para
                     penutur aslinya jelang diterapkannya MEA 2015.
                     Kata kunci: Bahasa Indonesia, lambang identitas nasional, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
            Pemberlakuan kesepakatan Masyarakat Ekonomi        diperkirakan akan terjadi dengan deras. Akan makin
            ASEAN (MEA) pada tahun 2015 nanti tak terelakkan   banyak barang, jasa, dan tenaga kerja dari negara
            lagi. Pada saat itu, semua negara di kawasan Asia  lain yang masuk ke Indonesia yang sudah barang
            Tenggara, tak terkecuali Indonesia, akan membuka   tentu akan bersaing untuk memperebutkan hati
            lebar berbagai macam akses ekonomi dan sumber      konsumen dan pemilik usaha atau modal Indonesia.
            daya manusia yang sebelumnya terhalang oleh            Dengan masuknya tenaga kerja asing ke Indon-
            berbagai macam syarat keimigrasian dan aturan      sia, struktur sosial budaya masyarakat Indonesia pun
            kepabeanan. Dengan demikian, arus keluar-masuk     sedikit banyak akan berubah ke arah positif maupun
            produk berupa barang dan jasa serta tenaga kerja   negatif. Pengaruh positif di antaranya adalah akan
            14                                              14
                                                                      Aulia Luqman, Penguatan Identitas Bahasa Indonesia Sebagai Lambang . . .
                  terpacunya tenaga kerja Indonesia untuk mening-                  komputer dalam keseharian kita: meng-copy, copy-
                  katkan kualitas kerjanya karena kini tidak lagi                  paste, di-delete, di-save, di-print, hingga belum dapat
                  bersaing dengan sesama saudaranya saja untuk men-                ditemukannya kata pengganti “file” yang bisa dite-
                  dapatkan pekerjaan, tetapi juga sedikit banyak akan              rima oleh lidah kita dengan baik.
                  bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. Se-                     Semua peristiwa di atas makin meneguhkan
                  mentara itu, peristiwa ini juga berpotensi menim-                pandangan dan pikiran kita bahwa bahasa yang pa-
                  bulkan beberapa dampak negatif, salah satunya
                  dalam hal penggunaan bahasa. Oleh karena para pen-               ling tepat digunakan untuk per­gaulan lintas budaya
                                                                                   ketika mulai diterapkannya MEA 2015 nanti adalah
                  datang asing tersebut datang dari berbagai negara                Bahasa Inggris, sekalipun bila konteks pergaulan
                  dengan beragam latar belakang budaya dan bahasa,                 tersebut terjadi di Indonesia, di wilayah dan tanah
                  maka akan terbangun sebuah tembok tebal yang akan                air kita sendiri. Akibat yang paling fatal dari pemi-
                  menghalangi kita dan mereka untuk berkomunikasi                  kiran demikian adalah munculnya kebingungan dan
                  satu sama lain. Dengan demikian, sudah tentu diper-              kecemasan di sebagian masyarakat kita akibat belum
                  lukan satu bahasa yang dapat disepakati bersama                  dikuasainya Bahasa Inggris sebagai prasyarat per-
                  untuk digunakan sebagai media komunikasi sehari-                 saingan global nanti.
                  hari. Bila kita mengajukan pertanyaan, “Apakah ba-               Bahasa Indonesia, Lambang Jati Diri Nasional
                  hasa yang dapat disepakati bersama itu?” kepada
                  masyarakat luas, saya yakin sebagian besar akan                        Pada hakikatnya, kebingungan dan kecemasan
                  menjawab, “Bahasa Inggris”.                                      demikian tidaklah perlu terjadi, setidaknya di wila-
                       Pemilihan Bahasa Inggris sebagai bahasa komu-               yah negara kita sendiri. Kita bangsa Indonesia
                  nikasi sehari-hari di kalangan pekerja pribumi dan               memiliki sebuah bahasa yang telah terbukti mampu
                  asing memang saat ini dianggap sebagai suatu hal                 mempersatukan sekitar 1.128 suku bangsa (JPNN
                  yang wajar. Selama ini, Bahasa Inggris sudah diterima            Mobile, 2010) dengan 746 bahasa daerah (Sugono,
                  secara luas oleh mayoritas penduduk dunia sebagai                2008) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
                  bahasa pemersatu, bahasa yang dapat menjembatani                 yakni Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah dite-
                  komunikasi di antara penduduk dunia yang beragam                 tapkan sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa
                  bahasa ibunya. Yunsirno (2010) menyatakan bahwa                  negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36.
                  meskipun dari segi jumlah penutur sebenarnya Baha-               Artinya, Bahasa Indonesia ditempatkan sebagai lam-
                  sa Mandarin jauh lebih unggul dibandingkan Bahasa                bang kebanggaan dan identitas nasional serta bahasa
                  Inggris, sebaran penutur Bahasa Inggris jauh lebih               resmi kenegaraan.
                  merata di berbagai negara di dunia (lihat Tabel 1).                    Melihat fakta sederhana ini, memang sudah
                  Tabel 1. Perbandingan Jumlah dan Sebaran Penutur                 sewajarnya bangsa Indonesia bangga dan bersyukur
                  Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris                               atas kepemilikan bahasa ini. Jika dibandingkan
                                                                                   dengan negara lain, hampir sulit ditemukan negara
                   Jenis Bahasa     Jumlah Penutur di     Jumlah negara            yang memiliki kondisi serupa, yakni menaungi ratu-
                                    seluruh dunia         yang penduduknya         san juta penduduk dengan ribuan latar belakang
                                    (bahasa pertama       menggunakan              budaya yang berbeda-beda. Bila kita ke pergi ke
                                                                                   negara tetangga, misalnya, Singapura, maka kondisi
                                    atau kedua)           bahasa tersebut          kebahasaan yang kondusif mungkin tak akan kita te-
                                                          (sebagai bahasa          mui. Di negara kecil tersebut, setidaknya ada empat
                                                          pertama atau             suku bangsa dengan bahasa etnisnya masing-masing
                                                          kedua)                   yang tinggal hidup bersama di sana, yakni etnis
                   Bahasa           1.197.000.000         33                       Tionghoa (mayoritas), Melayu, India, dan kelompok
                                                                                   pendatang-ekspatriat asing (mayoritas dari negara-
                   Mandarin         orang                                          negara Barat yang berbahasa Inggris). Keempat etnis
                   Bahasa           335.000.000 orang  101                         bangsa tersebut tidak bisa mencapai kesepakatan
                   Inggris                                                         akan satu bahasa khusus dan unik yang dapat
                                                                                   mereka gunakan sebagai alat komunikasi, sehingga
                       Belum lagi jika kita berbicara kemajuan pera-               Bahasa Inggris—yang notabene bukan bahasa ibu
                  daban, dalam hal ini ilmu dan teknologi, yang lebih              dari ketiga etnis penghuni negara tersebut—harus
                  banyak dimulai di Amerika bagian Utara dengan                    ditetapkan sebagai bahasa resmi negara tersebut.
                  mayoritas  penduduknya  berbahasa  Inggris,                      Meski telah ditetapkan demikian, pada kenyataannya
                  daripada di belahan dunia manapun. Kita pun ikut                 tidak semua warga negara Singapura mau dan mam-
                  merasakan dampaknya:segala hal yang berbau tek-                  pu berbahasa Inggris; mereka lebih suka meng-
                  nologi hampir tak dapat kita  pisahkan dari                      gunakan bahasa etnisnya sendiri sekalipun itu dalam
                  penggunaan Bahasa Inggris di dalamnya. Komputer                  pergaulan antar-etnis.
                  jinjing (notebook) yang digunakan untuk menulis                        Mari kita tengok juga India, sebagaimana yang
                  artikel ini salah satunya. Kita sulit untuk tidak me-            diceritakan oleh Sari (2010). Ketika menempuh studi
                  ngucapkan istilah dan variasi istilah yang ada dalam             di Amerika Serikat, ia memiliki dua orang teman dari
                                                                                   India. Sebagai­mana yang kita tahu, India memiliki
                                                                                                                                              15
             JURNAL STUDI SOSIAL, Th. 6, No. 1, Mei 2014, 14-20
             karakteristik sosial-kebahasaan yang mirip dengan         Kebanggaan Berbahasa Indonesia Yang Memudar
             Indonesia: jumlah penduduk padat dan ber­agam                 Akan tetapi, dewasa ini Bahasa Indonesia meng-
             suku dan bahasa. Tidak kurang ada 398 bahasa dae-         hadapi tantangan besar bahkan sebelum mulai
             rah berikut penuturnya yang mendiami seluruh              diberlakukannya MEA 2015, yakni mulai memu-
             wilayah India (Maps of India, daring). Hanya saja, In-    darnya  kebanggaan  bangsa  Indonesia  akan
             dia “gagal” menetapkan konsensus bersama untuk            kepemilikan terhadap bahasa nasional mereka sen-
             memilih salah satu bahasa sebagai bahasa nasional         diri. Dalam konteks perdagangan, misalnya, banyak
             dan resmi negara. Akibatnya, dua orang India yang         kita temui produk-produk barang maupun jasa yang
             Sari temui di Amerika Serikat tersebut—salah              ditawarkan dengan menggunakan Bahasa Inggris.
             satunya berasal dari India bagian Utara dan lainnya       Rupanya, perilaku para pedagang tersebut tidak
             dari India bagian Selatan—harus menggunakan Ba-           terlepas dari pola pikir kebanyakan konsumen yang
             hasa Inggris ketika bercakap-cakap satu sama lain.        lebih menyukai produk yang ditawarkan dalam Ba-
                  Dari contoh-contoh nyata di atas, nampak jelas       hasa Inggris daripada yang ditawarkan dalam
             bahwa Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan             Bahasa Indonesia. Konsumen kita memandang
             fungsi yang istimewa dalam mempersatukan seluruh          produk yang ditawarkan dalam Bahasa Indonesia
             anak bangsa dari beragam latar belakang budaya.           pastilah memiliki kualitas yang lebih baik, meskipun
             Meskipun sebagai sebuah negara berkembang Indo-           harganya sedikit lebih mahal. Memiliki produk terse-
             nesia beberapa kali diguncang oleh konflik sosial         but akan memberikan suatu peningkatan status
             yang mengarah pada separatisme, tak ada satu pun          sosial di mata anggota masyarakat lainnya; dan
             dari konflik tersebut yang menuntut atau menolak          sebaliknya, memiliki produk yang ditawarkan dalam
             penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa                Bahasa Indonesia seolah bukan sesuatu yang isti-
                                                                       mewa walaupun sisi kemanfaatannya lebih besar
             kelompok yang menginginkan per­pecahan tersebut.
             Hal ini tentu berbeda dengan perpecahan antara In-        dari kemasannya.
             dia dan Pakistan yang berujung pula pada perbedaan            Pun demikian dalam konteks pergaulan sehari-
             bahasa yang digunakan oleh kedua negara tersebut,         hari. Penggunaan beberapa istilah atau ungkapan
             atau dengan ancaman pisah oleh Provinsi Quebec di         dalam Bahasa Inggris akan lebih mengesankan penu-
             Kanada karena penduduk di provinsi tersebut ingin         turnya sebagai seseorang yang lebih terdidik dan
             menggunakan Bahasa Prancis sebagai bahasa resmi           memiliki status sosial yang lebih baik dibandingkan
             mereka, bukan Bahasa Inggris yang ditetapkan oleh         mereka yang hanya berkutat dengan ungkapan-
             negara sebagai bahasa resmi (Moeliono, 2009)              ungkapan berbahasa Indonesia. Di lingkungan per-
                  Bila  menilik  kembali  sejarah,  kekuatan           gaulan saya sebagai dosen di sebuah perguruan
             pemersatu Bahasa Indonesia memang sudah muncul            tinggi negeri, tak jarang beberapa kolega, khususnya
             sejak sebelum negara Indonesia terbentuk. Pada masa       yang membawa pulang gelar akademik dari kampus
             penjajahan, sebagian kelompok terdidik mulai              di luar negeri, banyak menggunakan ungkapan ung-
             menelaah Bahasa Indonesia untuk masuk ke dalam            kapan berbahasa Inggris dalam percakapan sosial
             fungsi politis dan sosiologis cikal-bakal negara Indo-    maupun diskusi akademis.
             nesia (Sugono, 2008). Maka mulailah Bahasa Indone-            Dengan  kondisi  sosial-kebahasaan  yang
             sia digunakan secara lebih luas dalam bacaan rakyat,      demikian, maka tak heran bila kekuatan dan kewi-
             karya sastra, bahasa perkumpulan-perkumpulan,             bawaan Bahasa Indonesia makin memudar di antara
             surat kabar, dan majalah pada era 1920an. Dam-            masyarakat penutur aslinya. Beberapa organisasi
             paknya, seluruh suku bangsa yang merasakan pende-         dalam negeri kini lebih menyukai penggunaan Baha-
             ritaan  akibat  penjajahan  merasakan  adanya             sa Inggris dalam penamaan organisasinya. Misalnya,
             kesamaan identitas yang pada akhirnya mem-                “Indonesian Fiscal and Tax Administration Association” akan
             bangkitkan rasa kebersamaan, kesatuan, kesetia-           terdengar lebih meyakinkan dibandingkan “Asosiasi
             kawanan, dan digunakan untuk menyemangati para            Administrasi Fiskal dan Pajak Indonesia”. Kemudian,
             pejuang kemerdekaan dalam mengusir penjajah.              “Persis Solo FC (Football Club)” akan terdengar lebih
                  Sejak  saat  itu,  Bahasa  Indonesia  mulai          berwibawa daripada “PS (Persatuan Sepakbola) Per-
             dipergunakan secara luas di berbagai bidang ilmu,         sis Solo”, atau “Persepam Madura United” akan
             khususnya untuk pendidikan. Dan, dengan digu-             terdengar lebih menjanjikan daripada “Persepam
             nakannya Bahasa Indonesia dalam teks proklamasi           Madura Bersatu”.
             yang diikuti dengan penetapannya sebagai bahasa               Kecenderungan pada Bahasa Inggris semacam
             resmi negara dalam UUD 1945, maka Bahasa Indo-            ini memuncak dalam wujud kebijakan perguruan
             nesia telah mencapai fungsi politis dan sosiologisnya     tinggi yang mensyaratkan mahasiswanya untuk
             pada tahap ini. Untuk selanjutnya, Bahasa Indone-         mendapatkan sertifikat nilai ujian resmi Bahasa
             sia mulai menemukan bentuknya yang sempurna               Inggris (TOEFL atau TOEIC) sebelum lulus. Hal ini
             dengan disusunnya Kamus Besar Bahasa Indonesia            menjadi aneh karena bila memang perguruan tinggi
             pada 1988, lahirnya tata bahasa baku pada 1988, dan       ingin membekali calon lulusannya dengan kemam-
             diresmikannya Ujian Kemahiran Berbahasa Indone-           puan berbahasa Inggris, semestinya perguruan tinggi
             sia (UKBI) pada 2001.                                     menyediakan seperangkat sistem pendidikan dan
             16
                                                          Aulia Luqman, Penguatan Identitas Bahasa Indonesia Sebagai Lambang . . .
               fasilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendi-   daripada milik sendiri.
               dikan Bahasa Inggris. Kenyataannya, perguruan              Kemudian, sebab eksternal berkaitan dengan
               tinggi hanya menyediakan mata kuliah Bahasa           pengaruh budaya dan teknologi dari bangsa lain
               Inggris yang dipelajari pada satu semester di antara  yang lebih maju. Sudah jamak diketahui bahwa kehi-
               minimal delapan semester yang ditempuh seorang        dupan kita di masa sekarang hampir tak dapat lepas
               mahasiswa. Dengan demikian, mustahil mengha-          dari produk-produk kebudayaan Barat, misalnya
               rapkan lulusan perguruan tinggi mendapatkan nilai     teknologi komunikasi. Bersamaan dengan masuknya
               yang tinggi dalam tes-tes kecakapan Bahasa Inggris    produk-produk tersebut, masuklah pula budaya-
               tersebut.                                             budaya mereka yang sedikit banyak akan meme-
                   Pun demikian dengan perusahaan-perusahaan         ngaruhi pola pikir kita, salah satunya berkaitan
               milik negara maupun yang swasta; mayoritas            dengan bahasa. Maka, gambaran yang terbentuk
               mensyaratkan adanya nilai minimal tertentu hasil      dalam benak kita adalah segala hal yang datang dari
               tes kecakapan Bahasa Inggris sebagai salah satu       Barat adalah kemajuan, kemakmuran, kesejahteraan
               kelengkapan melamar pekerjaan di perusahaan ter-      yang lebih baik, dan puncak aktualisasi diri sebagai
               sebut. Ini bukanlah suatu hal yang salah mengingat    manusia. Tak heran, kita pun, secara sadar maupun
               kemungkinan perusahaan tersebut akan banyak           tak sadar, akan terbawa ke arus budaya Barat, terma-
               bekerja sama dengan pihak lain dari luar negeri.      suk dalam pola-pola pragmatis dalam perdagangan
               Hanya saja, kebijakan tersebut membuat Bahasa In-     seperti menggunakan bahasa mereka dalam iklan.
               donesia sebagai lambang jatidiri kita terpinggirkan   Bahasa Indonesia Untuk Tenaga Kerja Asing
               dan lebih berfokus pada penguasaan Bahasa Inggris.
               Padahal, kita sudah punya instrumen resmi untuk            Dalam konteks masuknya arus tenaga kerja
               menguji kemahiran Bahasa Indonesia seseorang,         asing ke Indonesia, maka sudah selayaknya masya-
               yakni UKBI. Keadaan Bahasa Indonesia di negerinya     rakat Indonesia tidak cemas dan bingung dengan
               sendiri masih “centang-perenang”, menurut Sylado      keharusan penguasaan Bahasa Inggris. Sebaliknya,
               (2008), karena ternyata tak banyak orang Indonesia    siapapun yang datang kemarilah yang harus cemas
               yang mampu menggunakannya secara baik dan             dan bingung dengan ketidakmampuannya berba-
               benar dalam konteks formal, semi-formal, maupun       hasa Indonesia, sekalipun Bahasa Inggris adalah
               non-formal.                                           makanannya sehari-hari. Pola pikir yang ada selama
                   Padahal, jika kita mau mengamati perkem-          ini perlu dibalik karena berdasarkan struktur dan
               bangan kebahasaan di dunia, khususnya di kawasan      morfologinya, Bahasa Indonesia sebenarnya sudah
               Asia Tenggara, Bahasa Indonesia ternyata mulai        pantas untuk maju menjadi bahasa modern dalam
               mendapat tempat di hati orang non-Indonesia. Saat     pertukaran informasi, sehingga kita dapat menikmati
               ini, menurut pejabat Kementerian Luar Negeri Indo-    berbagai macam kemajuan karya sastra, ilmu
               nesia, terdapat 45 negara yang mengajarkan Bahasa     pengetahuan, dan teknologi tanpa perlu menunggu
               Indonesia di sekolah-sekolah mereka, misalnya Ame-    sampai kita mampu berbahasa Inggris atau asing
               rika Serikat, Kanada, dan Vietnam (Hudjolly, 2011).   lainnya (Saparie, 2008).
               Bahkan, ada sekitar 500 sekolah ditambah beberapa          Dalam upaya untuk meningkatkan derajat
               perguruan tinggi di Australia yang sudah mem-         Bahasa Indonesia tersebut, berbagai lembaga dalam
               berikan pengajaran Bahasa Indonesia. Maka, sangat-    dan luar negeri telah menyelenggarakan penelitian
               lah ironis bila derajat Bahasa Indonesia di mata      dan kerjasama untuk menangani masalah kebaha-
               pemiliknya yang asli mulai menurun atau mulai         saan ini. Misalnya, dalam bidang teknologi dan
               terimbangi dengan naiknya pamor Bahasa Inggris.       informasi, Microsoft, sebuah perusahaan raksasa
                   Setidaknya ada dua penyebab mengapa Bahasa        piranti lunak dan keras komputer, telah bekerjasama
               Indonesia cenderung tersisih oleh Bahasa Inggris      dengan Pusat Bahasa (kini bernama Pusat Pengem-
               dalam era globalisasi saat ini (para cendekiawan      bangan dan Pembinaan Bahasa) untuk mengindo-
               bahasa menyebutnya sebagai fenomena ‘imperia-         nesiakan kurang lebih 180.000 istilah yang berhubu-
               lisme bahasa’), yakni sebab internal dan eksternal.   ngan dengan teknologi komputer (Sugono, 2008).
               Sebab internal berkaitan dengan mentalitas kita       Selain itu, untuk menyamakan pemikiran dalam
               sebagai bangsa yang terjajah yang dicirikan dengan    penggunaan istilah-istilah di media massa, perwa-
               lebih percaya diri bila menggunakan bahasa asing      kilan jurnalis dan pakar bahasa rutin bertemu dalam
               dalam komunikasi (Kontjaraningrat, 1983, dalam        Forum Bahasa Media Massa agar media massa
               Suyatno, 2010). Sejarah menunjukkan adanya            berbahasa Indonesia tidak “menjadi genit bersolek
               diskriminasi atas perlakuan penjajah (bangsa          dengan begitu banyak cetak miring untuk kata-kata
               Belanda) kepada rakyat pribumi, mulai dari pem-       berbahasa Inggris yang dipindahkan bulat-bulat dari
               bedaan sekolah, bahasa, hingga pakaian sehari-hari.   buku teks Amerika” (Sylado, 2008).
               Tidak mengherankan jika selama kurang lebih 350            Langkah paling nyata dari pemerintah kita
               tahun nenek moyang kita hidup dengan pola             adalah dengan adanya penyelenggaraan dan
               kehidupan diskriminatif semacam itu pastilah          penyemarakan program Bahasa Indonesia untuk
               menghasilkan sebuah mental pemikiran yang meli-       Penutur Asing (BIPA). Program ini diperuntukkan
               hat bahwa bahasa dan budaya asing itu lebih baik      bagi para penutur asli bahasa asing yang tertarik
                                                                                                                      17
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Jurnal studi sosial th no mei penguatan identitas bahasa indonesia sebagai lambang nasional dan persatuan jelang penerapan masyarakat ekonomi asean mea aulia luqman aziz fakultas ilmu administrasi universitas brawijaya aulialuqmanaziz ub ac id abstract we will soon experience the actual globalization era realization of economic community aec in bring rapid flow products information and people from south east asian countries to indonesian human resources are asked prepare themselves for competition one strongest capitals indonesians facing is their proficiency language has been declared both legal documents as well various national conferences on languages unity symbol identity a that able unite ethnicities local nevertheless recent phenomenon shows how have started forgetting identities switched into english due social reasons resulted policies established by different institutions endorsing survival global this motivated learn out fear not being compete despite imperfect nonetheless g...

no reviews yet
Please Login to review.