Authentication
189x Tipe PDF Ukuran file 0.09 MB Source: lp2m.um.ac.id
JURNAL STUDI SOSIAL, Th. 6, No. 1, Mei 2014, 14-20 Penguatan Identitas Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional dan Bahasa Persatuan Jelang Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 Aulia Luqman Aziz Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya aulialuqmanaziz@ub.ac.id Abstract: We will soon experience the actual globalization era. The realization of ASEAN Economic Community (AEC) in 2015 will bring rapid flow of economic products, information, and people from South- east Asian countries to Indonesia. Indonesian human resources are asked to prepare themselves for the competition. One of the strongest capitals of Indonesians in facing AEC is their proficiency of Indonesian language. The language has been declared, both in legal documents as well as in various national conferences on languages, as the language of unity and the symbol of national identity, a language that is able to unite 1,128 ethnicities and 746 local languages. Nevertheless, recent phenomenon shows how Indonesians have started forgetting their identities and have switched into English, due to social and economic reasons. AEC has resulted in policies established by different institutions, endorsing English proficiency for survival in global community. This has motivated Indonesians to learn English, out of fear of not being able to compete in AEC, despite their imperfect Indonesian language. Nonetheless, a good proficiency in Indonesian will help Indonesians face AEC with more confidence, and this will affect foreigners competing in Indonesian market. This paper discusses empowerment strategies of Indonesian language among its native speakers in the dawn of AEC 2015. Keywords: Indonesian language, symbol of national identity, ASEAN Economic Community 2015 Abstrak: Arus globalisasi yang selama ini kita dengung-dengungkan, tak lama lagi akan segera kita rasakan secara nyata. Dengan diterapkannya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 nanti, arus produk ekonomis, informasi, dan orang dari sekitar kawasan Asia Tenggara diprediksi akan masuk ke Indonesia dengan deras. Sumber daya manusia Indonesia diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan tersebut. Salah satu modal masyarakat Indonesia untuk menghadapi MEA adalah penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa ini telah ditetapkan, baik dalam Undang-undang maupun berbagai konferensi nasional kebahasaan, sebagai bahasa persatuan dan lambang identitas nasional, sebuah bahasa yang mampu mempersatukan 1.128 suku bangsa dengan 746 bahasa daerah yang beragam dari seluruh penjuru tanah air. Akan tetapi, fenomena yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa orang Indonesia mulai lupa dengan identitas aslinya tersebut dan lebih gemar menggunakan identitas orang lain, yakni Bahasa Inggris, dengan berbagai dalih sosial maupun ekonomis. Dengan segera dijalankannya MEA, seolah-olah para penutur asli Bahasa Indone- sia, dengan dorongan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh berbagai institusi, takut tidak bisa bersaing dengan masyarakat asing bila tidak menguasai Bahasa Inggris. Di sisi lain, penguasaan mereka terhadap bahasanya sendiri masih belum sempurna. Padahal, dengan kemampuan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, masyarakat Indonesia dapat menghadapi MEA dengan lebih percaya diri dan kokoh, dan turut aktif memengaruhi budaya bangsa-bangsa lain yang akan masuk ke Indonesia, bukannya terpengaruh dan menjadi latah dengannya. Makalah ini utamanya akan membahas strategi penguatan Bahasa Indonesia di antara para penutur aslinya jelang diterapkannya MEA 2015. Kata kunci: Bahasa Indonesia, lambang identitas nasional, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Pemberlakuan kesepakatan Masyarakat Ekonomi diperkirakan akan terjadi dengan deras. Akan makin ASEAN (MEA) pada tahun 2015 nanti tak terelakkan banyak barang, jasa, dan tenaga kerja dari negara lagi. Pada saat itu, semua negara di kawasan Asia lain yang masuk ke Indonesia yang sudah barang Tenggara, tak terkecuali Indonesia, akan membuka tentu akan bersaing untuk memperebutkan hati lebar berbagai macam akses ekonomi dan sumber konsumen dan pemilik usaha atau modal Indonesia. daya manusia yang sebelumnya terhalang oleh Dengan masuknya tenaga kerja asing ke Indon- berbagai macam syarat keimigrasian dan aturan sia, struktur sosial budaya masyarakat Indonesia pun kepabeanan. Dengan demikian, arus keluar-masuk sedikit banyak akan berubah ke arah positif maupun produk berupa barang dan jasa serta tenaga kerja negatif. Pengaruh positif di antaranya adalah akan 14 14 Aulia Luqman, Penguatan Identitas Bahasa Indonesia Sebagai Lambang . . . terpacunya tenaga kerja Indonesia untuk mening- komputer dalam keseharian kita: meng-copy, copy- katkan kualitas kerjanya karena kini tidak lagi paste, di-delete, di-save, di-print, hingga belum dapat bersaing dengan sesama saudaranya saja untuk men- ditemukannya kata pengganti “file” yang bisa dite- dapatkan pekerjaan, tetapi juga sedikit banyak akan rima oleh lidah kita dengan baik. bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. Se- Semua peristiwa di atas makin meneguhkan mentara itu, peristiwa ini juga berpotensi menim- pandangan dan pikiran kita bahwa bahasa yang pa- bulkan beberapa dampak negatif, salah satunya dalam hal penggunaan bahasa. Oleh karena para pen- ling tepat digunakan untuk pergaulan lintas budaya ketika mulai diterapkannya MEA 2015 nanti adalah datang asing tersebut datang dari berbagai negara Bahasa Inggris, sekalipun bila konteks pergaulan dengan beragam latar belakang budaya dan bahasa, tersebut terjadi di Indonesia, di wilayah dan tanah maka akan terbangun sebuah tembok tebal yang akan air kita sendiri. Akibat yang paling fatal dari pemi- menghalangi kita dan mereka untuk berkomunikasi kiran demikian adalah munculnya kebingungan dan satu sama lain. Dengan demikian, sudah tentu diper- kecemasan di sebagian masyarakat kita akibat belum lukan satu bahasa yang dapat disepakati bersama dikuasainya Bahasa Inggris sebagai prasyarat per- untuk digunakan sebagai media komunikasi sehari- saingan global nanti. hari. Bila kita mengajukan pertanyaan, “Apakah ba- Bahasa Indonesia, Lambang Jati Diri Nasional hasa yang dapat disepakati bersama itu?” kepada masyarakat luas, saya yakin sebagian besar akan Pada hakikatnya, kebingungan dan kecemasan menjawab, “Bahasa Inggris”. demikian tidaklah perlu terjadi, setidaknya di wila- Pemilihan Bahasa Inggris sebagai bahasa komu- yah negara kita sendiri. Kita bangsa Indonesia nikasi sehari-hari di kalangan pekerja pribumi dan memiliki sebuah bahasa yang telah terbukti mampu asing memang saat ini dianggap sebagai suatu hal mempersatukan sekitar 1.128 suku bangsa (JPNN yang wajar. Selama ini, Bahasa Inggris sudah diterima Mobile, 2010) dengan 746 bahasa daerah (Sugono, secara luas oleh mayoritas penduduk dunia sebagai 2008) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, bahasa pemersatu, bahasa yang dapat menjembatani yakni Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah dite- komunikasi di antara penduduk dunia yang beragam tapkan sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa bahasa ibunya. Yunsirno (2010) menyatakan bahwa negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. meskipun dari segi jumlah penutur sebenarnya Baha- Artinya, Bahasa Indonesia ditempatkan sebagai lam- sa Mandarin jauh lebih unggul dibandingkan Bahasa bang kebanggaan dan identitas nasional serta bahasa Inggris, sebaran penutur Bahasa Inggris jauh lebih resmi kenegaraan. merata di berbagai negara di dunia (lihat Tabel 1). Melihat fakta sederhana ini, memang sudah Tabel 1. Perbandingan Jumlah dan Sebaran Penutur sewajarnya bangsa Indonesia bangga dan bersyukur Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris atas kepemilikan bahasa ini. Jika dibandingkan dengan negara lain, hampir sulit ditemukan negara Jenis Bahasa Jumlah Penutur di Jumlah negara yang memiliki kondisi serupa, yakni menaungi ratu- seluruh dunia yang penduduknya san juta penduduk dengan ribuan latar belakang (bahasa pertama menggunakan budaya yang berbeda-beda. Bila kita ke pergi ke negara tetangga, misalnya, Singapura, maka kondisi atau kedua) bahasa tersebut kebahasaan yang kondusif mungkin tak akan kita te- (sebagai bahasa mui. Di negara kecil tersebut, setidaknya ada empat pertama atau suku bangsa dengan bahasa etnisnya masing-masing kedua) yang tinggal hidup bersama di sana, yakni etnis Bahasa 1.197.000.000 33 Tionghoa (mayoritas), Melayu, India, dan kelompok pendatang-ekspatriat asing (mayoritas dari negara- Mandarin orang negara Barat yang berbahasa Inggris). Keempat etnis Bahasa 335.000.000 orang 101 bangsa tersebut tidak bisa mencapai kesepakatan Inggris akan satu bahasa khusus dan unik yang dapat mereka gunakan sebagai alat komunikasi, sehingga Belum lagi jika kita berbicara kemajuan pera- Bahasa Inggris—yang notabene bukan bahasa ibu daban, dalam hal ini ilmu dan teknologi, yang lebih dari ketiga etnis penghuni negara tersebut—harus banyak dimulai di Amerika bagian Utara dengan ditetapkan sebagai bahasa resmi negara tersebut. mayoritas penduduknya berbahasa Inggris, Meski telah ditetapkan demikian, pada kenyataannya daripada di belahan dunia manapun. Kita pun ikut tidak semua warga negara Singapura mau dan mam- merasakan dampaknya:segala hal yang berbau tek- pu berbahasa Inggris; mereka lebih suka meng- nologi hampir tak dapat kita pisahkan dari gunakan bahasa etnisnya sendiri sekalipun itu dalam penggunaan Bahasa Inggris di dalamnya. Komputer pergaulan antar-etnis. jinjing (notebook) yang digunakan untuk menulis Mari kita tengok juga India, sebagaimana yang artikel ini salah satunya. Kita sulit untuk tidak me- diceritakan oleh Sari (2010). Ketika menempuh studi ngucapkan istilah dan variasi istilah yang ada dalam di Amerika Serikat, ia memiliki dua orang teman dari India. Sebagaimana yang kita tahu, India memiliki 15 JURNAL STUDI SOSIAL, Th. 6, No. 1, Mei 2014, 14-20 karakteristik sosial-kebahasaan yang mirip dengan Kebanggaan Berbahasa Indonesia Yang Memudar Indonesia: jumlah penduduk padat dan beragam Akan tetapi, dewasa ini Bahasa Indonesia meng- suku dan bahasa. Tidak kurang ada 398 bahasa dae- hadapi tantangan besar bahkan sebelum mulai rah berikut penuturnya yang mendiami seluruh diberlakukannya MEA 2015, yakni mulai memu- wilayah India (Maps of India, daring). Hanya saja, In- darnya kebanggaan bangsa Indonesia akan dia “gagal” menetapkan konsensus bersama untuk kepemilikan terhadap bahasa nasional mereka sen- memilih salah satu bahasa sebagai bahasa nasional diri. Dalam konteks perdagangan, misalnya, banyak dan resmi negara. Akibatnya, dua orang India yang kita temui produk-produk barang maupun jasa yang Sari temui di Amerika Serikat tersebut—salah ditawarkan dengan menggunakan Bahasa Inggris. satunya berasal dari India bagian Utara dan lainnya Rupanya, perilaku para pedagang tersebut tidak dari India bagian Selatan—harus menggunakan Ba- terlepas dari pola pikir kebanyakan konsumen yang hasa Inggris ketika bercakap-cakap satu sama lain. lebih menyukai produk yang ditawarkan dalam Ba- Dari contoh-contoh nyata di atas, nampak jelas hasa Inggris daripada yang ditawarkan dalam bahwa Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan Bahasa Indonesia. Konsumen kita memandang fungsi yang istimewa dalam mempersatukan seluruh produk yang ditawarkan dalam Bahasa Indonesia anak bangsa dari beragam latar belakang budaya. pastilah memiliki kualitas yang lebih baik, meskipun Meskipun sebagai sebuah negara berkembang Indo- harganya sedikit lebih mahal. Memiliki produk terse- nesia beberapa kali diguncang oleh konflik sosial but akan memberikan suatu peningkatan status yang mengarah pada separatisme, tak ada satu pun sosial di mata anggota masyarakat lainnya; dan dari konflik tersebut yang menuntut atau menolak sebaliknya, memiliki produk yang ditawarkan dalam penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Bahasa Indonesia seolah bukan sesuatu yang isti- mewa walaupun sisi kemanfaatannya lebih besar kelompok yang menginginkan perpecahan tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan perpecahan antara In- dari kemasannya. dia dan Pakistan yang berujung pula pada perbedaan Pun demikian dalam konteks pergaulan sehari- bahasa yang digunakan oleh kedua negara tersebut, hari. Penggunaan beberapa istilah atau ungkapan atau dengan ancaman pisah oleh Provinsi Quebec di dalam Bahasa Inggris akan lebih mengesankan penu- Kanada karena penduduk di provinsi tersebut ingin turnya sebagai seseorang yang lebih terdidik dan menggunakan Bahasa Prancis sebagai bahasa resmi memiliki status sosial yang lebih baik dibandingkan mereka, bukan Bahasa Inggris yang ditetapkan oleh mereka yang hanya berkutat dengan ungkapan- negara sebagai bahasa resmi (Moeliono, 2009) ungkapan berbahasa Indonesia. Di lingkungan per- Bila menilik kembali sejarah, kekuatan gaulan saya sebagai dosen di sebuah perguruan pemersatu Bahasa Indonesia memang sudah muncul tinggi negeri, tak jarang beberapa kolega, khususnya sejak sebelum negara Indonesia terbentuk. Pada masa yang membawa pulang gelar akademik dari kampus penjajahan, sebagian kelompok terdidik mulai di luar negeri, banyak menggunakan ungkapan ung- menelaah Bahasa Indonesia untuk masuk ke dalam kapan berbahasa Inggris dalam percakapan sosial fungsi politis dan sosiologis cikal-bakal negara Indo- maupun diskusi akademis. nesia (Sugono, 2008). Maka mulailah Bahasa Indone- Dengan kondisi sosial-kebahasaan yang sia digunakan secara lebih luas dalam bacaan rakyat, demikian, maka tak heran bila kekuatan dan kewi- karya sastra, bahasa perkumpulan-perkumpulan, bawaan Bahasa Indonesia makin memudar di antara surat kabar, dan majalah pada era 1920an. Dam- masyarakat penutur aslinya. Beberapa organisasi paknya, seluruh suku bangsa yang merasakan pende- dalam negeri kini lebih menyukai penggunaan Baha- ritaan akibat penjajahan merasakan adanya sa Inggris dalam penamaan organisasinya. Misalnya, kesamaan identitas yang pada akhirnya mem- “Indonesian Fiscal and Tax Administration Association” akan bangkitkan rasa kebersamaan, kesatuan, kesetia- terdengar lebih meyakinkan dibandingkan “Asosiasi kawanan, dan digunakan untuk menyemangati para Administrasi Fiskal dan Pajak Indonesia”. Kemudian, pejuang kemerdekaan dalam mengusir penjajah. “Persis Solo FC (Football Club)” akan terdengar lebih Sejak saat itu, Bahasa Indonesia mulai berwibawa daripada “PS (Persatuan Sepakbola) Per- dipergunakan secara luas di berbagai bidang ilmu, sis Solo”, atau “Persepam Madura United” akan khususnya untuk pendidikan. Dan, dengan digu- terdengar lebih menjanjikan daripada “Persepam nakannya Bahasa Indonesia dalam teks proklamasi Madura Bersatu”. yang diikuti dengan penetapannya sebagai bahasa Kecenderungan pada Bahasa Inggris semacam resmi negara dalam UUD 1945, maka Bahasa Indo- ini memuncak dalam wujud kebijakan perguruan nesia telah mencapai fungsi politis dan sosiologisnya tinggi yang mensyaratkan mahasiswanya untuk pada tahap ini. Untuk selanjutnya, Bahasa Indone- mendapatkan sertifikat nilai ujian resmi Bahasa sia mulai menemukan bentuknya yang sempurna Inggris (TOEFL atau TOEIC) sebelum lulus. Hal ini dengan disusunnya Kamus Besar Bahasa Indonesia menjadi aneh karena bila memang perguruan tinggi pada 1988, lahirnya tata bahasa baku pada 1988, dan ingin membekali calon lulusannya dengan kemam- diresmikannya Ujian Kemahiran Berbahasa Indone- puan berbahasa Inggris, semestinya perguruan tinggi sia (UKBI) pada 2001. menyediakan seperangkat sistem pendidikan dan 16 Aulia Luqman, Penguatan Identitas Bahasa Indonesia Sebagai Lambang . . . fasilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendi- daripada milik sendiri. dikan Bahasa Inggris. Kenyataannya, perguruan Kemudian, sebab eksternal berkaitan dengan tinggi hanya menyediakan mata kuliah Bahasa pengaruh budaya dan teknologi dari bangsa lain Inggris yang dipelajari pada satu semester di antara yang lebih maju. Sudah jamak diketahui bahwa kehi- minimal delapan semester yang ditempuh seorang dupan kita di masa sekarang hampir tak dapat lepas mahasiswa. Dengan demikian, mustahil mengha- dari produk-produk kebudayaan Barat, misalnya rapkan lulusan perguruan tinggi mendapatkan nilai teknologi komunikasi. Bersamaan dengan masuknya yang tinggi dalam tes-tes kecakapan Bahasa Inggris produk-produk tersebut, masuklah pula budaya- tersebut. budaya mereka yang sedikit banyak akan meme- Pun demikian dengan perusahaan-perusahaan ngaruhi pola pikir kita, salah satunya berkaitan milik negara maupun yang swasta; mayoritas dengan bahasa. Maka, gambaran yang terbentuk mensyaratkan adanya nilai minimal tertentu hasil dalam benak kita adalah segala hal yang datang dari tes kecakapan Bahasa Inggris sebagai salah satu Barat adalah kemajuan, kemakmuran, kesejahteraan kelengkapan melamar pekerjaan di perusahaan ter- yang lebih baik, dan puncak aktualisasi diri sebagai sebut. Ini bukanlah suatu hal yang salah mengingat manusia. Tak heran, kita pun, secara sadar maupun kemungkinan perusahaan tersebut akan banyak tak sadar, akan terbawa ke arus budaya Barat, terma- bekerja sama dengan pihak lain dari luar negeri. suk dalam pola-pola pragmatis dalam perdagangan Hanya saja, kebijakan tersebut membuat Bahasa In- seperti menggunakan bahasa mereka dalam iklan. donesia sebagai lambang jatidiri kita terpinggirkan Bahasa Indonesia Untuk Tenaga Kerja Asing dan lebih berfokus pada penguasaan Bahasa Inggris. Padahal, kita sudah punya instrumen resmi untuk Dalam konteks masuknya arus tenaga kerja menguji kemahiran Bahasa Indonesia seseorang, asing ke Indonesia, maka sudah selayaknya masya- yakni UKBI. Keadaan Bahasa Indonesia di negerinya rakat Indonesia tidak cemas dan bingung dengan sendiri masih “centang-perenang”, menurut Sylado keharusan penguasaan Bahasa Inggris. Sebaliknya, (2008), karena ternyata tak banyak orang Indonesia siapapun yang datang kemarilah yang harus cemas yang mampu menggunakannya secara baik dan dan bingung dengan ketidakmampuannya berba- benar dalam konteks formal, semi-formal, maupun hasa Indonesia, sekalipun Bahasa Inggris adalah non-formal. makanannya sehari-hari. Pola pikir yang ada selama Padahal, jika kita mau mengamati perkem- ini perlu dibalik karena berdasarkan struktur dan bangan kebahasaan di dunia, khususnya di kawasan morfologinya, Bahasa Indonesia sebenarnya sudah Asia Tenggara, Bahasa Indonesia ternyata mulai pantas untuk maju menjadi bahasa modern dalam mendapat tempat di hati orang non-Indonesia. Saat pertukaran informasi, sehingga kita dapat menikmati ini, menurut pejabat Kementerian Luar Negeri Indo- berbagai macam kemajuan karya sastra, ilmu nesia, terdapat 45 negara yang mengajarkan Bahasa pengetahuan, dan teknologi tanpa perlu menunggu Indonesia di sekolah-sekolah mereka, misalnya Ame- sampai kita mampu berbahasa Inggris atau asing rika Serikat, Kanada, dan Vietnam (Hudjolly, 2011). lainnya (Saparie, 2008). Bahkan, ada sekitar 500 sekolah ditambah beberapa Dalam upaya untuk meningkatkan derajat perguruan tinggi di Australia yang sudah mem- Bahasa Indonesia tersebut, berbagai lembaga dalam berikan pengajaran Bahasa Indonesia. Maka, sangat- dan luar negeri telah menyelenggarakan penelitian lah ironis bila derajat Bahasa Indonesia di mata dan kerjasama untuk menangani masalah kebaha- pemiliknya yang asli mulai menurun atau mulai saan ini. Misalnya, dalam bidang teknologi dan terimbangi dengan naiknya pamor Bahasa Inggris. informasi, Microsoft, sebuah perusahaan raksasa Setidaknya ada dua penyebab mengapa Bahasa piranti lunak dan keras komputer, telah bekerjasama Indonesia cenderung tersisih oleh Bahasa Inggris dengan Pusat Bahasa (kini bernama Pusat Pengem- dalam era globalisasi saat ini (para cendekiawan bangan dan Pembinaan Bahasa) untuk mengindo- bahasa menyebutnya sebagai fenomena ‘imperia- nesiakan kurang lebih 180.000 istilah yang berhubu- lisme bahasa’), yakni sebab internal dan eksternal. ngan dengan teknologi komputer (Sugono, 2008). Sebab internal berkaitan dengan mentalitas kita Selain itu, untuk menyamakan pemikiran dalam sebagai bangsa yang terjajah yang dicirikan dengan penggunaan istilah-istilah di media massa, perwa- lebih percaya diri bila menggunakan bahasa asing kilan jurnalis dan pakar bahasa rutin bertemu dalam dalam komunikasi (Kontjaraningrat, 1983, dalam Forum Bahasa Media Massa agar media massa Suyatno, 2010). Sejarah menunjukkan adanya berbahasa Indonesia tidak “menjadi genit bersolek diskriminasi atas perlakuan penjajah (bangsa dengan begitu banyak cetak miring untuk kata-kata Belanda) kepada rakyat pribumi, mulai dari pem- berbahasa Inggris yang dipindahkan bulat-bulat dari bedaan sekolah, bahasa, hingga pakaian sehari-hari. buku teks Amerika” (Sylado, 2008). Tidak mengherankan jika selama kurang lebih 350 Langkah paling nyata dari pemerintah kita tahun nenek moyang kita hidup dengan pola adalah dengan adanya penyelenggaraan dan kehidupan diskriminatif semacam itu pastilah penyemarakan program Bahasa Indonesia untuk menghasilkan sebuah mental pemikiran yang meli- Penutur Asing (BIPA). Program ini diperuntukkan hat bahwa bahasa dan budaya asing itu lebih baik bagi para penutur asli bahasa asing yang tertarik 17
no reviews yet
Please Login to review.