Authentication
517x Tipe DOCX Ukuran file 0.25 MB Source: eprints.ulm.ac.id
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.
PADA SISWA KELAS IV SDN ALALAK SELATAN 2
BANJARMASIN UTARA
Oleh: Asniwati
Abstrak :
Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 2 pada materi globalisasi
PEN dapat dilihat dari nilai hasil pretest yang dilakukan; nilai rata-rata yang diperoleh
hanya 6,4 dan ketuntasan individual 27,78 % (10 orang dari 36 siswa) dari standar
KKM 70. Perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model
Pembelajaran Berbasis Masalah. Setting penelitian di SDN Alalak Selatan 2
Banjarmasin Utara siswa kelas IV yang berjumlah 36 orang yaitu 26 orang laki-laki
dan 10 orang perempuan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat memperbaiki kualitas aktivitas guru; meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran; dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
yang diajarkan. Berdasarkan temuan ini disimpulkan bahwa model Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar PKn, khususnya materi
globalisasi. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka disarankan kepada guru
untuk menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah agar siswa lebih berperan
aktif dalam proses pembelajaran dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata-kata Kunci:
Hasil belajar PKn, Materi Globalisasi, Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang mernahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD NKRI 1945 (Supandi, 2010).
Penulis adalah dosen pada Program S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas
Lambung Manglnuat (Untam) Banjarmasin.
Mata pelajaran PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara
khususnya peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan tersebut tentunya guru
mempunyai andil yang besar di dalamnya. Mengingat fungsi guru sebagai pendidik
merupakan sosok yang memiliki kedudukan sangat penting bagi pengembangan
segenap potensi peserta didik
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran PKn di SDN Alalak
Selatan 2 Banjarmasin Utara khususnya pada materi globalisasi masih menekankan
pada pembelajaran yang masih terpaku pada buku dan penyajian materi yang lebih
sering menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan teori-teori saja sehingga
pembelajaran menjadi tidak efektif dalam menumbuhkan keaktifan siswa dan
berdampak negatif pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai pretest yang
dilakukan terhadap penguasaan materi Globalisasi di kelas IV SDN Alalak Selatan 2
Banjarmasin Utara yang memiliki rata-rata nilai hanya 6,4 dengan ketuntasan
individual 27,78 % (10 orang dari 36 siswa) dengan nilai KKM 70. Jika permasalahan
ini tidak segera ditangani atau dibiarkan begitu saja dikhawatirkan nilai siswa pada
mata pelajaran tersebut akan semakin menurun serta akan berdampak pada
pembelajaran yang lain.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi)
dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Busman,
2011:229).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang dapat membawa siswa pada pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Model pembelajaran ini berupaya untuk menyuguhkan berbagai situasi masalah yang
autentik dan bermakna kepada siswa. Dengan pendekatan ini memberikan peluang
bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis masalah nyata dan autentik.
Apabila terbentuk kebiasaan ini, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi akan
mudah terbentuk dan menjadi kebiasaan bagi siswa dalam kehidupannya (Suriansyah,
2009:197). Jauhar (2011:86-87) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah bertujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik dan
menjadi pembelajar yang mandiri.
Keuntungan pada Pembelajaran Berbasis Masalah adalah dapat mendorong
kerja sama dalam penyelesaian tugas antar siswa, memiliki elemen-elemen belajar
magang sehingga mendorong tingkah laku pengamatan siswa dan dialog dengan yang
lain melibatkan siswa dalam menyelidiki pilihan sendiri yang memungkinkan mereka
memahami dan menjelaskan fenomena dunia nyata, keterlibatan tiga ranah (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) pada siswa secara seimbang sehingga hasilnya bisa lebih
lama diingat siswa, dan dapat membangun optimisme siswa bahwa masalah adalah
sesuatu yang menarik untuk dipecahkan, bukan sesuatu yang harus dihindari
(Rahman, 2009:189).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran PKn dengan model
pembelajaran berbasis masalah materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN Alalak
Selatan 2 Banjarmasin Utara?
b. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn melalui model pembelajaran
berbasis masalah materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 2
Banjarmasin Utara?
c. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar
PKn materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 2 Banjarmasin
Utara?
B. Kajian Ptstaka
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran serta Hasil Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 20102). Selain itu menurut Dimyati
(2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan maka belajar hanya akan dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Menurut Gagne, Briggs, dan Wager pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa
(Winataputra, 2007:1.19). Menurut Anitah (2008:1.18) pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Isjoni (2010:11) menyatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
pembelajaran adalah "pendidik (perorangan, kelompok dan komunitas) yang
berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah seluruh rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
proses belajar di mana di dalamnya terjadi interaksi antara individu dengan sumber
belajar sehingga individu tersebut mernperoleh pengalaman belajar.
Menurut Abdurrahman (dalam Jihad, 2009:14) hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Benjamin
S. Bloom, ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Menurut Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (output)) dari
suatu sistem pemprosesan masukan (input). Masukan dari sistem bermacam-macam
informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (dalam Jihad,
2009:14). Jadi, hasil belajar adalah seluruh rangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan proses belajar yang didalamnya terjadi interaksi antara individu dengan
sumber belajar sehingga individu tersebut memperoleh pengalaman belajar.
2. Peran Guna
Gage & Berliner (dalam Suyono, 2011:187-188) melihat ada tiga fungsi utama
guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai perencana (planner) pelaksana dan pengelola
(organizer) dan penilai (evaluator). Menurut Sardiman (2007:144-146), peranan guru
dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: informator, organisator; motivator;
pengarah/director; inisiator; transmiter; fasilitator; mediator; dan evaluator.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah terletak di atas paham perspektif kognitif-
konstruktivis yang dirintis oleh Piaget. Model ini, seperti halnya ajaran Piaget,
menyatakan bahwa setiap siswa dalam usia berapa pun secara aktif terlibat dalam
proses pemerolehan informasi dan pengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri
(Nur, 2008:21).
Menurut Dewey (dalam Sudjana, 2001), belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan
dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan bail. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
no reviews yet
Please Login to review.