Authentication
553x Tipe PDF Ukuran file 0.20 MB
INTEGRASI NASIONAL DALAM PUSARAN GLOBALISASI
1
Sugeng Harianto
Abstrak
embentakan Indonesia sebagai negara bangsa (nation state) belum selesai.
Pembentukannya masih dalam lintasan sejarah. Globalisasi telah menghadirkan
tantangan semakin berat dalam pembentukannya. Serbuan globalisasi
P
mengakibatkan terjadinya pergulatan dalam sistem nilai masyarakat, yang
mengakibatkan krisis orientasi nilai masyarakat. Bangsa ini juga menghadapi tantangan
kemajemukan masyarakat. Kemajemukan masyarakat berpotensi melahirkan konflik
horizontal dan vertikal. Menghadapi serbuan globalisasi dan kemajemukan masyarakat
perlu dilakukan revitalisasi nilai-nilai yang bersifat fundamental. Kesepakatan terhadap
nilai-nilai fundamental sangat krusial dan penting karena mampu meredam
kemungkinan berkembangnya konflik horizontal dan vertical antarkomponen bangsa.
Nilai-nilai fundamental itulah yang mampu menciptakan integtasi nasional yang kokoh.
Integrasi nasional dengan cara-cara hegemoni dan dominasi yang pernah dipraktikkan
pada masa lampu sudah seharusnya ditinggalkan. Integrasi nasional dan nasionalisme
yang kuat akan dapat dibangun di atas landasan kesejahteraan masyarakat yang
memadai. Kemiskinan dan keterbelakangan sudah saatnya kita tempatkan menjadi
musuh bersama bangsa ini.
Kata kunci: integrasi, nasional, globalisasi
1 Penulis adalah staf pengajar pada Program Studi Sosiologi Jurusan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas
Negeri Surabaya.
elama ini berkembang anggapan yang itu, kemerdekaan Timor Timur juga menjadi
salah bahwa kita sebagai negara bangsa inspirasi kelompok-kelompok di beberapa daerah
S
(nation state) sudah jadi sejak proklamasi seperti Aceh dan Papua untuk melakukan hal
kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan pengakuan yang sama. Beruntung konflik vertikal
kedaulatan Republik Indonesia hasil KMB berkepanjangan antara Indonesia dengan GAM
(Konferensi Meja Bundar) akhir 1949. Sebagai (Gerakan Aceh Merdeka) dicapai perjanjian
negara bangsa tidak perlu lagi dibicarakan dan damai yang ditandatangani Septembertahun
tidak perlu lagi dipersoalkan. Menurut saya, 2005. Namun, konflikvertikal dengan OPM
anggapan seperti tidak tepat. Sebenarnya, (Organisasi Papua Merdeka) masih layaknya
meskipun kita sudah menjadi bangsa sudah 88 bara api dalam sekam.
tahun -- sejak ikrar Sumpah Pemuda 1928 -- Bagaimana dengan masa depan
dan sudah 71 tahun kita menjadi negara (state), integrasi nasional Indonesia? Menurut saya,
pembentukan ke-Indonesia-an kita masih sekarang ini integrasi nasional kita sedang
berproses dan selalu berproses. Berproses dalam menghadapi dua tantangan sekaligus, yaitu:
lintasan waktu dan ruang.Artinya, ke-Indonesia- pertama, tantangan eksternal berupa globalisasi,
an kita berproses dalam lintasan sejarah. yang menebarkan pengaruhnya ke seluruh aspek
Globalisasi telah menghadirkan kehidupan masyarakat, dan kedua, kita
tantangan yang semakin berat dalam dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat
pembentukan ke-Indonesia-an kita sekarang ini. kita adalah masyarakat yang majemuk
Bila pada masa sebelum tahun 1945 kita (pluralistic), baik secara vertikal maupun
menghadapi tantangan eksternal berupa horizontal.
kolonialisme dan imperialisme, pada pasca
kemerdekaan kita sebagai disibukkan dengan Bangsa dalam Terkaman Globalisasi
tantangan internal berupa pemberontakan- Globalisasi artinya apa? Saya
pemberontakan di berbagai daerah mulai dari memahami globalisasi dengan pengertian sangat
pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 hingga sederhana. Globalisasi berarti saya dapat
pemberontakan PKI tahun 1965. Memasuki menyaksikan di televisi merk Samsung buatan
periode pemerintahan Orde Baru “seakan-akan Korea Selatan di atas mobil Honda produksi
tenang.” Selama 32 tahun kita memasuki periode Jepang tentang peristiwa agresi militer Israel di
pembangunan di semua sektor dengan pola Palestina melalui tayangan CNN dalam waktu
pembangunan lima tahun (Pelita). Namun,bisa yang bersamaan dan materi siar yang sama
dikatakan keberhasilan pembangunan pada masa dengan yang disaksikan penduduk dunia lainnya.
itu adalah semu. Integrasi nasional yang seolah- Dalam perjalanan sambil makan hamburger dan
olah kokoh, sebenarnya rapuh.Pemerintah Orde minum Coca Cola yang saya beli dengan
Baru berhasl menciptakan integrasi nasional menggunakan credit card di rumah makan
melalui penundukan atas masyarakat sipil melalui McDonald di Jl. Basuki Rachmat Surabaya.Lepas
asas tunggal, korporatisasi kelompok dari Jl. Basuki Rachmat saya menuju gedung
kepentingan, P4, simplifikasi partai politik, dan bioskop Mitra untuk menyaksikan film London
bahkan melalui kekuatan represif. Has Fallen. Film ini ternyata secara serentak juga
Lepasnya Propinsi ke-27 Timor Timur ditayangkan di gedung-gedung bioskop di seluruh
dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dunia.Pulang dari gedung bioskop saya mampir
sempat mengoyak integrasi nasional kita. belanja di Surabaya Plaza untuk membeli baju
Meskipun nuansa intervensi asing sangat kuat, merk Hugo-Boss produksi Amerika Serikat dan
melalui jajak pendapat sebagian besar rakyat sepatu merk Clark buatan Inggris.Pulang dari
Timor Timur menentukan pilihan untuk Surabaya Plaza saya mampir ke dunia buah
menjadikan Timor Timur sebagai negara untuk membeli apel produksi Australia dan New
berdaulat. Daerah yang selama itu menjadi “anak Zealand dan membeli durian yang diimpor dari
emas” Indonesia lepas begitu saja.Bukan hanya Thailand (Harianto, 2006).
Itulah globalisasi.Dunia – oleh banyak terhadap nilai tukar negara lain. Itulah yang kita
penulis – digambarkan menyatu menjadi global alami sejak tahun 1997 hingga sekarang, nilai
village, yang menyatu, saling tahu dan terbuka, tukar Rupiah sangat rentan terhadap berbagai
serta saling tergantung satu sama lain. Ohmae sentiment baik ekonomi, sosial maupun
dalam bukunya The End of Nation State (1995) politik.Pada masa lalu, krisis ini dicoba diatasi
menggambarkan melalui 4 I, yaitu informasi, dengan mendatangkan “dokter spesialis” IMF dan
investasi, industri, dan individu (konsumen), akan Bank Dunia. Berbagai resep yang diberikan IMF
menghancurkan negara bangsa. Percuma dan Bank Dunia, ternyata tidak mampu
mempertahankan negara dengan mengandalkan menyembuhkan penyakit kronis yang diderita
batas-batas nasional, sebab institusi politik seorang pasien yang namanya Indonesia
tersebut sudah terlalu rapuh untuk (Harianto, 2006).
mengendalikan gelombang lomunikasi, korporasi, Globalisasi telah melahirkan
konsumen, modal, dan mata uang.Sebagai ketergantungan antarnegara. Pembangunan
gantinya, Ohmae melihat akan muncul negara ekonomi Indonesia telah melahirkan
kawasan. Dunia seolah-olah sudah dilem dengan ketergantungan pada negara lain. Karena itu,
MEA, AFTA, NAFTA, WTO, dan kehadiran IMF dan Bank Dunia, pada masa itu,
sebagainya.Bahkan Fukuyama (2003) seolah-olah merupakan sebuah keniscayaan
menyatakan bahwa dengan berakhirnya perang yang tidak dapat dihindari. Mampukah Indonesia
dingin kita telah mencapai “akhir sejarah.”Namun, mengatakan go to hell IMF and World
Hirst dan Thompson (2001) beranggapan bahwa Bankseperti yang dilakukan oleh negara jiran
globalisasi bukan fenomena baru, bahkan Malaysia? Pada masa itu Indonesia tidak
dikatakan globalisasi adalah mitos.Perubahan- mempunyai keberanian seperti negara jiran
perubahan yang terjadi sekarang ini sudah terjadi Malaysia. Apalagi saat itu Indonesia laksana
pada tahun 1960-an. Globalisasi hanya mitos. pasien yang taat, patuh, loyal, dan bahkan tunduk
Bagaimana globalisasi di pada sang dokter spesialis (baca IMF dan Bank
Indonesia?Globalisasi saya kira telah merasuk ke Dunia).
dalam darah kehidupan bangsa ini. Bahkan Globalisasi di bidang ekonomi telah
proses globalisasi yang berlangsung sejak akhir melahirkan zero sum game. Dunia ibarat sebuah
abad ke-20 semakin dalam menusuk jantung arena pertandingan. Apakah kita akan menjadi
kehidupan bangsa dan telah menimbulkan pemain atau penonton? Apakah kita sebagai
berbagi problematika. Saya akan menyebutkan pemain akanmenjadi pemenang (the winner) atau
beberapa saja sebagai ilustrasi.Namun, menurut pecundang (the looser)? Jawabannya sangat
saya, globalisasi hanya mengubah sisi-sisi tergantung pada kesiapan dan kemampuan kita.
kehidupan masyarakat Indonesia secara Pada krisis ekonomi yang dialami Asia, termasuk
gradual.Perubahan global di Indonesia hanyalah Indonesia, pada pertengahan tahun 1990-an
menyentuh kulit luar.Globalisasi belumlah mampu menunjukkan bahwa kita menjadi the loosers
mengubah aspek-aspek fundamental bangsa dan (negara pecundang). Kita tidak berdaya
negara ini.Namun perlu dicurigai bahwa menghadapi the winners, yaitu para spekulan
globalisasi dapat saja menyentuh dan yang bermain di pasar valuta dan pasar uang.Hal
mengancam nilai-nilai fundamental kita kelak ini disebabkan pembangunan ekonomi kita tidak
(Harianto, 2006). dibangun di atas landasan yang kokoh.Ekonomi
Konon kabarnya krisis ekonomi yang kita dibangun atas utang. Saat itu Indonenesia
dialami Indonesia sejak tahun 1997 dikait-kaitkan sampai pada satu titik yang memprihatinkan yaitu
dengan George Soros bermain valutas asing.Apa membayar utang dengan cara utang, seperti
hubungannya dengan ekonomi Indonesia? layaknya kehidupan ekonomi keluarga miskin
Melalui mekanisme pasar, sistem ekonomi dan yaitu gali lubang tutup lubang. Kondisi
keuangan dunia telah menjadi global. Gejolak memprihatinkan ini menjadi ironi ketika bangsa
nilai tukar suatu negara akan berdampak kita, seperti digambarkan oleh kelomok musik
Koes Plus, dikenal sebagai bangsa yang gemah barang maupun jasa, asing.Dengan jumlah
ripah loh jinawi.Tanaman apa saja dapat penduduk di atas 250 juta, saya kira, Indonesia
ditanam dengan subur di bumi ini.Kita sebagai menjadi pasar potensial. Setiap detik masyarakat
bangsa sebenarnya mempunyai kekayaan alam kita seleranya dibentuk dan didekte oleh
dan sumber daya manusia yang besar.Tentu ada produsen-produsen asing dengan berbagai
yang salah dengan pengelolaan dan macam produk yang ditawarkan melalui iklan,
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber baik melalui media massa maupun media
daya manusia kita ini.Kita ambil contoh lainnya.Ini dapat disaksikan antara lain dengan
pengelolaan sumberdaya alam kita lebih banyak semakin kuatnya pngaruh popular culture dan
dikelola oleh asing (Harianto, 2006). consumer culture dalam kehidupan masyarakat
Dengan globalisasi investasi asing pun kita, yang dipertontonkan dalam bentuk gaya
masuk ke Indonesia dengan bebasnya.Demikian hidup baru dengan meniru model kehidupan
juga dengan investasi dalam negeri dapat masyarakat negara maju. Tidak hanya
dilarikan ke luar negeri.Kita bicarakan terlebih menyentuh masyarakat kota, melinkan sudah
dahulu investasi asing.Investasi asing yang merambah masyarakat desa. Mereka juga
masuk ke Indonesia dapat berupa uang dan menguasai media massa, tanpa kita mampu
teknologi.Mereka mendirikan perusahaan yang untuk menandinginya. Sebagian dari masyarakat
pada umumnya berskala besar.Orang juga kita laksana konsumen-konsumen yang setia dari
menyebutnya sebagai Multy National Corporation produk-produk asing.Implikasinya adalah
(MNC). MNC yangtumbuh subur pada negara mengalirnya devisa dari Indonesia ke negara lain.
kapitalis merupakan miniatur dari centrum Ketika kita membeli sepatu merk Clark, maka
menjalankan usahanya dengan cara devisa mengalir dari Indonesia ke Inggris. Ketika
mengeksploitasi negara-negara sedang kita membeli baju merk Hugo-Boss, maka devisa
berkembang sebagai peri-peri untuk keuntungan mengalir dari Indonesia ke Amerika Serikat.
dan kesejahteraan negara-negara centrum. Tidak hanya devisa yang mengalir ke luar negeri,
Mereka dalam menjalankan usahanya kecintaan dan kesetiaan kita pada produk asing
menggunakan teknologi canggih, namun bukan mengakibatkan produk dalam negeri hidup
berarti ada alih teknologi dari mereka ke bangsa sempoyongan, bahkan mati suri.
kita.MNC dalam terminologi Ruslan Abdulgani Serbuan globalisasi tersebut
laksana gurita yang setiap saat menggerogoti mengakibatkan terjadinya pergulatan dalam
bangsa ini (Harianto, 2006). sistem nilai masyarakat yang akhirnya menyeret
Sebaliknya investor dalam negeri ketika terjadinya krisis nilai seperti yang kita saksikan
kondisi politik dan keamanan tidak kondusif dalam kehidupan masyarakat kita. Krisis nilai
melarikan dananya ke luar negeri, seperti ke dapat menyeret orang kepada krisis orientasi nilai
Vietnam, China, Singapura, Malaysia, dan masyarakat. Krisis nilai ini lebih jauh
sebagainya.Apakah salah?Dalam kalkulasi bisnis memperangkap orang pada stuasi, apa yang oleh
tentu merupakan pilihan yang rasioanal.Tetapi Durkheim (1994)disebut anomie. Orang seakan
dalam konteks kepentingan bangsa dan negara, berdiri di sebuah pintu gerbang, ”tidak di luar dan
tentu mereka dapat dikatakan lebih tidak pula di dalam.” Keadaan seperti ini acapkali
mengedepankan kepentingan pribadi atau menjebak orang untuk lebih terseret pada nilai-
kelompok.Kita renungkan di tengah-tengah nilai yang bersifat materialistik dan
bangsa dan negara sedang sekarat, justru mengorbankan niali-nilai yang bersifat
mereka lari ke luar negeri.Laksana mereka spiritualistik. Ambil contoh: memperoleh
meninggalkan Ibu Pertiwinya yang kondisnya kekayaan dengan cara-cara yang ilegal, seperti
sedang sekarat (Harianto, 2006). korupsi dan meninggalkan nilai-nilai kerja keras,
Indonesia juga telah menjadi pasar kejujuran, disiplin, kreatifitas, dan sebagainya.
terbuka terhadap produk-produk negara Maraknya penawaran untuk mendapatkan gelar
lain.Setiap saat kita dibanjiri produk-produk, baik akademik dengan harga murah. Di Jakarta
no reviews yet
Please Login to review.