321x Filetype PPT File size 1.02 MB Source: dosen.yai.ac.id
Pengertian
Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam kamus Psikologi,
■
Family therapy (terapi keluarga) adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana
masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota
keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha
penyembuhannya. Terapi ini secara khusus memfokuskan pada masalah -
masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraanya
melibatkan anggota keluarga.
■
Suatu metode terapi dimana anggota keluarga memperoleh pemahaman
terhadap permasalahanya, mengembangkan komunikasi dan meningkatkan
fungsi dari setiap individu dalam keluarga
■
Terapi keluarga menghadirkan bentuk intervensi yang mana anggota keluarga
dibantu untuk mengidentifikasikan dan merubah masalah maladatif, menjadi
lebih sehat.
■
Fokus dari terapi ini, bukan individual namun pada keluarga secara keseluruhan
Konsep dan Prinsip Terapi
Keluarga
Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri
dari 3 prinsip :
1.Kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung
bukan ditentukan dalam sebab satu arah efek perhubungan.
2.Ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola
integrasi,tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga,
perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
3.Subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terdalah
subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu
masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah
keluarga.
Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1.Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga.
2.Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3.Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan
Tujuan Terapi Keluarga
Menurut Glick dan Kessler (Goldenberg, 1983) mengemukakan tujuan umum
konseling keluarga adalah untuk:
■
Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota keluarga.
■
Mengganti gangguan, ketidakfleksibelan peran dan kondisi.
■
Memberi pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu yang
ditunjukan kepada anggota lainnya.
Berikut ini dikemukakan tujuan family therapy secara umum:
■
Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional
bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengkait di antara anggota keluarga.
■
Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu
anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi,
ekspektasi, dan interaksi anggota-anggota lain.
■
Agar tercapai keseimbangan yang membuat pertumbuhan dan peningkatan
setiap anggota.
Peran Konselor dalam Family Therapy
Peran konselor dalam membantu konseli dalam family therapy dan perkawinan
dikemukakan Haley (dalam Weld dan Eriksen, 2006). Diantaranya sebagai
berikut:
■
Menciptakan kerja sama antar anggota keluarga,
■
Memberikan kepercayaan dan mendorong klien bahwa setiap orang dalam
keluarga memiliki kemampuan dan mengetahui fungsi dan peran serta dapat
melakukan yang terbaik buat dirinya dan keluarganya.
■
Membantu klien untuk ikut serta dalam setiap proses konseling agar setiap
anggota keluarganya dapat melaksanakan peranya.
■
Membantu keluarga agar memiliki kemampuan dalam mengolah emosi dan
mengembangkan kematangan diri setiap anggota keluarga.
■
Membantu memberikan pemahaman sebagai pribadi dan juga sebagai bagian
dari keluarga.
Konselor pada konseling keluarga diharapkan mempunyai kemampuan
profesional untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang
terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadian.
Conjoint Family Therapy
Menurut Conjoint Family Therapy, proses konseling yang dapat ditempuh adalah:
a)Intake Interview, Building working alliance.
Bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan konseli dan anggota keluarga lainnya
(untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola
hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya).
b)Case Conceptualization and Treatment Planning,
Mengenal masalah atau memperjelas masalah, kemudian fokus pada rencana intervensi apa
yang akan dilakukan untuk penanganan masalah. Implementation, Menerapkan Intervensi yang
disertai dengan tugas yang dilakukan bersala anatara konseli dan keluarga.
Contoh : Free drawing art task (menggambar bebas yang mewakili keberadaan mereka baik
secara kognitif, emosi dan peran yang mereka mainkan), Homework.
c)Evaluation Termination, melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang
telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
d)Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untukmemperbaiki dan
meingkatkan proses konseling
no reviews yet
Please Login to review.