Authentication
504x Tipe DOC Ukuran file 0.25 MB
Pengelolaan Kesuburan Tanah Pada Lahan Kering (Bagian 1)
Pengelolaan Kesuburan Tanah Mineral Masam untuk Pertanian*
Oleh: Ida Nursanti** dan Abdul Madjid Rohim***
(Bagian 1 dari 5 Tulisan)
Keterangan:
* : Makalah Pengelolaan Kesuburan Tanah, Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister
(S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Palembang, Propinsi Sumatera Selatan,
Indonesia.
** : Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas
Sriwijaya. Palembang, Propinsi Sumatera Selatan, Indonesia.
*** : Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Kesuburan Tanah, Program Studi Ilmu Tanaman, Program
Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Palembang, Propinsi Sumatera
Selatan, Indonesia.
(Bagian 1 dari 5 Tulisan)
I. PENDAHULUAN
1.1. Tanah Mineral Masam dan Penyebarannya
Tanah mineral masam banyak dijumpai di wilayah beriklim tropika basah, termasuk Indonesia.
Luas areal tanah bereaksi asam seperti podsolik, ultisol, oxisols dan spodosol, masing-masing
sekitar 47,5, 18,4, 5,0 dan 56,4 juta ha atau seluruhnya sekitar 67% dari luas total tanah di
Indonesia (Nursyamsi et al, 1996). Luasnya tanah
masam tersebut sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan usaha
pertanian, tetapi sampai sekarang masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal mengingat
beberapa kendala yang terdapat pada tanah masam.Tanah ordo lain yang bersifat masam adalah
inseptisol dan entisol.
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah tersebut. Bila
kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya,
bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar
kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah
masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion
tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion
Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida ,dengan demikian dapat menimbulkan variasi
kemasaman tanah (Yulianti, 2007).
Di daerah rawa-tawa, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang
tinggi. Di daerah ini sering ditemukan tanah sulfat masam karena mengandung, lapisan cat clay
yang menjadi sangat masarn bila rawa dikeringkan akibat sulfida menjadi sulfat.
Kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh hidrogen mengalami
dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan oktahedral dan menggantikan atom Al.
Aluminium yang dilepaskan kemudian dijerap oleh kompleks lempung dan suatu kompleks
lempung-Al-H terbentuk dengan cepat ion. Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H.
Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam tanah. Sumber
keasaman atau yang berperan dalam menentukan keasaman pada tanah gambut adalah pirit
(senyawa sulfur) dan asam-asam organik. Tingkat keasaman gambut mempunyai kisaran yang
sangat lebar. Keasaman tanah gambut cendrung semakin tinggi jika gambut semakin tebal.
Asam-asam organik yang tanah gambut terdiri dari atas asam humat, asam fulvat, dan asam
humin. Pengaruh pirit yaitu pada oksida pirit yang akan menimbulkan keasaman tanah hingga
mencapai pH 2 - 3. Pada keadaan ini hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh
baik. Selain menjadi penghambat pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya karatan
(corrosion) sehingga mempercepat kerusakan alat-alat pertanian yang terbuat dari logam.
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kemasaman (reaksi tanah) aktif dan
potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas
dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi
tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks
koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hanafiah, 2007).
Selanjutnya dijelaskan juga oleh Hanafiah (2007) bahwa sejumlah senyawa menyumbang pada
pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa. Asam-asam organik dan anorganik, yang
dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah , merupakan konstituen tanah yang umum dapat
mempengaruhi kemasaman tanah. Respirasi akar tanaman menghasilkan C02 yang akan
membentuk H2CO3 dalam air. Air merupakan sumber lain dari sejumlah kecil ion H+. Suatu
bagian yang besar dari ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan.
H
H---Lempung ---> Lempung + 3 H+
H
Ion-ion H+ tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion-ion H+ bebas. Dcrajat ionisasi dan
disosiasi ke dalam larutan tanah menentukan khuluk kemasaman tanah. Ion-ion H+ yang dapat
dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan.
Besaran dari kemasaman potensial ini dapat ditentukan dengan titrasi tanah. Ion-ion H+ bebas
menciptakan kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah. Tipe
kemasaman inilah yang sangat menentukan dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus
yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal
tetapi dapat dipakai berulang kali dengan hasil pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan
soil tester.
Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil tanah lapisan dalam, lalu
larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah. Biarkan tanahnya terendam di dasar wadah
sehingga airnya menjadi bening kembali. Setelah bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain
secara hati-hati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ka dalam
air tersebut. Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan warna pada kertas
lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi
dengan angka pH masing-masing Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna pada
kemasan yang cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya, angka yang cocok adalah 6 maka
pH-nya 6.
Pemakaian soil tester untuk mendapat pH tanah agak berbeda dengan kertas lakmus. Bentuknya
seperti pahat dan berukuran pendek. Oleh karena berbentuk padatan, ada bagian yang runcing.
Bagian runcing inilah yang ditancapkan ke tanah hingga pada batas yang dianjurkan. Setelah
ditancapkan, sekitar tiga menit kernudian jarum skala yang terletak di bagian atas alat ini akan
bergerak. Angka yang ditunjukkan jarum tersebut merupakan pH dari tanah tersebut.
Pemakaian pH tester lebih sederhana dan soil tester penggunaannya untuk megukur nilai pH
tanah di lahan yang tidak terlalu luas, sekitar 1-2 ha. Walaupun demikian, alat ini masih bisa
diandalkan. Bagian yang menunjukkan angka pH berbentuk kotak dengan jarum penunjuk
angka. Bagian kotak tersebut dihubungkan dengan besi sepanjang 25 cm yang ujungnya runcing
dan dilapisi logam elektroda. Besi inilah vang ditancapkan ke tanah. Jumlah besi bisa 1-2 buah.
Penetapan pH tanah sekarang ini dilakukan dengan elektroda kaca. Elektroda ini terdiri dari
suatu bola kaca tipis yang berisi HCL. encer, dan di dalamnya disisipkan kawat Ag-AgCl, yang
berfungsi sebagai elektrodanya dengan tegangan (voltase) tetap. Pada waktu bola kaca tersebut
itu dicelupkan ke dalam suatu larutan, timbul suatu perbedaan antara larutan di dalam bola dan
larutan tanah di luar bola kaca. Sebelum pengukuran pH dilakukan, kedua elektroda
pertama-tama harus dimasukkan ke dalam suatu larutan yang diketahui pH-nya (misalnya
konsentrasi ion H+ = 1 g/L). Kegiatan ini disebut pembakuan elektroda dan petunjuk pH (pH
meter).
Dalam pengukuran pH, elektroda acuan dan elektroda indikator dicelupkan ke dalam suspensi
tanah yang heterogen yang terdiri atas partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu larutan
aquadest. Jika partikel-partikel padat dibiarkan mengendap, pH dapat diukur dalam cairan
supernatant atau dalam endapan (sedimen). Penempatan pasangan elektroda dalam supernatant
biasanya memberikan bacaan pH yang lebih tinggi dari pada penempatan dalam sedimen.
Perbedaan dalam bacaan pH ini disebut pengaruh suspensi. Pengadukan suspensi tanah sebelum
pengukuran tidak akan memecahkan masalah tersebut, karena prosedur ini memberikan bacaan
yang tidak stabil (Hanafiah, 2007).
Jenis tanah masam diantaranya terdapat pada tanah ordo Ultisol. Ultisol dibentuk oleh proses
pelapukan dan pembentukan tanah yang sangat intensif karena berlangsung dalam lingkungan
iklim tropika dan subtropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi dengan vegetasi
klimaksnya hutan rimba. Dalam lingkungan semacam ini reaksi hidrolisis dan asidolisis serta
proses pelindian (leaching) terpacu sangat cepat dan kuat. Asidolisis berlangsung kuat karena air
infiltrasi dan perkolasi mengambil CO2 hasil mineralisasi bahan organik berupa serasah hutan
dan hasil pernafasan akar tumbuhan hutan (Yulnafatmawita, 2008).
Pelapukan masam tanah membebaskan basa dari mineral tanah secara cepat apabila didukung
dengan daya lindi yang kuat maka akan terbentuk tanah yang miskin hara dan Al Fe serta Mn
yang tinggi dapat meracun tanaman. Persoalan akan bertambah berat jika bahan induk tanah
sudah bersifat masam kondisi inilah yang dijumpai di Sumatera.
Tanah ultisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
1. pH rendah
2. Kejenuhan Al , Fe dan Mn tinggi
3. Daya jerap terhadap fosfat kuat
4. Kejenuhan basa rendah ; kadar Cu rendah dalam tanah yang berasal dari bahan induk masam
(feksil) atau batuan pasir, Zn cukup namun tereluviasi.
5. Kadar bahan organik rendah dan kadar N rendah
6. Daya simpan air terbatas
7. Kedalaman efektif terbatas
8. Derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat lemah baik pada lahan berlereng maupun
datar.
Kerentanan terhadap erosi membuat tanah akan semakin cepat berkurang kesuburannya terutama
pada lapisan atas dan akan terakumulasi di bagian yang lebih rendah (Notohadiprawiro, 2006).
Kekahatan fosfor merupakan salah satu kendala terpenting bagi usaha tani di lahan masam. Hal
ini karena sebagian besar koloid dan mineral tanah yang terkandung dalam tanah Ultisol
mempunyai kemampuan menyemat fosfat cukup tinggi, sehingga sebagian besar fosfat dalam
keadaan tersemat oleh Al dan Fe, tidak tersedia bagi tanaman maupun biota tanah (Hasanudin
dan Ganggo, 2004).
Menurut Subandi (2007) Tanah Ultisol umumnya mempunyai pH rendah yang menyebabkan
kandunganAl, Fe, danMn terlarut tinggi sehingga dapat meracuni tanaman. Jenis tanah ini
biasanya miskin unsur hara esensial makro seperti N, P, K, Ca, dan Mg; unsur hara mikro Zn,
Mo, Cu, dan B, serta bahan organik. Meskipun secara umum tanah Ultisol atau Podsolik Merah
Kuning banyak mengandung Al dapat ditukar (Al-dd) (20-70%), namun hasil
penelitianmenunjukkan bahwa beberapa contoh tanah tersebut mengandung Al-dd relatif rendah
(< 20%). Tanah di KP. Kayu Agung, Indralaya, dan Prabumulih Sumatera Selatan, misalnya,
mempunyai kejenuhan Al-dd berturut-turut 11,08%, 1,01%, dan 17,26%, di Jawa Barat 13,40%
dan 11 dari 28 contoh tanah lapisan atas yang berasal dari Lampung Tengah jugamemiliki
kejenuhanAl-dd yang rendah .
Tekstur tanah ultisol bervariasi, berkisar dari pasiran (sandy) sampai dengan lempungan
(clayey) .Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral silikat tipe 1:1 serta oksida
dan hidroksida Fe danAl , sehingga fraksi lempung tergolong beraktivitas rendah dan
dayamemegang lengas juga rendah. Karena umumnya memiliki kandungan bahan organik
rendah dan fraksi lempungnya beraktivitas rendah maka kapasitas tukar kation tanah (KTK)
no reviews yet
Please Login to review.